JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni, Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MLH PPM) menggelar program Green Qurban secara serentak pada Sabtu-Ahad (7-8/6) di tujuh titik strategis di Indonesia.
Ketujuh titik tersebut meliputi Medan Provinsi Sumatera Utara, Tangerang Selatan Provinsi Banten, Pati Provinsi Jawa Tengah, Cilacap Provinsi Jawa Tengah, Lamongan Provinsi Jawa Timur, Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Papua Barat Daya.
Program Green Qurban merupakan inisiatif yang lahir dari kesadaran bahwa pelaksanaan ibadah, khususnya qurban, perlu selaras dengan prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan. Selama ini, praktik qurban yang dilakukan secara massal sering kali menyisakan persoalan dalam aspek kesehatan hewan, pengelolaan limbah, hingga dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Menjawab tantangan tersebut, MLH PP Muhammadiyah merancang Green Qurban sebagai bentuk transformasi sosial-spiritual, dengan pendekatan yang lebih menyeluruh, beretika, dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, Green Qurban menekankan pentingnya pemilihan hewan kurban yang sehat dan dipelihara secara etis oleh peternak lokal. Hal ini dilakukan untuk memastikan kesejahteraan hewan sekaligus mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Proses penyembelihan dilakukan secara higienis di lokasi yang memenuhi standar sanitasi, menggunakan peralatan yang bersih, serta dilakukan oleh penyembelih yang telah mendapatkan pelatihan teknis maupun syar’i. Setelah proses pemotongan, daging dikemas menggunakan wadah ramah lingkungan seperti kantong berbahan organik atau daur ulang untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai yang mencemari lingkungan.
Limbah hasil penyembelihan dipilah dengan cermat antara organik dan anorganik. Sisa organik seperti darah, tulang, dan jeroan dikelola untuk dikomposkan atau dibuang dengan cara yang tidak mencemari tanah dan air sekitar. Penataan lokasi pelaksanaan juga dirancang agar tidak menimbulkan bau menyengat maupun pencemaran visual yang kerap ditemui dalam praktik kurban konvensional.
Aspek edukasi juga menjadi bagian penting dalam program ini. Para panitia dan relawan diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam setiap tahapan pelaksanaan qurban. Masyarakat penerima manfaat pun diperkenalkan pada konsep qurban berkelanjutan yang tidak hanya menyalurkan daging, tetapi juga menanamkan nilai kesadaran ekologis dalam kehidupan sehari-hari.
Bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), pelaksanaan Green Qurban bukan hanya soal menyembelih dan mendistribusikan daging hewan kurban. Program ini membawa misi edukatif yang kuat, baik terhadap masyarakat penerima manfaat maupun terhadap panitia dan relawan pelaksana untuk memperhatikan seluruh aspek dalam rantai proses kurban.
Mulai dari pemilihan hewan yang sehat dan dipelihara secara etis, proses penyembelihan yang higienis, pengemasan yang ramah lingkungan, hingga pengelolaan limbah yang tidak mencemari lingkungan sekitar. Semuanya dilakukan untuk memastikan bahwa semangat pengorbanan tidak melahirkan beban baru terhadap alam yang saat ini tengah berada dalam tekanan serius akibat perubahan iklim global.
Ketua MLH PP Muhammadiyah, M. Azrul Tanjung, dalam sambutannya saat pelaksanaan Green Qurban di Pati, Jawa Tengah, menegaskan bahwa program ini merupakan bentuk penyelarasan antara ibadah dan kesadaran ekologi yang mendesak untuk diperkuat.
“Green Qurban bukan hanya inovasi ibadah, tetapi juga jalan menuju kesadaran kolektif bahwa spiritualitas Islam harus hadir sebagai solusi lingkungan. Ini adalah bentuk nyata rahmatan lil alamin yang seharusnya menjadi nafas dalam setiap ibadah sosial kita,” ujar Azrul.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam konteks krisis iklim yang semakin nyata, kontribusi umat beragama menjadi sangat penting untuk mendorong perubahan gaya hidup dan praktik keberagamaan yang lebih bertanggung jawab terhadap bumi.
Sementara itu, Sekretaris MLH PP Muhammadiyah, Djihadul Mubarok, yang hadir dalam pelaksanaan Green Qurban di Cilacap, Jawa Tengah, menyampaikan pesan yang mengenai pentingnya pelaksanaan Green Qurban. “Kurban adalah pengorbanan, dan hari ini kita perlu berkorban lebih: bukan hanya harta, tetapi juga ego manusia yang selama ini abai terhadap keberlanjutan bumi. Green Qurban adalah pendidikan lingkungan dalam bentuk paling membumi,” paparnya.
Menurut Djihadul, ibadah seperti qurban mestinya tidak terlepas dari nilai-nilai etika lingkungan dan kesalehan sosial yang menjangkau generasi masa depan.
Program Green Qurban tahun ini menyasar ribuan penerima manfaat dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi di tujuh titik pelaksanaan. Selain mendapatkan daging qurban yang bersih dan layak konsumsi, para penerima manfaat juga diperkenalkan pada konsep kurban ramah lingkungan.
Respon masyarakat sangat positif. Banyak warga menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan qurban yang tidak meninggalkan bau menyengat, limbah tercecer, maupun pencemaran visual yang kerap terjadi pada qurban konvensional. Di beberapa lokasi, bahkan muncul inisiatif lokal dari warga untuk mengadopsi sebagian praktik Green Qurban dalam pelaksanaan ibadah tahun-tahun mendatang.
Kesadaran ini, diharapkan, tidak berhenti pada hari pelaksanaan qurban saja, tetapi menjadi gaya hidup baru yang mengintegrasikan keberagamaan dengan kepedulian ekologis. Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan dan memperluas praktik Green Qurban ke lebih banyak daerah pada tahun-tahun mendatang.
Program ini adalah bagian dari kerangka besar dakwah Muhammadiyah di bidang lingkungan, yang menjadikan agama sebagai kekuatan moral untuk mendorong transformasi sosial dan perlindungan bumi.
Dalam suasana Idul Adha yang khidmat dan penuh syukur, Green Qurban 2025 tidak hanya menjadi penanda suksesnya distribusi hewan kurban di tujuh titik, tetapi juga menjadi bukti bahwa ibadah dapat menjadi jalan untuk merawat bumi. Ketika nilai spiritual dan nilai ekologis saling menguatkan, maka terciptalah harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam. (m)