Guru Pahlawan Sebenarnya

Publish

10 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
76
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Guru Pahlawan Sebenarnya

Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd., Wakil Dekan I FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Setiap kali kita mendengar kata pahlawan, mungkin yang pertama muncul di benak kita adalah sosok yang melakukan aksi besar, menyelamatkan orang di tengah bahaya, atau tampil dalam sorotan publik. Namun, saya ingin mengajak kita untuk melihat kembali bahwa di ruang kelas, di sekolah-sekolah, di tengah tantangan hari-hari biasa, terdapat sosok yang sama-potensinya pahlawan: dialah seorang guru. Ya, guru adalah pahlawan sebenarnya.

Kita tentu bertanya, mengapa guru layak disebut pahlawan? Pertama, guru melakukan pekerjaan yang jauh melampaui sekadar menyampaikan materi. Dalam buku My Teacher is My Hero: Tributes to the People Who Gave Us Knowledge, Motivation, and Wisdom, editor Susan Reynolds (2008) mengumpulkan kisah‐kisah nyata dari lebih lima puluh orang yang mengungkap bagaimana guru mereka “lebih dari pengajar; mereka mentransformasi hidup”. Buku ini menyebut: “Great teachers are the unsung heroes of our lives.” Ini menunjukkan bahwa guru bukan hanya fasilitator belajar, tetapi juga pembentuk karakter, pemberi motivasi, dan pemantik inspirasi.

Kedua, riset menunjukkan bahwa di tengah perubahan cepat dan tuntutan baru di pendidikan, guru harus menunjukkan sifat‐sifat seperti kelincahan (agility) dan adaptabilitas (adaptability). Dalam artikel “The heroism of teachers: Agility and adaptability through professional education” (2021) dikatakan bahwa “self-efficacy, resilience and optimism are significant predictors of prosocial behaviours, which in turn lead to job satisfaction in teachers” (La Valle, 2021). Dengan kata lain: guru yang percaya diri, gigih, optimis—itu semua mendukung perilaku pro-sosial (membantu siswa, berkolaborasi, peduli) dan akhirnya keberlanjutan profesinya. Sifat‐sifat ini memang sangat mirip dengan konsep “pahlawan”: menghadapi tantangan, bertahan, dan tetap berdampak.

Ketiga, konsep guru sebagai pahlawan juga muncul dalam gambaran identitas profesional guru yang terus berkembang. Sebagai contoh, studi “Travelling the Hero’s journey with first year pre‑service teachers” (2023) meneliti pengalaman calon guru tahun pertama melalui lensa “perjalanan pahlawan” (hero’s journey) di mana mereka melalui tantangan, krisis, refleksi, dan akhirnya penguatan identitas sebagai guru (McKay, 2023). Dengan begini, kita bisa melihat bahwa guru memang mengambil peran khas: bukan sekadar “memberi pelajaran”, tetapi menjalani perjalanan transformasi dan kemudian membantu orang lain tumbuh.

Peran Tersembunyi Tapi Besar

Dalam keseharian, guru menolong kita bangkit ketika kita belum percaya diri; guru membantu kita memahami dunia ketika kita bingung; guru kadang menjadi tempat curhat ketika kita merasa gagal; guru menjadi figur kepercayaan ketika lingkungan kita tak selalu mendukung. Kisah‐kisah dalam My Teacher is My Hero menekankan bahwa efek guru seringkali “terasa lama setelah kelas usai” (Susan Reynolds, 2008). Ini adalah ciri khas pahlawan: dampaknya tidak hanya instan, tetapi berjangka panjang.

Lebih jauh, guru di banyak konteks menghadapi kompleksitas: mulai dari kondisi sekolah yang terbatas, jumlah siswa yang banyak, variasi latar belakang siswa yang sangat beragam, perubahan kurikulum yang cepat, hingga tekanan non-akademik seperti kebutuhan sosial dan emosional siswa. Ini juga kita dapatkan di Indonesia. Di sini, kemampuan guru untuk “menjadi pahlawan sehari-hari” sangat dibutuhkan: kepekaan terhadap siswa, kreativitas dalam pembelajaran, dan keberanian untuk terus belajar sendiri.

Kita hidup di era yang dinamis: teknologi digital, pandemi, perubahan kurikulum, tuntutan kompetensi masa depan, masalah kesejahteraan siswa, ketimpangan belajar—semuanya memunculkan tantangan baru bagi guru. Dalam konteks ini, artikel “The heroism of teachers…” menegaskan bahwa profesionalisme guru tidak hanya soal kompetensi teknis, tetapi juga soal kesiapan menghadapi perubahan (adaptability) dan mengambil inisiatif dalam pengembangan profesional (la Velle, 2021). Dengan demikian, guru yang mampu menghadapi tantangan itu layak disebut pahlawan, karena mereka berdiri di garis depan perubahan pendidikan.

