Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (25)

Publish

22 February 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
512
Sumber Foto Unsplash

Sumber Foto Unsplash

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (25)

Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di Magelang Kota)  dan Iyus Herdiyana Saputra (dosen al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Purworejo)

Telah diuraikan di dalam "Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah” (IAMKS) 24 tentang akhlak calon istri dengan fokus bahasa tubuh senyum, gerakan tangan, gerakan mata ketika berkomunikasi. Ada hal penting perlu mendapat penekanan kembali, yakni setiap muslim wajib murah senyum. Telah ada penelitian medis bahwa ketika tersenyum lebih sedikit saraf yang digunakan daripada ketika marah. Tambahan lagi, senyum yang dilakukan dengan ikhlas menimbulkan suasana hati yang menyehatkan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Sebaliknya, ketika marah, saraf yang digunakan dalam keadaan tegang dan berpengaruh buruk terhadap suasana hati, yang selanjutnya berpengaruh buruk pula terhadap kesehatan fisik. Berkenaan dengan itu, ada pameo, “Jangan suka marah! Cepat tua!”  Kiranya pameo itu bukan sekadar mitos.

Komunikasi dapat berlangsung dengan lancar dan sangat “mengasyikkan” jika terjadi kontak pandang. Makin mengasyikkan lagi jika kontak pandang disertai dengan senyum sebagai wujud pengamalan perintah Rusulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.   

Bagi masyarakat Indonesia, gerakan tangan menunjuk wajah orang tua (apalagi sampai menyentuhkan telunjuk ke dahinya) dengan maksud menyatakan ketidaksetujuan terhadap pendapat atau tindakan orang tua atau menyatakan kekesalan terhadap orang tua tersebut (apalagi terhadap orang tua sendiri) merupakan gerakan tangan yang tidak sopan. Memasukkan tangan ke saku jaket atau jas, kiranya perlu dihindari karena hal itu kurang sopan juga ketika berkomunikasi dengan orang tua apalagi yang berstatus sosial lebih tinggi. Terhadap calon mertua yang berstatus sosial lebih rendah, setiap muslim (lebih-lebih perempuan) tetap harus memperhatikan gerak-gerik tangan yang mencerminkan bahwa dia berakhlak mulia.

Berkaitan dengan penggunaan tangan masih ada lagi yang perlu mendapat perhatian juga. Memberikan sesuatu (misalnya buah tangan ketika hadir bersilaturahim) kepada orang lain (lebih-lebih kepada orang tua) dengan tangan kanan menandai akhlak mulia. Demikian juga menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan.  

Makan dan minum dengan tangan kanan adalah perintah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mengamalkannya merupakan ibadah. Menggunakan tangan kanan untuk makan dan minum merupakan tuntunan yang berlaku bagi setiap muslim. 

Berkenaan dengan itu, kebiasaan makan dan minum dengan tangan kanan perlu diamati ketika misalnya menghadiri pesta yang diselenggarakan dengan standing party Bagaimana respons yang tampak pada wajahnya: biasa-biasa saja, senang, atau kecewa? Lebih dari itu, perlu diamati juga bagaimana respons matanya: apakah “menyelidik” ke tempat yang ada kursinya. Jika setelah melihat tempat yang ada kursinya, dia tersenyum lega, dapat dipastikan bahwa dia terbiasa makan dan minum dengan tangan kanan sambil duduk. 

Boleh juga dia langsung diajak menuju tempat tersajinya konsumsi. Jika tampak enggan karena tidak ada kursi untuk tamu, insya-Allah dia biasa makan dan minum sambil duduk. 

Tentu ada keringanan bagi perempuan (dan laki-laki) yang mempunyai uzur syar’i. Namun, hal yang perlu dipahami baik-baik adalah “kebiasaan.” Jika ada kebiasaan tidak memperhatikan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal menggunakan tangan, kebiasaan tersebut dapat dilakukan tanpa terikat oleh tempat dan waktu. Kebiasaan itu terbawa tanpa terikat juga oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk calon suami dan keluarganya.  

Pelatihan dengan pembiasaan sejak dini menggunakan tangan secara benar harus dilakukan. Untuk kepentingan itu, orang tua tidak sekadar menyuruh, tetapi juga harus menjadi teladan. 

Di dalam IAMKS 25 ini diuraikan dua hal pokok, yakni cara duduk dan cara berjalan sebagai bagian wujud akhlak mulia.

Cara Duduk

Bagi orang yang berakhlak mulia, cara duduk pun sangat diperhatikan. Jika duduk di kursi, dia tidak menyilangkan kakinya sambil menggerak-gerakkan atau menggoyang-gotangkannya apalagi di depan orang tua (lebih-lebih lagi di depan calon mertua). Jika duduk di tikar (atau di karpet), dia bersila dengan rapi atau duduk bersimpuh. 

Agar dapat melakukannya, pelatihan melalui pembiasaan pun harus dilakukan. Pada tahap awal, mungkin kaki terasa sakit. Namun, kebiasaan berzikir lebih-lebh lagi biasa mengaji dengan posisi kaki bersimpuh, kiranya duduk dengan bersila atau bersimpuh dapat dilakukan tanpa kendala.    

Cara Berjalan

Islam mengatur manusia sampai hal yang sekecil-kecilnya. Cara berjalan pun diatur. Cara berjalan yang baik dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, antara lain, di dalam Al-Qur’an surat al-Isra (17): 37

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَ رْضِ مَرَحًا ۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَ رْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَا لَ طُوْلًا

"Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung."

Cara berjalan yang baik dijelaskan pula di dalam surat al-Furqan (25): 63,

وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا

"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam,""

Cara berjalan yang demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurut sahabat Anas sebagaimana dijelaskan di dalam hadis sahih al-Mukhtashar asy-Syamail, beliau berjalan tegak dan cepat, tetapi tidak menunjukkan kesombongan sama sekali.

Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Islam Tidak Pernah Membenarkan KDRT Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas And....

Suara Muhammadiyah

30 August 2024

Wawasan

Menolong Dewan Perwakilan Rakyat Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahl....

Suara Muhammadiyah

23 May 2024

Wawasan

Insan Rabbani Episentrum Perubahan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Oleh: Agusliadi Massere Saya,....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Wawasan

Tidak Mendukung Kemaksiatan adalah Kenikmatan Beragama Oleh : Haidir Fitra Siagian, alumnus Jurusan....

Suara Muhammadiyah

1 June 2024

Wawasan

Keberlanjutan Kurikulum Merdeka Oleh: Wiguna Yuniarsih, Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 1 Ciputat Tan....

Suara Muhammadiyah

13 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah