YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah — Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta menegaskan komitmennya untuk membangun ekosistem riset yang kokoh, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai keilmuan Islam melalui dorongan pembentukan dana riset abadi Ikatan. Hal ini disampaikan dalam acara penutupan Muhammadiyah Research School yang diselenggarakan di Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) DIY pada Ahad, 13 Juli 2025.
Program Muhammadiyah Research School merupakan inisiatif strategis DPD IMM DIY yang selama beberapa bulan terakhir telah menjadi ruang kaderisasi berbasis riset, mempertemukan para kader IMM dengan pelatihan, pembacaan kritis, serta pendekatan metodologis dalam dunia keilmuan dan riset. Penutupan program ini bukan hanya menjadi tanda selesainya rangkaian kegiatan, tetapi juga menjadi tonggak dimulainya agenda besar gerakan riset Ikatan.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPD IMM DIY, Muh. Taufiq Firdaus, S.H., menekankan pentingnya membangun ekosistem riset yang tidak sekadar seremonial, tetapi benar-benar menjawab kebutuhan jangka panjang Ikatan dalam menghadirkan kader-kader ilmuwan yang konsisten dan berdaya saing.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada DPP IMM, khususnya kepada Bidang Riset dan Teknologi, yang telah mendorong lahirnya gagasan pembentukan lembaga riset dan dana riset abadi Ikatan. Ini bukan hanya inovasi struktural, tetapi juga bentuk keberanian politik keilmuan IMM dalam membangun arah gerakan berbasis data, riset, dan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa,” ujar Taufiq Firdaus.
Ia juga menambahkan bahwa IMM di masa depan harus menjadi pelopor dalam membangun tradisi riset yang mapan dan mandiri secara kelembagaan. Dana riset abadi Ikatan diharapkan menjadi sumber pendanaan jangka panjang yang dapat menopang riset kader di berbagai tingkatan—baik regional maupun nasional.
Penegasan arah ini mendapatkan dukungan penuh dari DPP IMM, yang pada kesempatan tersebut diwakili langsung oleh Muh. Akmal Ahsan, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Bidang Riset dan Teknologi DPP IMM. Kehadirannya dalam penutupan ini bukan hanya simbolis, tetapi juga menjadi ruang konsolidasi antara pimpinan pusat dan daerah untuk menyatukan visi riset IMM secara nasional.
Sementara itu, Reza Fauzi Nur Taufiq, S.E., Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan DPD IMM DIY, menyampaikan bahwa Muhammadiyah Research School merupakan jawaban atas krisis orientasi keilmuan yang belakangan ini melanda sebagian kalangan IMM. Ia menilai bahwa kaderisasi IMM perlu didorong untuk kembali pada khitah gerakan yang menjadikan ilmu sebagai landasan utama perjuangan.
“Program ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia tumbuh dari kegelisahan yang riil terhadap semakin kaburnya arah gerakan keilmuan kita. Gagasan tentang dana riset abadi Ikatan adalah bagian dari komitmen untuk menumbuhkan kultur riset yang tidak sebatas proyek musiman, melainkan napas panjang yang terus menghidupkan ruh keilmuan IMM,” ujar Reza.
Program Muhammadiyah Research School kali ini mengusung tema “Menata Ekosistem Riset: Membangun Perangai Ilmiah IMM Masa Depan,” sebagai wujud kesadaran kolektif akan pentingnya menata ulang fondasi intelektual IMM. Tema tersebut menjadi pengingat bahwa IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam tidak boleh tercerabut dari akar keilmuan dan tradisi berpikir kritis yang menjadi bagian integral dari sejarah Muhammadiyah.
Penutupan acara juga diisi dengan refleksi hasil pembelajaran peserta, diskusi panel singkat, dan pengarahan agenda follow up kegiatan. Antusiasme peserta menjadi penanda bahwa ruang-ruang seperti ini dibutuhkan secara berkelanjutan dan perlu diinstitusikan dalam bentuk lembaga permanen.
Dengan semangat ini, DPD IMM DIY berharap bahwa penutupan Muhammadiyah Research School bukan menjadi akhir, melainkan awal dari komitmen jangka panjang untuk membangun ekosistem riset yang kuat, terukur, dan berkelanjutan di tubuh IMM. (Reza)