Tak hanya itu: dalam tahap awal profesi, calon guru, atau guru baru, mengalami fase yang seringkali penuh guncangan—termasuk tekanan identitas, tuntutan performa tinggi, kurangnya dukungan. Studi “Navigating a pathway of professional learning: Travelling the Hero's journey with first year pre-service teachers” menunjukkan bahwa menganggap proses ini sebagai “perjalanan sang pahlawan” membantu calon guru memahami bahwa tantangan adalah bagian dari pertumbuhan profesional (McKay et al., 2023). Jadi, guru tidak hanya pahlawan bagi siswa, tetapi juga bagi dirinya sendiri—mengatasi rintangan, menguatkan jati-dirinya, dan akhirnya memberi dampak.

Saatnya menghargai guru sebagai pahlawan

Ketika kita menyadari bahwa guru adalah pahlawan, maka beberapa implikasi positif muncul. Pertama, penghormatan yang lebih tulus terhadap profesi guru. Buku My Teacher is My Hero mengajak kita memberi penghargaan nyata kepada guru, bukan sekadar hari guru atau hadiah simbolik, tetapi juga pengakuan akan pengorbanan, kreativitas, dan ketekunan mereka.

Kedua, dengan pengakuan ini kita diingatkan bahwa sistem pendidikan harus mendukung guru: pelatihan berkelanjutan, dukungan emosional, fasilitas memadai, kebijakan yang realistis. Karena jika pahlawan kita dibiarkan berjuang sendiri, kita kehilangan potensi besar.

Ketiga, bagi siswa dan masyarakat, menyadari bahwa guru adalah pahlawan dapat mengubah cara kita memandang pembelajaran: bukan sebagai rutinitas atau kewajiban, tetapi sebagai interaksi dengan seseorang yang peduli, yang menemani perjalanan kita tumbuh. Ini memberi dimensi humanistik pada pendidikan, yang sangat penting di zaman yang kadang terlalu teknis dan kompetitif.

Sebagai pendidik atau pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, kita bisa melakukan beberapa hal agar penghargaan terhadap guru sebagai pahlawan bukan sekadar retorika. Pertama, mendorong budaya sekolah di mana guru berbagi kisah perjuangan, inovasi, dan pembelajaran mereka—mirip dengan kisah dalam My Teacher is My Hero (Susan Reynolds, 2008) —sebagai inspirasi bagi kolega dan generasi baru. Kedua, mendukung guru dalam pengembangan profesional yang menguatkan kapasitas adaptabilitas, kreativitas, dan empati—karena aspek-aspek ini yang dalam riset terbukti mendukung perilaku pro-sosial guru (Linda la Velle, 2021).

Ketiga, mengajak stakeholder (orang tua, masyarakat, pembuat kebijakan) untuk melihat guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi sebagai arsitek karakter dan pembentuk masa depan—dan memperlakukan mereka layaknya pahlawan yang layak mendapat penghormatan dan dukungan nyata. Keempat, mengajak siswa untuk menuliskan kisah guru mereka yang menginspirasi—sebagai bagian dari literasi apresiatif—agar siswa menyadari dampak positif yang pernah atau sedang diterima.

Mari kita tutup dengan satu analogi: ketika perang dilawan oleh pahlawan bersenjata, maka dalam peperangan melawan buta huruf, ketidakpedulian, ketidaksiapan masa depan, gurulah yang berdiri tegak di garis paling depan. Mereka mungkin tidak memakai jubah atau mendapat sorak­-sorai publik, namun efeknya nyata: anak-anak tumbuh, harapan menggeliat, masyarakat berubah. Seperti yang dikatakan Susan Reynolds dalam My Teacher is My Hero: guru “transform lives … making an impact that lasts long after the classroom.”.

Jadi, jika kita benar-benar menghargai pendidikan, maka pantaslah kita menyebut: Guru adalah Pahlawan Sebenarnya. Mari kita beri tempat untuk mereka dalam hati, dalam kebijakan, dan dalam tindakan kita sehari-hari.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

'Aisyiyahku Semakin Cemerlang Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/LPPA PWA Kalbar&n....

Suara Muhammadiyah

26 May 2024

Wawasan

Perspektif Kontemporer tentang Hukum Waris Oleh; Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

24 March 2025

Wawasan

Pondasi Pendidikan Karakter Oleh: Dartim Ibnu Rushd, Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam UMS Pertam....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Bagaimana caranya mengatasi bia....

Suara Muhammadiyah

20 May 2024

Wawasan

Melampaui Perbedaan: Bagaimana Al-Qur`an Menyatukan Kitab Suci Lain Oleh: Donny Syofyan, Dosen Faku....

Suara Muhammadiyah

6 October 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah