YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati hari Pahlawan 2023, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi mengajak kepada seluruh warga bangsa untuk berefleksi terhadap perjuangan para pahlawan bangsa. Di mana perjuangannya begitu rupa dalam usaha melawan pasukan kolonis-imperialis yang mencengkeram kehidupan bangsa. Menurutnya, pahlawan itu pejuang yang memiliki jiwa berani dalam membela kebenaran.
“Mereka pejuang yang gagah berani. Pahlawan, khususnya Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tertinggi yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada para pejuang yang berjasa kepada negara. Pejuang dalam negara Indonesia dan merebut kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya Jumat (10/11) dalam Pidato Kebangsaan "Berguru Kepada Pahlawan Bangsa."
Bagi Haedar, sosok pahlawan itu sangat heroik. Perjuangannya secara nyata di lapangan kehidupan. Di sinilah terdapat nilai-nilai keteladanan yang laik dikenang sepanjang masa bagi generasi masa kini maupun generasi masa depan. Sebab, kehadiran mereka sangat berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
“Para Pahlawan Nasional itu diakui telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik, perjuangan dalam bidang lain dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Mereka mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara,” katanya.
Para Pahlawan juga menorehkan karya besar yang mendatangkan maslahat bagi masyarakat luas. Juga meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Haedar menyebut, pengabdian dan perjuangan mereka berlangsung selama masa hidupnya, bukan hanya sesaat. Di sinilah penting dijadikan pelajaran bagi seluruh warga bangsa.
“Perjuangan yang dilakukannya mempunyai jangkauan luas berdampak nasional. Mereka memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi. Para Pahlawan itu bahkan memiliki akhlak dan moral yang tinggi. Mereka tidak pernah menyerah pada lawan atau musuh dalam perjuangannya khusus dalam menegakkan kedaulatan Indonesia,” ungkapnya.
Haedar mengungkapkan kehidupan para Pahlawan nirtindakan tercela dari nilai-nilai keagamaan dan kehidupan. Hal demikian sebagai perusak nilai perjuangannya. Dengan sosoknya berjuang dan berkhidmat secara total dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara dengan sepenuh jiwa raga tanpa pamrih.
“Hidupnya total memberi untuk Indonesia lahir dan batin. Bahkan, berani berkorban dengan nyawa. Mereka pantang meminta kepada Indonesia. Mereka tidak menggerogoti, mengeksploitasi, menyiasati, menyalahgunakan, dan menjualbelikan Indonesia demi kepentingan diri, kroni, dinasti, golongan sendiri, serta segala hasrat sesaat dengan mengatasnamakan kepentingan Indonesia,” tuturnya.
Haedar mengingatkan para pahlawan hadir sebagai pejuang dalam lintasan panjang sejarah Indonesia hingga mencapai kemerdekaan maupun membangun negeri pasca-Indonesia merdeka. Mereka pejuang tanpa tanda jasa yang seyogianya harus dikenang hatta terhadap perjuangannya niscaya menjadi butiran nilai-nilai keteladanan bagi seluruh warga bangsa.
“Para Pahlawan pendiri negeri menghayati sepenuh hati arti dan kehadiran Indonesia merdeka sebagai manifestasi ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” sebagaimana dalam frasa pembukaan UUD 1945. Mereka figur-figur teladan yang berjiwa negarawan sejati. Mereka berbakti untuk negeri tanpa meminta kompensasi. Mereka luhur akal budi seraya menjunjung tinggi nilai utama yang menjadi fondasi negeri,” tandasnya. (Cris)