Bijak Bermedia Sosial

Publish

7 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
204
pixabay

pixabay

Oleh: Abdul Rohman, Mahasiswa Institut Agama Islam Al Ghuraba Jakarta

Media sosial saat ini sudah terjangkau pada semua kalangan, baik di kota besar hingga pedesaan. Namun kiranya semua pihak bisa bijak dalam menggunakan, memanfaatkan dan menjadikan fungsi bermuara pada kebaikan bukan pada hal yang tak baik. Jika semisal media sosial jadi ajang silaturahim, kaitannya dengan pekerjaan, info bisnis, informasi positif, inilah yang mesti kita kawal. Bukan sebaliknya media sosial jadi ajang ketidakmanfaatan, saling hujat, saling menghina, saling sindir, menawarkan judi via online, pelacuran dan yang saat ini tren mencari uang dengan cara berjoget di Tiktok. 

Hal yang terjadi saat ini, normalisasi hal negatif dengan berpendapat bahwa berjoget di tiktok dapat uang dengan alasan si pemberi uang sebagai penghibur adalah hal yang wajar. Harusnya media sosial itu bisa menghasilkan uang tetapi bukan dengan berjoget lalu ada yang memberi uang, melainkan berjualan produk, menawarkan produk, menjual jasa service, berbagi ilmu pendidikan, informasi pekerjaan, dan lain – lain. Membuat akun lalu berbagi ilmu agama, kajian via live, bersedekah online, bersholawat bareng, tilawah bareng, murojaah Al Quran, dan kebaikan lain. Atau buat akun di media sosial bagi tiap sekolah – sekolah, pondok pesantren, masjid, musholah, majelis taklim, pengajian, badan amil zakat, dan gerakan agama lain.

Manusia Salah Menggunakan Media Sosial

Adat budaya ketimuran bagi rakyat Indonesia ini tak ternilai, gotong royong semisal, suatu gerakan kebersamaan saling bantu guna meringankan tugas yang berat dan mencapai tujuan kehidupan yang baik. Nilai luhur ini dari sudah turun temurun bukan temuan saat ini, penuh nilai spiritual yang kuat demi kebersamaan, kemanfaat yang baik dan nilai silaturahim. Semua ini sudah mulai berkurang bahkan pudar dengan hadirnya gadget atau handphone, membuat manusia bermesraan dengan gadget tiap waktu bukan berkasih sayang dengan orang tua, guru, adik, kakak, tetangga, kakek, nenek dan saudara.

Ancaman ini tentu jangan dianggap tak serius, karena manusia diciptakan sebagai mahluk biologis, mahluk sosial, berpasang – pasangan, bermoral, etika tinggi, mempunyai nilai, berpendidikan, pemegang amanah, bermanfaat bagi orang lain, semua ini sesuai dengan persprektif manusia dalam Al Quran. Manusia juga seorang pekerja sosial dan bekerja untuk keluarga dan hidup untuk beribadah kepada Allah sebagai wujud pertanggung jawab  diciptakan kedunia ini. Secara normal berpikir manusia memenuhi hak kepada Allah, keluarga dan orang lain.

Jika tak sadar hal ini maka manusia menjadi mahluk egois, jahat, bengis, keji, pembunuh, pemarah, pendendam, pembenci, pelit, serakah dan tak beriman. Jadi penting manusia memahami kehadirannya didunia ini. Sebagai mana Allah berfirman:" Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku", jadi manusia ini diciptakan untuk beribadah. Apa itu arti ibadah, pengabdian sebagai mahluk yang diciptakan olehnya dengan mentaati segala perintahnya dan meninggalkan larangan. Bekerja menghasilkan uang, menghabiskan waktu di luar meninggalkan keluarga itu pun ibadah dan termasuk jihad di jalan Allah. 

Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Tanpa berhubungan dengan manusia lain, manusia tidak "menjadi" manusia. Hubungan antar makhluk itu ada yang bersifatnya saling membantu (seperti manusia dengan kuda piaraan), ada juga yang saling memusnahkan (seperti antar serigala) dan ada hubungan sepihak, predator dan korbannya (seperti cecak dengan nyamuk). Manusia dalam pergaulan hidupnya dengan sesama manusia ada kalanya saling membantu (yasyuddu ba 'dhuhum ba'dha), ada kalanya bersaing secara sehat (fastabiqul al khairat) dan tak jarang menindas serta mengekplorasi yang lain untuk kepentingan dirinya.  

Agama mengajarkan bahwa tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang tidak fungsional, semuanya ada makna keberadaannya sehingga diciptakan. Perbedaan manusia satu dengan yang lain dimaksudkan agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat (lita 'arafu), dan perbedaan kondisi serta perbedaan peluang dimaksudkan untuk menguji menusia, siapa yang paling baik perbuatannya ( liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amala), dan manusia paling terhormat di depan Tuhan adalah manusia yang paling bertaqwa (atqakum), (Meraih Bahagia Dengan Tasawuf, Prof DR Ahmad Mubarok, MA., 2010, hal 89).

Tuntutan hidup saat ini memang tinggi karena nilai inflasi, tekanan gaya agar mengikuti yang terbaru, banyak produk teknologi baru sehingga manusia dimanjakan, style fashion yang membuat mata terbelalak ingin memiliki, makan dan minuman yang menarik nan lezat, pendidikan yang memberikan peluang naiknya income, objek wisata yang menggiurkan untuk didatangi. Tubuh butuh vitamin itu semua namun jiwa pun harus kuat mengatasi godaan tak menyalahi aturan Tuhan dan norma humaniora.

Keselarasan budaya, agama dan kehidupan mesti sejalan tanpa merusak hubungannya. Ketimpangan ini harus dibayar mahal, berjoget lalu tak mau bekerja itu sudah salah, media sosial tak manfaat itu pun salah, berbudayalah dengan baik, berperilaku budaya dengan akal pikiran maka akan menghasilkan yang baik. Media sosial saat ini pun dijadikan alat untuk menyebarkan hoax, berita palsu, manifulatif, saling serang komentar, fitnah, bullying dan keresahan lain.

Solusi Salah Menggunakan Media Sosial

Penggunaan media sosial yang salah, tentu hal ini tak bisa dibiarkan, harus ada solusi atas penggunaan yang salah fungsinya. Media sosial sejatinya, bagi pelajar menjadi media bertambahnya keluasan ilmu dengan begitu pemahaman menjadi kokoh atas dasar argument dilain wilayah, si pekerja menjadikan rujukan tambahan oleh media guna menghantar kesuksesan didalam tanggung jawab pekerjaan yang diemban, bagi orang tua media mendapatkan cara pandang lain guna lebih bijak menjagai anak – anaknya, sementara pendakwah menggunakan media sebagai sarana dakwah yang luas menjangkau umat.

Beberapa solusi atas kesalahan penggunaan media sosial mesti diberikan. Media sosial buat iklan, marketing, konsultasi, pendidikan, dakwah, pengajaran, berbagi uang sedekah, informasi dan pemberitahuan semua ini silahkan dilakukan. Perlu penguatan pengetahuan agama agar media sosial ini tak salah arah tujuan.

Setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat, untuk itu penggunaan media sosial ini akan merubah kaum tersebut menjadi lebih baik atau malah bertambah buruk dalam pemikiran, langkah keputusan, aksi keseharian bahkan merubah arah hidup. Ingat didalam Al Quran surah Ar Ra'd ayat 11: "Allah tidak akan merubah satu kaum, sebelum kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka".  

Untuk itu manusia yang telah diberi akal agar manusia tak mengikuti hawa nafsu. Nafsu sumber penggerak agar tubuh manusia untuk berbuat kerusakan karena nasfu kebinatangan. Allah memberikan beberapa penjagaan salah satunya akal, bahkan dengan akan dapat mengendalikan nafsu guna mengingkatkan hidupnya. Malu adalah penjagaan lain yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Bila binatang dapat melakukan apa saja dalam situasi apa saja, maka manusia yang normal harus memperhitungkan situasi untuk melakukan suatu kegiatan. 

