YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan mutu layanan akademik dan penelitian. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya enam laboratorium UMY meraih akreditasi internasional ISO/IEC 17025:2017, standar global yang menetapkan kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi. Capaian ini menjadi tonggak penting dalam penguatan agenda internasionalisasi kampus.
Kepala Laboratorium UMY, Dr. Eng. Ir. Pinta Astuti, S.T., M.Eng., mengungkapkan bahwa proses menuju akreditasi ini merupakan perjalanan panjang dan strategis yang telah dipersiapkan selama beberapa tahun. Menurutnya, akreditasi ISO 17025 menjadi bagian dari milestone UMY dalam membangun reputasi sebagai universitas yang tidak hanya unggul dalam pendidikan, tetapi juga kredibel dalam layanan laboratorium.
“Persiapan akreditasi ini sudah berlangsung lama. Milestone UMY memang bergerak ke arah internasionalisasi, termasuk pada level laboratorium. Dan ISO 17025 menjadi standar penting untuk memastikan kompetensi dan kredibilitas layanan pengujian kita diakui secara global,” jelasnya dalam wawancara di Gedung Dasron Hamid Research and Innovation Center (DHRIC) pada Senin (17/11).
Proses Panjang dan Seleksi Ketat
Pinta memaparkan bahwa proses akreditasi membutuhkan ketelitian dan konsistensi tinggi, mengingat seluruh prosedur pengujian harus memenuhi standar internasional. Tahapan yang dinilai meliputi manajemen sampel, pendataan, pengelolaan benda uji, pelaksanaan pengujian, hingga pelaporan yang terverifikasi.
Awalnya, UMY menargetkan lebih dari sepuluh laboratorium. Namun, seleksi ketat dilakukan untuk memastikan kesiapan setiap unit sebelum diajukan ke lembaga akreditasi internasional. “Tantangan terbesar ada pada dokumentasi. Setiap langkah harus terekam dan dapat ditelusuri kembali. Kami juga harus melibatkan pihak eksternal untuk kalibrasi dan uji banding, yang tentu memerlukan waktu, koordinasi, dan biaya besar,” terangnya.
Setelah melalui proses selama tiga tahun, enam laboratorium bagian yang dinyatakan memenuhi standar internasional tersebut berasal dari tiga fakultas, yaitu: Laboratorium Fitomedisin dari Fakultas Farmasi; Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Laboratorium Geoteknik, serta Laboratorium Transportasi dan J dari Fakultas Teknik Sipil; lalu dua yang terakhir yaitu Laboratorium Tanah dan Laboratorium Nutrisi Tanaman dari Fakultas Pertanian.
Sebelum memperoleh akreditasi ISO, laboratorium UMY mencatat pendapatan layanan pengujian sekitar Rp700 juta per tahun. Dengan status akreditasi internasional, Pinta optimistis jumlah tersebut akan meningkat seiring bertambahnya kepercayaan mitra industri, lembaga penelitian, dan pemerintah.
“Harapannya, pendapatan bisa meningkat signifikan untuk mendukung peningkatan fasilitas dan layanan. Yang terpenting, akreditasi ini memperkuat kepercayaan bahwa hasil pengujian dari laboratorium UMY valid, reliabel, dan sesuai standar internasional,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sertifikasi ISO/IEC 17025:2017 memiliki masa pemantauan yang akan berlangsung selama 1 tahun 8 bulan. Pada periode tersebut, UMY memiliki kesempatan untuk memperluas ruang lingkup layanan atau mendaftarkan lebih banyak laboratorium lainnya agar juga masuk dalam skema akreditasi.
“Kami ingin lebih banyak laboratorium UMY masuk ke sistem mutu ISO. Dengan perluasan ruang lingkup, layanan laboratorium UMY dapat semakin kuat, profesional, dan diakui secara global,” tutupnya.
Capaian ini menegaskan posisi UMY sebagai perguruan tinggi yang terus bertransformasi menuju standar internasional, baik dalam pendidikan maupun riset. (Jeed)


