Oleh: Drs. HM. Jindar Wahyudi, M.Ag
اَلْحَمْدُ ِلله ِالَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقّ ِلِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفاَ بِاللهِ شَهِيْدًا اَشْهَدُ اَنْ لاَ ِالَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرْيكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى َالِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاءِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الّدِيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُم تُفْلِحُون
Hadirin jamaah Jum’at Rahimakumullah
Allah SwT berfirman
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَۙ
“Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil daripada itu. Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahwa itu kebenaran dari Tuhannya. Akan tetapi, orang-orang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang disesatkan-Nya. Dengan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Namun, tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu, selain orang-orang fasik.” (QS. Al Baqarah: 26)
Assuddi di dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas perkataan orang-orang munafik ketika Allah membuat dua perumpamaan bagi orang mnunafik (yang terdapat pada QS. Al-Baqarah: 17 dan 19). Mereka berkata “mungkinkan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Luhur membuat perumpamaan seperti itu? Atas pertanyaan orang-orang munafik itu dijawab langsung oleh Allah dengan menurunkan Surat Al Baqarah ayat 26 ini yang menyatakan bahwa Allah tidak merasa malu membuat seekor nyamuk sebagai perumpamaan bagi kehidupan umat manusia.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Kelihatanya nyamuk adalah hewan sangat kecil dan remeh yang tidak berarti sama sekali bagi kehidupan umat manusia namun dibalik Allah membuat perumpamaan nyamuk itu ternyata menyimpan pelajaran bagi kita. Nyamuk merupakan hewan kecil yang sangat dekat dengan manusia tetapi memiliki sifat tidak baik, simbol dari keburukan dan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah.
Adapuan perumpamaan nyamuk bagi prilaku kehidupan umat manusia itu antara lain yaitu:
Pertama, nyamuk merupakan hewan yang sangat mengganggu. Kebiasaan nyamuk adalah menggangu orang terutama ketika orang akan beristirahat (tidur) setelah lelah seharian bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sungguh betapa sangat terganggunya orang yang menginginkan suasana damai untuk beristirahat tetapi terganggu kehadiran nyamuk dengan suara gaduh yang mendenging di telinga.
Dalam kehidupan sosial di masyarakat tidak sedikit orang yang berprilaku seperti nyamuk ini, yang mengganggu kedamaian dan ketentraman orang lain, baik langsung maupun melalui media massa. Menjadi profokator yang menimbulkan kegaduhan dan keonaran di tengah masyarakat yang sebenarnya sangat rukun, aman dan damai. Ada pula yang sacara langsung menggangu pengguna jalan, menjadi preman jalanan, membuat suara gaduh berteriak-teriak apalagi dengan suara sepeda motor tanpa knalpot yang memekakkan telinga, yang dilakukannya tanpa mengenal waktu, bahkan di malam hari saat orang sedang beriistirahat (tidur) yang memerlukan suasana yang nyaman. Betapa buruknya kepribadian orang yang memiliki prilaku yang mengganggu ketentraman dan ketenangan orang lain seperti prilakunya nyamuk ini.
Rasulullah saw pernah menegaskan secara umum dengan pernyataan “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman” sampai tiga kali, lalu ada sahabad yang bertanya, siapa mereka itu ya Rasulullah, lalu beliau menjawab:
قَالَ الَّذِى لَا يَاءْمَنْ جَارَهُ بِوَايِقَهُ (رواه البخرى)
"Yaitu orang yang menjadikan tetangganya tidak aman dari gangguan (keburukannya)." (HR Bukhari)
Kedua, nyamuk menimbulkan penyakit bahkan penyebab kematian. Di samping menganggu orang yang sedang beristirahat gigitan nyamuk juga bisa menyebarkan berbagai macam penyakit pada manusia seperti penyakit malaria, demam berdarah, kaki gajah dan sebagainya bahkan bisa menimbulkan kematian, Raja Namrut salah satu contohnya adalah seorang raja yang sangat digdaya pada waktu itu wafat karena nyamuk ini. Jika tidak menimbulkan penyakit bahkan sampai mematikan paling tidak gigitan nyamuk bisa menimbulkan gatal-gatal dan iritasi pada kulit manusia.
Perumpamaan prilaku nyamuk yang menggigit orang ini tentu sangat tidak dibenarkan jika dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sosial. Karena memang ada dalam kehidupan sosial orang yang berprilaku suka menyakiti orang lain “lidahnya tajam” menusuk sampai ke dalam relung hati yang sangat dalam dengan cara mengejek, menghina, mengumpat, memfitnah, mengadu-domba, merendahkan dan sebagainya.
Terutama kepada mereka yang berbeda pemikran, kelompok dan partainnya dengan dalih untuk meraih dukungan dan simpati masyarakat. Hal ini Seperti prilaku istrinya Abu Lahab yang kemana saja digambarkan selalu membawa kayu bakar sebagai simbol yang selalu memanas-manasi orang lain, membuat isu, memfitah, mencela dan mengumpat untuk merendahkan keagungan Nabi Muhammad saw (QS. Al Lahab: 5).
Firman Allah
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ
“Celakalah setiap pengumpat lagi pencela." (QS. Humazah : 1)
Ketiga, nyamuk memiliki sifat sangat serakah. Ketika nyamuk mendapat kesempatan menggigit orang maka akan menyedot darah sebanyak-banyaknya sampai perutnya membesar bahkan melebihi kapasitasnya hingga mencelakakan dirinya sendiri. Tidak lagi bisa terbang karena keberatan beban hasil sedotan darah manusia. Itulah sifat serakahnya nyamuk yang memanfaatkan kesempatan aji mumpung nyedot darah orang yang sedang tidur lelap.
Manusiapun tidak sedikit yang berprilaku demikian. Ketika mendapatkan kesempatan dengan jabatan dan posisi strategis yang diamanatkan kepadanya malah disalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi dengan korupsi atau mengambil uang yang tidak berhak untuknya. Bahkan cara mengambilnyapun tidak tanggung-tanggung, dengan jumlah yang fantastis milyaran rupiah, dengan tanpa malu-malu hidup bergelimang harta, berpoya-poya bahkan investasipun di mana-mana hingga tanpa disadarinya terendus oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang ahirnya dibuai jeruji besi masuk penjara. Celakalaah dirinya, celakalah keluarganya, sengsaralah anak dan istrinya karena dibuli oleh tetangga. Kesemuanya karena keserakahan yang luar biasa dilakukan manusia persis seperti serakahnya seekor nyamuk ketika nyedot darah manusia.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Demikian khutbah juma’at yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bisa menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Perumpamaan seekor nyamuk yang nampaknya tidak bermakna apa-apa bagi kehidupan manusia ternyata adalah sebuah pelajaran agar kita tidak mengikuti prilakunya, yang tentu tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang berakhlak mulia.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Drs. HM. Jindar Wahyudi, M.Ag, PDM Boyolali, Alumni Pondok Shabran UMS 1990