SALATIGA, Suara Muhammadiyah - Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan berperan untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang secara dinamis. Keberlanjutan menjadi kata kunci bagi perguruan tinggi dalam berinovasi, serta harus dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng. merasa bahwa keberadaan perguruan tinggi di masyarakat menjadi indikator untuk mengukur seberapa besar dampak yang telah dihasilkan. Gunawan yang menjadi salah satu narasumber utama dalam agenda dialog Rektor di Universitas Kristen Satya Wacana pada Kamis (27/6) menyebutkan bahwa perguruan tinggi dapat dikatakan sudah tidak memiliki fungsi saat merasa tidak lagi menjadi bagian dari masyarakat.
Dalam dialog yang bertajuk Teras Rektor yang sekaligus merupakan rangkaian dari acara Gelar Inovasi Harmoni Nusantara, Gunawan berujar bahwa nilai-nilai perguruan tinggi yang terkandung dalam Tri Dharma telah diintegrasikan oleh UMY untuk memberikan manfaat di masyarakat. “UMY serta seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) memiliki dharma keempat yang secara garis besar berfungsi sebagai landasan utama dalam memperluas kebermanfaatan bagi seluruh masyarakat. Seluruh dharma yang telah ada akan menjadi tidak berguna jika dampaknya tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, dan masyarakat harus menjadi subjek atau sasaran utama dalam pengimplementasian Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian,” ujar Gunawan.
Komitmen tersebut yang menurut Gunawan telah menjadi hulu dari seluruh inovasi yang diciptakan di UMY, dan seluruhnya berasal dari permasalahan di masyarakat. Adanya Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) sebagai lembaga yang mengintegrasikan seluruh bentuk penelitian di UMY menjadi penanda intensitas dalam melihat serta mencari solusi atas berbagai tantangan. Seluruhnya telah selaras dengan tema besar dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang menurut guru besar UMY di bidang ilmu tanah ini telah dilakukan oleh Muhammadiyah bahkan sejak puluhan tahun yang lalu.
“Kami memiliki laporan tahunan atas kinerja perguruan tinggi dalam pengembangan serta penerapan dari 17 poin SDGs, dan pada tahun 2022 telah menjadi dasar bagi seluruh kegiatan penelitian dan pengabdian di UMY hingga telah menghasilkan sekitar 2.314 karya inovasi di tahun yang sama oleh para dosen UMY. Ini menjadi kebanggaan bagi kami karena latar belakang atas terciptanya seluruh inovasi tersebut adalah permasalahan yang dialami langsung oleh masyarakat,” imbuhnya.
Gelar Inovasi Harmoni Nusantara yang merupakan agenda tahunan ini dianggap oleh Gunawan menjadi titik awal atas tindak lanjut dari pengembangan inovasi yang bersifat kolaborasi antar perguruan tinggi. Dihadiri oleh pimpinan dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Diponegoro, universitas Nusa Cendana dan Universitas Pertahanan, momentum ini dimanfaatkan oleh UMY serta Universitas Kristen Satya Wacana untuk menjalin kerja sama melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tepat setelah dialog Teras Rektor berakhir.
Ditandatangani langsung oleh Rektor dari masing-masing perguruan tinggi, MoU ini menjadi langkah awal untuk lebih mengeksplorasi ruang yang dapat dioptimalkan terutama oleh perguruan tinggi swasta. Kolaborasi dalam bidang akademik menjadi salah satu poin utama dalam MoU ini, di samping pengoptimalan sumber daya berupa badan usaha agar dapat menjadi perguruan tinggi yang mandiri secara finansial. (ID)