SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Sore itu, Lapangan Bhayangkara Polda Jatim, Jalan A. Yani, Surabaya, berubah menjadi arena kebersamaan yang penuh tawa dan semangat sportivitas. Antara kesebelasan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) beradu strategi dalam pertandingan sepak bola persahabatan yang memadukan olahraga, silaturahmi, dan keceriaan (2/8).
Kick-off dimulai pukul 16.00 WIB. Begitu peluit dibunyikan, suasana lapangan langsung hidup. Kedua tim tampil penuh semangat, silih berganti melancarkan serangan. Bola seolah tak pernah berhenti berpindah dari kaki ke kaki, diselingi sorak-sorai penonton yang mendukung tim masing-masing.
Ada pemandangan menarik di lapangan. Rektor UM Surabaya, Dr. Mundakir, dan Rektor UMY, Prof. Achmad Nurmandi, ikut turun berlaga sejak menit pertama. Dengan wajah sumringah, keduanya berlarian di lapangan, sesekali saling melempar candaan dengan pemain dan penonton.
Pertandingan berlangsung seru, namun tetap hangat. Tidak ada tekanan layaknya kompetisi resmi. Setiap gol dan peluang yang tercipta selalu disambut tepuk tangan meriah dan gelak tawa. Bahkan, beberapa momen lucu tercipta ketika pemain terpeleset atau salah mengoper bola, namun justru menambah keceriaan sore itu.
Lebih dari sekadar pertandingan, laga ini menjadi simbol eratnya persahabatan antar dua perguruan tinggi Muhammadiyah. Seusai pertandingan, kedua rektor saling berjabat tangan erat di tengah lapangan, disambut tepuk tangan meriah dari para pemain dan penonton.
Sebelumnya, kedua tim berkumpul di tengah lapangan untuk berpose bersama, menampilkan wajah penuh senyum dan tawa. Momen itu menegaskan bahwa sore itu bukan sekadar laga sepak bola, melainkan pertemuan dua keluarga besar Muhammadiyah yang sarat keakraban.
Di sela kebersamaan itu, terdengar canda ringan dari Rektor UMY, Prof. Achmad Nurmandi.
“Saya tadi sudah empat kali syuting ke gawang, eh masih bisa ditepis semua. Wah, kipernya memang pemain,” ucapnya sambil tertawa, memuji ketangguhan penjaga gawang UM Surabaya yang ternyata adalah Dekan Fakultas Hukum, Satria Unggul Wicaksana Prakasa, S.H., M.H.
Sementara itu, Rektor UM Surabaya, Dr. Mundakir, tampak menikmati betul momen ini. Keringatnya masih menetes, namun senyum tak lepas dari wajahnya.
“Saya ini baru sekali latihan sebelum pertandingan. Rasanya luar biasa bisa main bareng teman-teman sendiri. Yang penting sehat dan gembira,” ujarnya santai, sembari mengusap keringat di jeda babak pertama.
Suasana hangat dan penuh tawa itu menjadi penutup manis laga persahabatan. Di atas lapangan hijau, semua orang pulang dengan membawa cerita yang sama: kegembiraan, persaudaraan, dan semangat kebersamaan yang tak ternilai.
Sore itu, Lapangan Bhayangkara tak hanya menjadi saksi adu keterampilan sepak bola, tapi juga menjadi panggung kebersamaan yang menguatkan silaturahmi antar kampus. Sorak tawa, teriakan semangat, dan tepuk tangan penonton seakan merangkai harmoni yang membuat suasana semakin hangat.
Pertandingan yang berlangsung 2 x 30 menit itu berakhir dengan skor imbang 2-2. Waktu terasa begitu cepat berlalu, seolah 60 menit di lapangan hijau tak cukup untuk menuntaskan rasa gembira sore itu.
Beberapa pemain bahkan tampak masih enggan meninggalkan lapangan, menikmati momen langka bisa bermain bola bersama rekan-rekan dari kampus saudara.
Melihat antusiasme yang tak surut, panitia menambahkan “bonus” sepuluh menit ekstra. Kesempatan itu disambut tawa riang dari kedua tim. Di babak tambahan ini, UMY berhasil memanfaatkan peluang dengan mencetak dua gol cepat, menutup laga dengan skor 2-0 di “tambahan waktu persahabatan”. Namun, tak seorang pun tampak kecewa.
Ketika peluit panjang dibunyikan, lapangan kembali menjadi arena tawa dan jabat tangan. Semua pemain, baik dari UM Surabaya maupun UMY, pulang dengan senyum mengembang.
Hari itu, mereka seakan sepakat bahwa dalam olahraga persahabatan, angka di papan skor bukanlah tujuan. Kemenangan terbesar justru hadir dalam bentuk tawa, pelukan, dan ikatan silaturahmi yang semakin erat. (*)