YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menginisiasi acara bincang sastra dengan bedah buku dan baca pusi buku ”Kecuali” sebuah buku kumpulan puisi karya Sutardji Calzoum Bachri. Bincang sastra ini juga diisi oleh HM. Nasruddin Anshoriy Ch, Prof. Rina Ratih Sri Sudaryani, . M. Hum, dan Kunni Masrohanti. Acara ini juga disambut baik oleh menteri pendidikan Indonesia Prof. Abdul Mu’ti, M. Ed. melalui sambutannya secara daring yang ditampilkan di ruang amphitarium UAD.
Acara yang berlangsung di amphitarium UAD ini tidak hanya berfokus pada bedah buku, tetapi juga menjadi momentum penting untuk memperkenalkan sastra sebagai alat dinamis dan manis dalam penyampaian pesan. Bahkan disampaikan oleh perwakilan PWM Yogyakarta Dr. Ridwan, S.E., M. Ag. dalam sambutannya, ”Sastra dan seni menjadi alat yang humanis dalam melancarkan dakwah KH. Ahmad Dahlan”.
Dalam suasana penuh antusias, audiens diajak menyelam dalam karya sastra nan Indah milik Sutardji Calzoum Bachri. Khidmat, menggambarkan suasana isi ruangan mendengar puisi yang dibacakan sang penyair. Kemeriahan acara didukung juga oleh penampilan dari mahasiswa-mahasiswa sastra Indonesia UAD yang membawakan penampilan theater solo yang berhasil menghipnotis seisi ruangan melalui penghayatannya. Tak kalah menariknya penampilan drama dari mahasiswa sastra Inggris yang menambah khidmat acara.
Memasuki acara inti bincang sastra karya presiden sastra Indonesia Sutardi Calzoum Bachri dan dimoderatori oleh bapak Laga Adhi Darma, S.S., M.A. dosen sastra Indonesia UAD. Sutardi Calzoum Bachri sebagai presiden sastra Indonesia yang masih aktif berkarya di usia 84 tahun. Untuk buku kumpulan puisi yang berjudul ”Kecuali” sudah dicetak untuk kelima kalinya. Didampingi oleh Prof. Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M. Hum dosen pendidikan bahasa dan sastra Indonesia UAD yang menekuni bidang sastra dan gender menyampaikan, ”Saya melihat bang Tarji sebagai seorang tokoh dalam perjalanan sastra di Indonesia, beliau membawa satu kredo yang tidak pernah dibawa orang lain yaitu kata-kata harus bebas dari maknanya, kata harus jadi dirinya sendiri. Kedua, sebagai penyair dalam karya cerpen-cerpennya yang tajam”.
Acara bincang sastra yang digelar oleh FSBK ini selain membumikan sastra juga menjadi ajang silaturrahmi sastrawan Yogyakarta. Dihadiri Mustafa Wahid Hasyim, Akhir Lusono, Jabrohim dan puluhan sastrawan lainnya. Selain itu, juga hadir komunitas-komunitas teater di Jogja seperti teater Eska (UIN Sunan Kalijaga), Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta, dan belasan komunitas lainnya.
Selain ajang silaturrahmi bincang sastra menjadi sarana penting bagi mahasiswa untuk memahami praktik nyata dari sastra sebagai ilmu, seni, dan pesan. Harapannya dari acara ini mahasiswa dapat menggali banyak tentang sastra dan dapat terus mengeksplornya. Tentunya bisa menjadikan sastra sebagai objek yang bermanfaat dalam menyampaikan pesan yang dinamis dan humanis. (diko)