GRESIK, Suara Muhammadiyah - Pendidikan di Indonesia sedang mengalami tantangan besar. Bagaimana memastikan proses belajar tidak hanya berhenti pada pencapaian nilai, tapi benar-benar menumbuhkan kemampuan berpikir mendalam yang menggerakkan peserta didik untuk memahami, mengamalkan, serta merefleksikan pengetahuannya dalam kehidupan. Bersamaan dengan itu tes kemampuan akademik memiliki peran strategis untuk memetakan potensi dan mengukur capaian belajar secara adil dan objektif.
Nur Fauziyah, Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) yang sekaligus sebagai pemateri mengatakan, relevansi Deep Learning sebagai kebutuhan pendekatan pembelajaran sekolah di era transformasi pendidikan sangat diperlukan. Pendidikan di era transformasi menurutnya bukan hanya sebagaimana siswa menghafal dan mempelajari fakta, tapi juga bagaimana guru mendorong siswa untuk berpikir aktif.
“Education is not the learning of facts, but the training of the mind to think,” jelas Fauziyah di acara Seminar dan Sosialisasi Deep Learning dan TKA, Merawat Kecerdasan dan Karakter Bangsa pada Senin, 3 November 2025.
Sebelum sampai pada pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning), yang perlu dilakukan oleh guru adalah bagaimana membentuk mindset abad 21. Bahwa pendidikan adalah proses untuk menanamkan keterampilan atau skill yang relevan.
Di negara-negara dengan kemampuan PISA di atas rata-rata, model atau pendekatan pembelajaran yang digunakan kepada siswa bukan lagi model ceramah, tidak lagi menjelaskan tentang definisi, melainkan mengajak siawa untuk berpikir. Para guru hadir sebagai fasilitator yang menuntun siswa mencari solusi dari permasalahan yang diberikan.
“Jadi, kalau di Jepang itu, kalau merancang pembelajaran itu tidak memikirkan materi apa yang akan diberikan kepada siswa. Tapi bagaimana menyajikan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran agar siswa bisa memahami sendiri proses belajarnya,”jelasnya kepada seluruh peserta yang terdiri dari guru dan kepala sekolah se Kabupaten Gresik.
“Mari kita ubah mindset kita sedikit demi sedikit, bahwa kita ini mengajarkan keterampilan hidup, bukan hanya materinya,” tambahnya.
Dalam pendekatan deep learning ini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berkolaborasi menyelesaikan permasalahan yang telah disuguhkan. Untuk mendorong ke arah itu, Fauziyah menyampaikan rekomendasinya terkait pembelajaran mendalam di semua tingkatan sekolah. Di antaranya, pelatihan pembelajaran mendalam perlu diberikan kepada seluruh guru di seluruh wilayah Indonesia. Dilakukan secara berkelanjutan dengan pemateri profesional. (diko)
                                                                    
                            
                                    
                                    