KALIMANTAN SELATAN, Suara Muhammadiyah – Dalam Grand Opening Rakernas Lazismu 2025/2026 di Kalimantan Selatan, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Fajar Riza Ul Haq menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Lazismu yang telah banyak berperan dalam berbagai problem sosial keumatan. Capaian ini menunjukkan bahwa kiprah Lazismu semakin tanpak nyata di seluruh level pengabdian kemanusiaan.
“Saya rasa Lazismu punya peran penting terlibat di dalam proses perdamaian dan resolusi konflik di berbagai tempat. Ini menunjukkan bahwa kiprah Lazismu semakin lama, semakin terdepan. Mirip seperti iklan motor,” ujarnya.
Bagi Fajar, kiprah Lazismu tidak hanya menyentuh aspek-aspek global, tapi juga masuk ke daerah-daerah terluar, terbelakang, daerah yang masih sulit dijangkau oleh negara. “Saya masih ingat bagaimana Lazismu memiliki peran penting di daerah Papua, di situ mayoritas dihuni oleh masyarakat Papua, dan dakwah Lazismu sudah sampai ke sana,” paparnya.
Sekali lagi ini membuktikan bahwa jangkauan dakwah Muhammadiyah yang disokong oleh dana filantropi Lazismu betul-betul dirasakan dan diterima oleh masyarakat luas. “Atas nama kementerian kami ingin menyampaikan selamat kepada Lazismu atas kegiatan Rakernas yang diadakan di Kota Banjar Baru Provinsi Kalimantan Selatan,” ucap Fajar.
Rakernas Lazismu di Kalimantan Selatan menurut Fajar menjadi momentum bersejarah. Pasalnya, tepat 100 tahun lalu, pada 1925, cahaya Muhammadiyah masuk ke Kalimantan Selatan, dan kiprahnya mulai dirasakan di Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara. Ini menjadi awal mula Muhammadiyah berkembang di Kalimantan Selatan.
“Artinya, sudah satu abad Muhammadiyah berkiprah di bumi ini. Dan untuk pertama kalinya cabang Muhammadiyah itu berdiri pada tahun 1930 di Kota Banjarmasin,” ungkapnya.
Ia berharap, melalui rakernas ini dapat menghadirkan gairah dakwah yang lebih signifikan untuk Muhammadiyah Kalimantan Selatan, serta memperteguh peran Lazismu sebagai salah satu lembaga filantropi yang mampu memberikan kebermanfaatan yang luas.
Fajar menanggapi target Lazismu di tahun 2026 yang menghendaki capaian pengimpunan dana sebesar 1 triliun, menurutnya itu bukan hal mustahil, namun juga bukan sesuatu yang mudah. Dibutuhkan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan berkolaborasi yang menjadi gerakan besar dari gerakan Muhammadiyah mengabdi untuk negeri.
“Saya percaya, optimisme yang disampaikan oleh mas Imam Mujadid Rais itu bisa terwujud. Lazismu akan mencapai pengumpulan dana sampai 1 triliun, saya yakin sekali. Apalagi rakernas ini diadakan di Banjar Baru, suatu daerah yang terkenal dengan budaya kedermawanannya,” tegasnya.
Fajar pun menyoroti agar Lazismu mampu mengikuti perkembangan generasi muda. Mengantisipasi perkembangan generasi muda yang lima sampai sepuluh tahun yang akan datang akan menjadi wajah dari gerakan filantropi seperti Lazismu.
“Saat ini ada 75 juta lebih generasi muda kita yang dalam kategori gen Z dan Alpa, yang tentu di masa depan akan sangat menentukan wajah bangsa kita, termasuk juga akan sangat menentukan perkembangan organisasi filantropi seperti Lazismu ini,” paparnya.
Perilaku generasi muda yang harus dibaca dan dicermati secara seksama adalah, bahwa generasi muda tidak memiliki kefanatikan kepada satu organisasi. Mereka tidak terlalu mengindahkan herarki kepemimpinan yang bersifat top down.
“Generasi baru hari ini adalah generasi yang mempertimbangkan hubungan yang bersifat vertikal dan lebih berorientasi kepada dampak atau nilai,” jelas Fajar.
Ini menjadi tantangan yang mesti segera dijawab oleh Muhammadiyah, khususnya Lazismu dalam menatap dunia filantropi ke depan. Oleh karenanya, hemat Fajar, Lazismu perlu untuk segera memperkuat inovasi sosial yang terintegrasi yang berdampak dan berkemajuan. (diko)


