Haedar Nashir: Masa Depan Kita Ditentukan Hari Ini

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
145
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi saat memberikan sambutan dalam acara ground breaking pembanguan TK ABA Semesta di Bodeh, Kabupaten Sleman (3/6).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi saat memberikan sambutan dalam acara ground breaking pembanguan TK ABA Semesta di Bodeh, Kabupaten Sleman (3/6).

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mengambil momentum yang tepat di tengah perubahan yang cepat, bagi Haedar Nashir menjadi sebuah kenicayaan yang harus ada di dalam setiap langkah dan gerak Muhammadiyah maupun Aisyiyah. Jika hal itu tidak segera dilakukan, ia khawatir, Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai organisasi dakwah dan pergerakan akan semakin ketinggalan zaman. 

"Kalau kita tidak ingin berubah, kita akan ketinggalan zaman," ujarnya pada saat menyampaikan sambutan di acara ground breaking pembangunan TK ABA Semesta (3/6).

Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ia mengapresiasi gagasan besar Pimpinan Pusat Aisyiyah bersama UNISA yang berikhtiar mendirikan lembaga pendidikan berwawasan global (TK ABA Semesta) di kawasan Bodeh, Ambarketawang, Kabupaten Sleman. “Ini langkah yang bagus. Lompatan perubahan yang besar,” tegasnya.  

Menurutnya, terobosan-terobosan semacam ini jika tidak segera dilakukan, akan membuat Muhammadiyah maupun Aisyiyah kehilangan momentum penting untuk menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik. 

"Kalau kita mempertahankan dogma-dogma yang bersifat kaifayah, tentu kita akan ketinggalan kereta," tegasnya. 

Ia berkeyakinan bahwa masa depan sangat ditentukan oleh masa kini. Yang artinya, perlu ada rancang bangun untuk menjemput masa depan. Di antaranya melalu pembangunan Muhammadiyah Sapen Universal School (seminggu yang lalu), TK ABA Semesta (sekarang), dan pembangunan gedung Madrasah Muallimaat dalam waktu dekat. 

“Jika hal ini tidak segera dilakukan dengan kesungguhan, tentu masa depan hanya akan menjadi sesuatu yang bersifat teologis yang dogmatis dan normatif saja,” pesannya. 

Ayat-ayat yang selama ini dihafal, hanya berhenti pada hafalan. Tidak melahirkan sesuatu yang berdampak secara langsung bagi kehidupan keumatan dan kebangsaan. Ayat-ayat ini harus di objektivasi dan kita tetap dalam kerangka penerjemahan dan pelaksanaan, pengaplikasian ayat-ayat yang ada. Serta kita harus selalu berfastabiqul khairat," tutup Haedar. (diko)

                                                    

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pada malam ini ceramah tarawih diisi oleh dr.H. Taufiqurrahman, Sp.....

Suara Muhammadiyah

13 March 2024

Berita

BATAM, Suara Muhammadiyah - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemen....

Suara Muhammadiyah

28 July 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam sebuah pernyataan yang mengguncang dunia internasional, Ketua MU....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) menggelar kegiatan S....

Suara Muhammadiyah

8 May 2024

Berita

MALAYSIA, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhammadi....

Suara Muhammadiyah

10 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah