Spirit Hijrah dalam Menjaga Pusaka Kehidupan Umat
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
"Bulan Muharram merupakan penanda awal bulan dalam kalender tahun Hijriah yang sejatinya mempunyai makna untuk membawa perubahan demi menjaga pusaka kehidupan umat Islam."
Bulan Muharram adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah sebagaimana bulan Rajab, Ramadhan, dan Dzulhijah. Jika kita menghayati hakikat sebuah kemuliaan seperti halnya 'pusaka', sesuatu yang harus dijaga, dirawat, dan dipertahankan karena itu sebuah kehormatan atau marwah.
Allah, Nabi Muhammad, dan kedua orang tua kita adalah pusaka yang mana harus dijaga kehormatannya. Spirit hijrah pada masa Nabi Muhammad adalah semangat untuk mempertahankan nilai-nilai yang agung dengan keberanian atau dalam bahasa Jawa disebut "sura" yang berarti berani untuk bertindak/berbuat dalam sebuah perubahan. Dengan hijrah atau berpindah dari kota Mekkah ke Madinah, Nabi Muhammad mempertahankan pusaka kemuliaan yang disebut agama Islam. Karena Islam itu bercirikan dinamis, maka makna Muharram tak terpisahkan dari hijrah itu sendiri.
Hal ini ditegaskan Allah dalam surat An-Nisa ayat 100:
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)
Hikmah dan Kandungan Surat An-Nisa Ayat 100
Kita diperintahkan untuk berikhtiar menuju kebaikan dan kemajuan dengan niat hati yang bersih, didasari keimanan dan rahmat dari Allah. Maka dari situ, pintu rezeki akan dibuka oleh Allah. Walaupun perjuangan demi kebaikan belum sampai tujuan dan kita sudah dipanggil Allah, maka itu akan tetap dicatat oleh Allah. Dari sini sangat jelas bagaimana umat Islam menjadi umat yang dinamis dan unggul, salah satunya dengan hijrah.
Makna Hijrah
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, hijrah adalah berpindah tempat dari wilayah atau daerah yang menolak atau belum bisa menerima nilai-nilai tauhid, bergerak dan pindah ke wilayah yang bisa menerima nilai-nilai tauhid. Akan tetapi, dalam kondisi saat ini, kita harus berani hijrah secara pemikiran yang disesuaikan dengan kondisi saat ini di era modern dengan menyelaraskan dan mentransformasi nilai-nilai ilahiyah ke dalam nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi secara kontemporer (kekinian), karena ilmu pengetahuan itu sangat dinamis.
Sehingga kita harus mengikuti alur tersebut dengan didasari dan diawali dari muhasabah diri, diikuti dengan mujahadah atau bersungguh-sungguh dalam hijrah itu sendiri. Dengan demikian, kita akan mampu menjaga dan merawat pusaka atau kehormatan itu sendiri, baik secara individu maupun secara jamaah.
Semoga kita menjadi umat yang dinamis, maju, dan unggul dalam bingkai akhlak dalam rangka sebagai insan dan umat yang rahmatan lil 'alamin.