Etika Politik Islam
Oleh: Suko Wahyudi
Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SwT melalui utusan-Nya, Muhammad SaW, yang ajaran-ajarannya terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah dalam wujud perintah-perintah, larangan-larangan, dan pedoman-pedoman untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk ( menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya’ [21]: 107)
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl [16]: 97)
Sebagai pedoman untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat, Islam memberikan bimbingan kepada manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari yang paling kecil hingga yang paling besar, dari paling sederhana sampai paling rumit. Tidak ada di dalam kehidupan manusia, hal apapun itu yang luput dari perhatian Islam. Jika diibaratkan, Islam layaknya sebuah jalan raya yang lurus dan mendaki, yang dapat mengantarkan manusia pada kedudukan yang tinggi dimana pada jalan itu terdapat jalur-jalur yang jumlahnya sebanyak aspek kehidupan manusia yang salah satunya adalah aspek etika politik.
Persoalan etika politik merupakan persoalan yang sangat penting. Etika politik sesungguhnya merupakan bagian dari kajian filasafat politik. Ketika filasafat dihubungkan dengan politik, ia melahirkan filasafat politik. Ketika filsafat politik dihubungkan dengan etika, ia melahirkan etika politik.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang bermakna tempat tinggal yang biasa, adat, kebiasaan, watak, cara berfikir, dan perasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. (Ahmad Charis Zubair, Kuliah Etika. 1990. hlm 13)
Etika disebut juga dengan filsafat moral yang mencari hakikat nilai-nilai baik dan buruk yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan seseorang yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Persoalan etika berhubungan dengan eksistensi manusia, dalam segala aspeknya, baik individu maupun masyarakat, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia maupun dengan alam sekitarnya, baik dalam kaitannya dengan eksistensi manusia di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya maupun agama. (Musa Asyari, Filsafat Islam. 2017. hlm 77)
Di dalam kehidupan masyarakat, kata etika kurang begitu popular, yang lebih lazim adalah kata susila atau kesusilaan yang berasal dari bahasa Sanskerta; “su” yang artinya bagus, indah dan cantik. Adapun “sila” berarti adab atau kelakuan, akhlak, moral. Dengan demikian, kesusilaan berarti adab yang baik, kelakuan yang bagus, yaitu sepadan dengan kaidah-kaidah, norma-norma atau peraturan-peraturan hidup yang ada.
Adapun kata politik dalam bahasa Latin adalah politucus, dalam bahasa Yunani Politicos, berasal dari kata polis yang berarti kota. Politik dalam bahasa Indonesia sebagaimana dijelaskan oleh W.J.S. Poerwadarminta, dipahami dalam tiga arti, yaitu: Pertama, segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu negara atau terhadap negara lain Kedua, tipu muslihat atau kelicikan, dan Ketiga, dipakai nama sebuah disiplin pengetahuan, yaitu Ilmu Politik.
Menurut Deliar Noor, politik adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan kekuasaan untuk memengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.
Dalam Islam etika politik merupakan sesuatu yang sangat penting karena berbagai alasan. Pertama, politik dipandang sebagai bagian dari ibadah sehingga harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip ibadah. Misalnya, dalam berpolitik harus diniatkan Lillahi ta’ala. Dalam berpolitik, seorang seorang politisi muslim tidak boleh melanggar perintah-perintah dalam beribadah karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ibadah dapat merusak kesucian politik. Kedua, etika politik dipandang sangat perlu dalam Islam karena politik itu berkenaan dengan prinsip Islam dalam pengelolaan masyarakat. Berpolitik itu sering menyangkut hubungan antar manusia, misalnya saling menghormati, saling menghargai hak orang lain, saling menerima, dan tidak memaksakan pendapat pribadi.
Selain itu, hubungan antara masyarakat dan penyelenggara negara merupakan hal yang sangat penting dalam Islam. Apabila hubungan antara masyarakat dan penyelenggara negara tidak sesuai dengan ajaran Islam, yang akan muncul adalah kejacauan dan anarki. Oleh karena itu Islam mengajarkan etika politik, yaitu nilai akhlak atau prinsip moral politik yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SaW. Di antara etika-etika tersebut adalah:
1 . Kejujuran
Seorang muslim dituntut untuk selalu jujur dalam hati, perkataan maupun perbuatan. Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan. Kejujuran ini sangat ditekankan oleh Islam karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan pelakunya kedalam surga. Sebaliknya dusta yang merupakan lawan dari kejujuran akan membawa kepada kejahtan dan berakhir di neraka. Rasulullah SaW bersabda:
Hendaklah kalian semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong. (HR. Bukhari)
2. Adil terhadap Sesama Manusia
Keadilan adalah prinsip utama dalam membangun peradaban. Keadilan adalah etika yang paling menentukan bertahan atau hancurnya suatu bangsa. Karena itu menegakkan keadilan akan menciptakan kebaikan dan melanggar keadilan akan mempunyai dampak kehancuran tatanan suatu bangsa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kapad takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sunnguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Al-Maidah [5]: 8)
Islam sangat menekankan pentinya keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Islam tidak menghendaki adanay hokum rimba dimana yang kuat menindas yang lemah. Islam sangat menjunjung tinggi keadilan tanpa memandang agama, ras, dan perbedaan lainnya. Bahkan, keadilan merupakan inti tugas suci para nabi.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ رَسُولُهُمْ قُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Dan setiap umat (mempunyai) Rasul. Maka apabila rasul mereka telah datang, diberlakukanlah hokum bagi mereka dengan adil, dan (sedikit pun) tidak dizalimi. (Yunus [10]: 47)
3. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Amanat adalah berkaitan dengan kepercayaan, yakni sesuatu yang diberikan kepada seseorang untuk ditunaikan. Allah SwT telah mengingatkan manusia agar menunaikan amanah sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
۞ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
Sesunnguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapka dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa’ [4]: 58)
Amanah adalah perkara yang sangat penting terutama bagi mereka para politisi dan wakil rakyat yang sering menyatakan dirinya memperoleh amanah atau mandat rakyat. Amanah bukanlah kesenangan tetapi beban yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Allah SwT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Al-Anfal [8]: 27)
4. Tidak merendahkan orang lain hanya karena perbedaan
Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya sebagaimana dijelaskan dalam QS. At-Tīn [95]: 4, maka tidak diperkenankan bagi kita merendahkan kedudukan orang lain, baik berhubungan dengan fisik, suku, agama, dan lainnya. Apalagi bila sampai pada tahap saling berprasangka buruk, mengolok-olok, mencari-cari kesalahan, memberi gelar yang buruk, dan hal-hal lain yang mengancam keharmonisan hidup. Ingatlah pada Firman Allah berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang l ain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok itu) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar yang buruk.…”(QS. Al-Hujurat [49]: 11)
Dengan demikian dapat kita ambil gambaran secara umum bahwa etika politik dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, menghargai keragaman, persaingan secara sehat, menjunjung tinggi hak sebagai manusia dan warga negara, menerima pendapat yang lebih benar, serta keseimbangan dalam hak dan kewajiban. Etika politik yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis yang diikat oleh rasa persatuan dan persaudaraan sebangsa. Wallahu A’lam.