Oleh Muhammad Abadi
Kader Muda Muhammadiyah Asal Kota Banyuwangi, Menetap di Kauman, Bojonegoro, Jawa Timur
Di era dunia digital hari ini, kita menyaksikan adanya banyak persaingan antar negara yang membutuhkan skill dan talenta dari generasi muda. Skill dan talenta itu tidak sedikit generasi muda kita yang menguasasinya dan pada akhirnya terjadilah banyak pengangguran karena tidak bisa terserap oleh dunia persaingan terutama pekerjaan. Generasi muda harus memiliki penguasaan ilmu dan teknologi sebagai modal untuk menguasasi dalam persaingan dunia global. Sangat dibutuhkan adanya sumber daya manusia yang mengusai ilmu pemgetahuan, teknologi maupun filsafat yang banyak dibutuhkan di tingkat pekerjaan yang penuh dengan persaingan tersebut.
Tantangan dunia gital akhir-akhir ini menuntut generasi muda untuk mampu bekerja keras yang hanya diutamakan bagi mereka yang beruntung dalam menguasai ilmu dan teknologi. Banyak terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) karena banyak perusahaan yang tidak siap untuk bersaing dengan perusahaan lainnya yang pada akhirnya terjadilah pengangguran secara kuantitas. Maka sangatlah wajar, manusiawi bahkan alamiah terjadi persaingan yang mengakibatkan PHK massal. Dunia kerja hari ini memang sangat mengerikan bahkan sangat keras yang memerlukan stamina yang tidak sedikit. Banyak generasi muda kita tertekan dalam dunia kerja karena persaingan yang tidak sehat acapkali terjadi.
Generasi muda dan sumber daya manusia memerlukan mental yang kuat dan tidak mudah goyah dalam mengatasi segala masalah yang kerap terjadi di era dunia digital hari ini. Hal inilah yang banyak mengakibatkan gangguan mental atau mental disorder yang menghampiri generasi muda kita saat ini. Hidup semakin nafsi-nafsi ( sendiri-sendiri ), maka mau tidak mau kita semua harus merasakan adanya resiko yang dihasilkan oleh persaingan tersebut. Yang akan mewarnai dunia adalah banyaknya sumber daya manusia, keahlian, skill dan talenta bukanlah banyaknya sumber daya alam.
Salah satu kelemahan bangsa kita Indonesia adalah masyarakatnya masih minim dalam mencintai ilmu pengetahuan teknologi dan filsafat. Memang bangsa kita masih belum maju dan masih menjadi negara berkembang. Minimnya masyarakat dalam mencintai membaca buku umpamnya atau menulis contohnya merupakan suatu kendala besar bagi negara kita dalam hal pengusaan ilmu dan teknologi. Pendidikan yang masih carut-marut di negeri kita merupakan cerminan yang menjadikan bangsa ini untuk maju selangkah dalam mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju lainnya di muka bumi ini.
Cinta ilmu, cinta buku dan cinta menulis masih saja menyisakan banyak persoalan yang kerap terjadi di masyarakat kita. Budaya oral atau budaya lisan masih saja menjadi batu sandungan yang sering terjadi karena tingkat pendidikan yang masih sangat rendah dalam masyarakat yang dinina bobokan oleh kekayaan alam yang melimpah ruah. Kemiskinan, kebodohan dan juga tingkat korupsi yang tinggi merupakan sekian masalah yang tidak bisa hilang dari generasi ke generasi hingga saat ini.
Bisa dikata bangsa kita adalah surganya kemiskinan, surganya kebodohan, surganya korupsi dan segala tetek bengek yang miris mendengarnya. Maka diperlukan adanya wewenang dari para pemimpin kita tentang adanya suatu kemandirian bangsa ini dalam segala bidang kehidupan. Adanya wewenang dari para pemimpin kita merupakan harapan bangsa kita dalam pergulatan di dunia internasional. Semoga para pemimpin kita memberikan wewenang bagi generasi muda kita dalam menguasai sumber daya manusianya yang akan membawa nama harum bangsa besar ini di kancah dunia internasional. Semoga! Allahu Alam Bish- Shawab.