YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ramadhan di Kampus Universitas Ahmad Dahlan tidak henti-hentinya memberikan kepada para jamaah selain takjil juga pemateri yang sangat berbobot dalam kajian-kajian yang diadakan pada Ramadhan 1446 H. Pada ceramah tarawih malam ke-6 ini hari Rabu (5/3) di Masjid Islamic Center UAD diisi oleh Ketua PP Muhammadiyah bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan sosial dan Resiliensi Bencana yaitu dr. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes.
Dalam prolognya, Agus sampaikan menyebutkan Masjid Islamic Center UAD menjadi masjid favorit untuk jamaah tarawih dan disampaikan juga bahwa jumlah jamaah shalat tarawih masih belum sebanyak jumlahnya sebelum adanya pandemi covid-19 tetapi ada peningkatan pada jamaah pencari takjil. Agus berharap dengan laporan ini bukan karena kondisi umat yang menurun.
“kesempatan di beri suasana bulan Ramadhan tapi tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, tentu bagi kita ingin Ramadhan ini betul-betul ingin menjadikan pribadi yang taat, takwa dan tidak ingin menjadi orang-orang yang menjalankan puasa Ramadhan tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga,” terangnya.
Sebagai umumnya manusia memiliki cita-cita yang baik, tetapi terkadang karena aktivitasnya tidak mendukung mencapai cita-cita tersebut. Ketika pribadi ingin puasa menjadi pribadi yang muttaqin tetapi agak aneh Ketika hari-harinya itu tidak diisi bagaimana seharusnya yang dilakukan oleh orang mttaqin.
Agus menerangkan, bahwa aktivitas ibadah di bulan Ramadhan menurut ahli hikmah ii menjadi tuntunan ibadah yang dapat mengantarkan orang itu terbangun fisiknya, otaknya dan mental spiritualnya. Puasa dalam ilmu Kesehatan sangat erat kaitannya dan banyak yang sudah meneliti tentang hal tersebut.
Pada tahun 2016, Agus menceritakan ada seorang ilmuwan dari Jepang yang mendapatkan penghargaan karena meneliti tentang auto pagi. Maksudnya proses tubuh secara alami mampu menganalisa sel-sel atau bagian-bagian tubuh yang sudah haus dan harus diprogram untuk diganti sengaja diresiskan. Hubungannya dengan puasa adalah karena orang yang mengalami proses auto pagi bagus, orang bisa mengenali betul mana yang harus diperbaiki, dampaknya tubuh itu akan bisa mengenali gen dair luar yang tidak baik dan bisa melawan dengan jauh lebih baik.
“Sederhananya kekebalan tubuhnya menjadi baik, bahkan laporan yang menarik itu adalah Ketika orang itu auto paginya bagus bukan hanya terhadap penyakit dari infeksi yang bisa dihadapi dengan baik bahkan untuk terjadinya kanker itu bisa dihadapi dengan baik,” terangnya.
Jika ada pertumbuh sel yang tidak normal secara garis besar dinamakan tumor, dan juga jika sudah ganar disebut kanker. Dari laporan auto pagi dari ilmuwan Jepang itu akan berfungsi dengan baik Ketika orang dalam posisi puasa, dan di Indonesia berpuasa selama 12-14 jam, dan ini kondisi yang ideal yang memicu proses auto pagi itu dengan baik. Kedua, puasa akan mengatikfkan PDMFF semacam neoprotektik atau neoprotektitan, keitka orang itu memiliki protein neoprotektikan itu kerusakan otak itu bsa dikendalikan.
Maka orang yang berpuasa, logikan emang fungsi otaknya akan lebh baik. Tapi bersamaan dengan itu. Ketika Ramadhan umat Islam dipeintauhkan untuk berbuat banyak ibadah dan sunnah lainnya. Agus sampaikan dampak dari puasa Ramadhan untuk kecerdasaan otak itu selain jumlah sel neuronnya dan yang menentukan juga dari jaringan antar sel neuron.
“Untuk sel neuronnya, seiring bertambahnya umur jumlahnya makin banyak yang mati. Sehingga Ketika seseorang dalam keadaan tua dan discaning maka kondisi otaknya sel neuronnya sudah menurun dan banyak yang mati walaupun begitu tapi jumlah juga banyak,” terangnya.
Agus juga menyampaikan bahwa orang yang banyak membaca maka sinap-sinap dalam otak akan terbangun. Maka beruntung orang-orag yang rajin membaca al-Qur’an dan orang-orang yang terdahulu walaupun usia sudah renta tapi penglihatannya masih bagus. Nabi SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya:
“Sebaik-baik diantara kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)
Dalam menutupi ceramahnya, Agus menyampaikan bahwa puasa itu membangun Kesehatan mental dan menyebutkan penggalan sebuah hadis bahwa orang yang berpuasa tapi masih dusta Allah tidak sudi dengan puasa orang tersebut. Agus mengingatkan masalah utama pada negara ini yaitu tentang kejujuran, seperti yang sudah terjadi. Dan dalam hadis nabi untuk hendaklah jujur karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan megantarkan kepada surga, dan sebaliknya.