YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Literasi menjadi tradisi yang sangat kuat di Muhammadiyah mulai dari membaca, menulis, hingga mendokumentasi sebuah peritiwa. Tradisi ini tumbuh subur berkat kepeloporan Haji Fachrodin tahun 1915 dengan mendirikan Suara Muhammadiyah sebagai corong literasi bagi umat Islam yang pada waktu itu masih sangat tertinggal dan terbelakang.
Sebagai murid langsung Kiai Ahmad Dahlan, ia sering melabeli dirinya sebagai lulusan sekolah ngisor sawo (sekolah di bawah pohon sawo). Yang ini secara tak langsung menunjukkan bahwa sosok Fachrodin memiliki sikap rendah hati kepada setiap orang.
Roni Tabroni, Penulis Buku Haji Fachrodin menyebut sosok yang ditulisnya itu terlampau sempit jika hanya diposisikan sebagai tokoh pers dan literasi. Daya ingin tahunya yang tinggi membawanya menjadi sosok yang memiliki banyak kelebihan. Sehingga tak jarang orang menyebutnya sebagai tokoh yang mempunyai banyak wajah, artinya sosok yang memiliki multi peran di banyak bidang. Namun hal yang paling menonjol dari sosok ini adalah keterlibatannya dalam dunia pers dan literasi melalui berdirinya media Suara Muhammadiyah.
“Kenapa mesti Fachrodin, karena jejaknya masih bisa dinikmati publik secara luas. Selain itu beliau juga seorang professional yang mampu mengelola media, tidak hanya bisa menulis saja,” ungkap Roni menyampaikan alasannya menulis buku terbarunya yang diterbitkan Suara Muhammadiyah itu (12/8).
Dalam rentang waktu itu, Fachrodin tidak hanya menyampaikan hal-hal yang terkait keislaman dan kemuhammadiyahan, tapi juga nilai-nilai kebangsaan. Inilah yang menjadikan Fachrodin bukan sekedar tokoh literasi dan pers, tapi juga seorang tokoh yang komplit. “Ia seorang tokoh otodidak sejati. Dan ia punya rasa penasaran serta ingin tahu yang sangat tinggi,” ujarnya.
Muchlas MT, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah mengapresiasi dan menyambut baik atas terbitnya buku Haji Fachrodin, yang mana ia juga diminta memberikan kata sambutan di dalamnya. Menurutnya, diterbitkannya buku tersebut menjadi salah satu program dari MPI PP Muhammadiyah dalam memperluas tradisi literasi di lingkup Persyarikatan.
“Buku ini berisi tentang sejarah dan kiprah beliau dalam memulai gerakan literasi. Mudah-mudahan ini dapat menjadi menjadi sumber inspirasi,” tegasnya. (diko)