Harapan dalam Tiap Proses Hidup
Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar
Ma fil aba, fil abna, seperti itulah ayah maka begitulah anak kelak. Anak adalah orang tua dimasa depan, ibarat tanaman maka ia harus tumbuh dan berkembang dengan baik agar menghasilkan buah yang juga sehat. Apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anak akan menjadi identitas diri dan budaya hidupnya. Maka tidak mengherankan jika ada yang mengatakan, kegagalan anak adalah kegagalan pengasuhan ayah dan ibunya, namun faktanya tidak juga harus nilai kesuksesan disandingkan dengan kegagalan orang tua. Sebab ada ruang ikhtiar seorang hamba akan merubah nasib diri (Surat Ar-Ra'd, ayat 11). Lalu seberapa penting peran pengasuhan pada mental spritual hidup anak, sebagai bekal hidupnya dimasa mendatang ?
Rhenald Kasali dalam bukunya Re-Code Your Change DNA, memberikan analisa menarik bahwa DNA yang diturunkan oleh kedua orang tua bisa saja berubah karena kebiasaan dan perjuangan hidup seseorang. Tidak melulu keturunan akan mengambil peran pada nasib dan masa depan. Namun DNA tetap berperan penting dalam menentukan karakter fisik dan sifat seseorang pada warna kulit, mata, rambut, serta bentuk wajah dan tubuh. Sedikit banyak apa yang ada di kedua orang tua, akan ada pula pada karakter anak, walaupun anak tersebut tidak diasuh langsung oleh orang tua kandung, 20% karakter anak terbawa dari lahir, dan sebanyak 80% dari peran pengasuhan orang tua.
Pembentukan Karakter
Menjadi orang tua merupakan anugerah, rezeki tak ternilai dari Allah SWT. Berstatus orang tua yang terpenting adalah tabungan dunia akhirat sekaligus ujian yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sehingga penting orang tua memahami ilmu parenting, belajar mengasah diri agar dapat memberikan banyak kebaikan (akidah yang baik dan benar) kepada anak. Kesuksesan orang tua mendidik dan membesarkan keturunannya tidak hanya terukur dari gelar pendidikan dan status sosial anak. Tetapi dari pengamalan agama yang terlihat dari sikap dan sifat diri.
Maka Islam memberikan tuntunan sempurna, tentang tanggung jawab orang tua sejak anak masih dalam kandungan. Ketika lahir anak didoakan dengan memberikan nama yang baik, sebab nama adalah doa dan kelak akan menjadi karakter anak. Abu Darda Ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, ''Sungguh kalian semua akan dipanggil pada hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian". Ini bermakna nama merupakan pemberian sebagai tanda cinta sekaligus bentuk tanggung jawab, selain memberikan pengasuhan (pembentukan karakter), mengajarkan agama serta kecukupan sandang pangan dan papan.
Pembentukan karakter sendiri dapat dipahami sebagai hasil pemahaman dari hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Allah. Proses yang akan berbeda hasilnya, dari individu satu dengan individu lain. Dari banyak contoh kesuksesan, perpaduan dari ketiga bagian tersebut menjadi nilai yang membedakan nilai hidup (seperti merasa bermanfaat dan bersemangat dalam tiap proses).
Doa dalam harapan
Berdoa adalah tanda bahwa kita hamba Allah yang tiada ada kekuatan. Manusia dalam perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Qur-an surat At-Tiin ayat 4, "Manusia adalah makhluk terbaik", diciptakan sempurna dari makhluk lainnya. Pertanda bahwa, manusia juga memiliki peran, tugas dan tanggung jawab yang berat, manusia harus berusaha menjadikan dirinya hamba Allah SWT yang beriman dan bertaqwa.
Mewujudkan hal tersebut, maka penting manusia membekali dirinya dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan spritual. Terus berusaha dengan mengembangkan diri dan kemampuan, diimbangi berharap kepada Allah SWT dalam tiap doa dan pengharapan.