YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bisnis sebagai sesuatu yang niscaya pada abad masa kini. Semua orang berbondong-bondong menjalankannya. Namun, diakui menjalankan bisnis tidak sederhana, sarat tantangan dan rintangan besar yang harus dihadapi.
“Berbisnis tidak sederhana kita memperjualbelikan barang dan jasa. Tetapi berbisnis harus visioner dan memberikan manfaat. Dua ini yang menjadi semangat bagi kita semua, khususnya di lingkungan SM,” ujar Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media / Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari saat Bincang Bisnis di Soewaramoe Café SM Tower Malioboro, Senin (14/10).
Deni mengatakan, SM yang notebene kala itu sebagai media, sekarang SM memosisikan dirinya bergerak di bidang ekonomi dan pariwisata. SM mampu melewati transformasi lebih-lebih beraklimatisasi dengan zaman kontemporer. “Artinya perubahan sebagai kondisi yang melekat dalam tradisi SM,” tuturnya.
Kunci itu semua, beber Deni, terletak pada kemampuan dalam membangun ekosistem bisnis. Ini merupakan faktor utama dibalik layar SM dapat menggerakkan bisnis yang selama ini telah memberikan banyak inspirasi bagi masyarakat.
“Ini merupakan bagian dari implementasi dalam visi bisnis yang jauh ke depan tidak sekadar memperdagangkan barang dan jasa, tetapi membangun ekosistem bisnis,” ucapnya.
Sambung Deni, warga Persyarikatan banyak yang menjalankan bisnis. Dan di antaranya menunjukkan keberhasilan secara nyata. Meskipun demikian, Deni mengaku masih ada sengkarut permasalahan salah satunya tidak menjalankan secara jamaah.
“Banyak warga Muhammadiyah yang sukses. Banyak warga Muhammadiyah yang berhasil dalam bisnisnya. Tetapi tidak dalam bentuk berjamaah. Muhammadiyah mampu berjamaah di masjid, tetapi berjamaah dalam ekonomi. Kita cenderung berselisih, problem bisnis semacam ini masing sering terjadi,” ungkapnya.
Deni mengaku, orang berbsinis hari ini hanya ingin mencari nama dan popularitas. Memanggungkan diri di hadapan publik sebagai sosok pembisnis yang mashyur. Tetapi, mengalpakan hal terpenting, yaitu memberikan nilai manfaat lebih luas kepada masyarakat. Bagi Deni, ini sebagai bentuk alergi menjalankan bisnis secara berjamaah di akar rumput.
“Mereka berbisnis tidak punya visi yang jauh ke depan (visioner). Mereka berbsinis bukan untuk berdampak manfaat, tetapi lebih kepada apa yang akan saya dapatkan. Kalau berbisnis berjamaah orientasi awal kita seperti itu, maka saya pastikan gagal,” tegasnya.
Deni menambahkan, membangun bisnis bukan untuk kepentingan personal. Lebih tepatnya, untuk kepentingan seluruh masyarakat di mana sama-sama mendapatkan profit dan kemanfaatan yang setara. Ini yang diejawantahkan Deni dalam memimpin SM pada abad kedua.
“Saya niatkan dari awal membangun bisnis di Muhammadiyah saya menjauhkan dari kepentingan pribadi. Saya berbisnis bukan untuk mengisi perut saya, bukan mnimbun harta kekayaan. Tetapi ingin membangun visi bisnis keumatan (berjamaah),” tandasnya.
Acara ini menghadirkan Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PDM Kabupaten Magelang Joko Sudibyo sebagai narasumber. Dan beberapa tamu undangan yang tampak dari warga Aisyiyah Mungkid, Pemuda Muhammadiyah DIY, dan sebagainya. (Cris)