YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pemandangan tidak biasa pada pagi hari di ruang Redaksi Suara Muhammadiyah (SM), Rabu (13/11). Dua tokoh besar Muhammadiyah Haedar Nashir (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dan Anwar Abbas (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah) bersua dalam satu ruangan.
Anwar masuk terlebih ke dalam ruangan. Selang beberapa menit kemudian, disusul oleh Haedar. “Buya, ternyata ada di sini juga,” celetuk Haedar. Keduanya tampak bersalaman dan duduk santai bercengkerama dengan penuh hangat.
Selama di ruang redaksi, Haedar menyapa satu per satu tim redaksi. “Sehat-sehat semuanya ya,” tutur Haedar penuh ramah.
Demikian jua dengan Anwar, turut menyapa tim redaksi, salah satunya yang pernah mewawancarainya. “Ini Diko, yang wawancara saya ya?” tanya Anwar. “Iya Buya,” sambung Diko, jurnalis SM dengan takzim.
Setelah menyapa tim redaksi, disambung dengan memantau layout buku. Dengan didampingi Dwi Agus M sebagai Quality Control (produksi) dan Anwar, Haedar melihat hasil layout buku karyanya. Haedar memberikan masukan kepada Dwi Agus M hal ihwal layout buku tersebut.
“Mas Agus, layoutnya sudah bagus. Tapi bisa dikasih beberapa tambahan,” ucapnya.
Haedar secara saksama melihat layout bukunya. Ia dengan teliti satu per satu halaman dipantau sedemikian rupa. Kecermatannya menjadikan kualitas bukunya semakin nikmat, gurih, dan nyaman untuk dibaca secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat.
Setelah melihat hasil layout buku Haedar, Anwar juga berkesempatan melihat hasil cetak buku karyanya. Dan tak ketinggalan membagikan buku itu kepada Haedar dan tim redaksi. Yang menariknya, Haedar meminta tanda tangan kepada Anwar.
“Buya minta tanda tangan ya,” kata Haedar seraya tersenyum.
“Wah, saya jadi malu sama Pak Haedar,” sambung Anwar dengan tawa.
Setelah melihat hasil layout buku, Haedar dan Anwar sejenak meminum seteguk teh yang telah terhidangkan. Setelah itu meninggalkan ruang redaksi. Haedar sempat berceloteh, “Ruang ini kiranya perlu ditambahkan ornamen agar tambah bagus,” ungkapnya.
Dalam kesempatan terpisah, Haedar berpesan kepada tim Redaksi SM agar tidak pernah alergi untuk belajar. Menurutnya belajar akan tetap relevan sepanjang zaman di tengah lalu lintas kehidupan terus berubah dan tantangan datang silih berganti dengan pelbagai dinamika yang menyertainya.
“Redaksi SM harus terus belajar. Jangan merasa sudah selesai. Karena tantangan itu tidak pernah berhenti. Masalah yang dihadapi juga tidak pernah mandeg. Jadi kalau para anggota redaksi dan wartawan SM berhenti belajar, kita selain akan ketinggalan secara individual, juga tidak akan membawa SM sebagai majalah maju. Jadi Redaksi SM harus semakin tinggi sentuhannya menyajikan berita, tulisan serta sajian-sajian yang lebih lezat dibaca publik dan membawa kemajuan,” tegas Pemimpin Redaksi SM tersebut. (Cris)