Manusia juga bukan hanya digerakkan oleh nafsu, ia juga bertindak atas dasar rasa malu. Karena itu, Nabi Muhammad, berkata: ' jika engkau tidak malu, lakukanlah apa pun sekehendak hatimu" ( Kanz Al-Ummal, hadis ke 5780 ). "Sesungguhnya malu itu manusia, pastilah ia manusia yang saleh" (Kanz Al-Ummal, hadis ke 5781 ). Akal dan nafsu adalah dua contoh penjagaan manusia, supaya ia tidak celaka atau jatuh menjadi binatang. (Islam Aktual, Jalaluddin Rakhmat, 1991, hal 259-260).

Joget – joget, adalah kegiatan kesenangan namun harus juga mengatur, apakah ini mengakibatkan kebaikan maka akal bekerja, yang kedua jika joget dibarengi nafsu akan jadi aib, erotis, pakaian terbuka, sensual, menimbulkan sahwat ini yang tak baik. Setelah memahami akan fungsi manusia, dengan merubah dirinya sendiri, menjaga akal dan nafsu, tak kalah juga penting manusia harus mengenyam pendidikan agar bernilai, bermartabat, memiliki value, bermoral, harkat dan pintar emosi.

Penjagaan manusia dalam keseharian perlu memahami juga adanya Maqashid Syariah, menurut Imam Syatibi yaitu: 1. Menjaga Agama, dengan menjaga amal ibadah seperti, salat, zikir, bekerja, sedekah, zakat dan sebagainya. Dengan begitu kita menjaga keutuhan dan kemuliaan agama, seperti menjaga salat dijelaskan dalam hadis, " barang siapa mendirikan salat, maka ia menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkan salat, maka ia merobohkan agama".

2.  Menjaga Jiwa, Dharuriyyat memenuhi kebutuhan makan guna mempertahankan hidup dan Hajiyat itu mengejar menikmati makanan namun tak boleh memaksa jika dilakukan akan mempersulit hidup. Serta Tahsiniyat soal cara makan dan minum yang sopan.

3. Menjaga Akal, akal akan membantu manusia menentukan mana yang baik dan buruk. 4. Menjaga keturunan, agar keberlangsungan hidup manusia maka diperlukan menjaga keturunan, pernikahan, menjauhi perzinahan. 5. Menjaga Harta, jangan mendapatkan harta dari sumber yang haram serta jalan bukan yang diridhai Allah dengan cara bathil. 

Lengkap sudah jika kita memahami maqashid syariah, sebagai penjagaan manusia didalam kesehariannya. Ada menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan menjaga harta. Kelima hal ini rujukan tepat, penting kiranya informasi yang benar ini sampai pada semua pengguna media sosial, agar keharmonisan dalam hidup, keluarga, organisasi dan masyarakat luas terjalin dengan baik. Pemahaman akan adat, normal, pendidikan dan nilai sosial menjadi nilai unggul dalam masyarakat. 

Ajak masyarakat sebagai pengguna media sosial yang mayoritas sebagai jalan kebaikan, dimulai dari dalam rumah, mengajarkan sikap sopan, ramah dan berjiwa rendah hati, lalu berlanjut pada lingkungan luar semisal sekolah dan tempat kerja serta masyarakat jadilah pribadi yang menjadikan media sosial kebermanfaat yang langgeng, bukan acuh tak acuh, saling sindir, hujat – menghujat, bahkan sombong.

Sudah saatnya Indonesia bukan menjadi nitizen yang di cap tak sopan dalam mengomentari hal – hal apa pun, melainkan masyarakat Indonesia adalah sebagai pengguna media sosial yang setia dalam penggunaan serta menyebarkan keberlangsungan panjang tangan pikiran yang luas, hati yang bersih, beradab dan agamis.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Al-Qur`an diturunkan kepada Nab....

Suara Muhammadiyah

5 April 2024

Wawasan

Kemerdekaan untuk Mempersiapkan Generasi Emas Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, Anggota LPCRPM PP Muh....

Suara Muhammadiyah

26 August 2024

Wawasan

Anak Saleh (22) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

19 December 2024

Wawasan

Oleh Gunawan TrihantoroSekretaris Forum Kreator Era AI Jawa Tengah dan AMM Blora Indonesia, sebagai....

Suara Muhammadiyah

18 November 2024

Wawasan

Refleksi 58 Tahun Kokam Oleh: Rumini Zulfikar Setiap tanggal 1 Oktober, kita sebagai warga negara ....

Suara Muhammadiyah

1 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah