Imam Masjid Muhammadiyah Seharusnya: Belajar dari Turki
Oleh: Dr. Husamah, S.Pd, M.Pd, Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
Perjalanan "merasakan musim dingin" ke Turki baru-baru ini telah meninggalkan kesan spiritual yang mendalam. Kunjungan ke beberapa masjid ikonik seperti Hagia Sophia, Blue Mosque, Yeni Cami, dan masjid-masjid kecil di Cappadocia Goreme bukan hanya sekadar wisata religi, melainkan juga menjadi pengalaman yang memperkaya pemahaman saya tentang peran seorang imam dalam masyarakat.
Sebagai informasi, melansir Wikipedia, komposisi agama penduduk Turki adalah 89% menganut agama Islam dari berbagai denominasi. Sebagian besar muslim di Turki menganut paham sunni dengan persentase 85% dari total keseluruhan penduduk Turki, pengikut paham Islam Syi'ah berjumlah 4% dari total penduduk Turki. Kaum muslim Syi'ah di Turki terdiri dari berbagai kelompok, antara lain Alevi, Ja'fari, dan Alawi. Orang-orang yang menyatakan dirinya tidak beragama sebanyak 7%, dan persentase pemeluk agama Kristen dengan berbagai denominasi tercatat sebesar 2%, selain itu terdapat 2% pemeluk agama lainnya.
Di setiap masjid yang saya kunjungi, sosok imam selalu menjadi pusat perhatian. Mereka tidak hanya sekadar pemimpin shalat, tetapi juga menjadi sosok yang sangat dihormati dan dicintai oleh jamaah. Keakraban antara imam dan jamaah, bahkan dengan pengunjung asing, sangatlah mencolok. Imam-imam di Turki ini mampu menciptakan suasana yang inklusif, di mana setiap orang merasa diterima dan dihargai, terlepas dari latar belakang agama atau kebangsaan mereka.
Salah satu hal yang paling mengesankan adalah kesediaan imam-imam di Turki untuk berbagi pengetahuan tentang Islam dengan siapa pun yang ingin tahu. Mereka dengan sabar menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan yang mudah dipahami, dan bahkan bersedia berdiskusi tentang perbedaan pendapat. Keterbukaan seperti ini sangatlah penting dalam membangun dialog antaragama dan menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat.
Turki, sebagai negara dengan sistem pemerintahan sekuler, telah berhasil menjaga keseimbangan antara kehidupan beragama dan kehidupan bernegara. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, negara ini menjunjung tinggi kebebasan beragama dan memberikan ruang bagi semua agama untuk berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa Islam dan modernitas tidaklah bertentangan, melainkan dapat berjalan beriringan.
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter umat Islam. Dengan puluhan ribu masjid di bawah naungannya, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk mencetak imam-imam yang berkualitas dan mampu menjadi role model bagi umat.
Namun, tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat ini adalah bagaimana mencetak imam-imam yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sikap yang terbuka, dan pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial budaya masyarakat.
Berdasarkan pengalaman di Turki, saya berpendapat bahwa imam masjid Muhammadiyah idealnya memiliki beberapa karakteristik berikut: (1) Menguasai ilmu agama secara mendalam; (2) Mampu berkomunikasi dengan efektif; (3) Memiliki sikap yang terbuka dan toleran, mampu menjadi teladan bagi umat; dan (4) Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Muhammadiyah dapat melakukan beberapa langkah, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas pendidikan agama di lembaga pendidikan Muhammadiyah; (2) Menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan bagi para imam; (3) Membuat program mentoring bagi imam-imam muda; dan (4) Membangun jaringan kerjasama dengan lembaga-lembaga Islam di luar negeri.
Perjalanan spiritual ke Turki telah membuka mata saya tentang pentingnya peran seorang imam dalam membangun masyarakat yang harmonis dan toleran. Imam-imam di Turki telah memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana seorang pemimpin agama dapat menjadi pemersatu umat dan pelopor perubahan.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mencetak imam-imam yang berkualitas dan mampu membawa perubahan positif bagi umat. Dengan terus belajar dan berinovasi, Muhammadiyah dapat melahirkan generasi baru imam yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kepribadian yang unggul dan mampu menjawab tantangan zaman.