SOLO, Suara Muhammadiyah - Perpustakaan dan Pusat Layanan Digital Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar pelatihan mengenai 'Etika Publikasi Penelitian'. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online melalui platform Zoom Meeting dan Youtube, Jumat (8/12).
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor I UMS Prof., Dr., Harun Joko Prayitno, M.Hum., mendorong mahasiswa dan dosen UMS untuk melakukan bimbingan mengacu pada paper.
UMS mengambil kebijakan untuk penugasan kepenulisan bukan berupa final report based tetapi bentuknya adalah paper yang bisa dipublikasikan, baik untuk mahahsiswa program sarjana, magister, dan doktoral.
Harun Joko Prayitno juga menyampaikan, sebagai satu upaya persantunan dalam menghormati lembaga, dilakukan dengan mempromomosikan hasil dan temuan penelitian sivitas akademika UMS ke kancah ilmuwan dunia.
"Pikiran-pikiran dosen itu yang pernah dipublikasikan itu perlu disuburkan. Jadi ini tujuannya resitotal, jadi dosen tetap melaju dengan tidak mandeg publikasi-publikasi risetnya, maka juga menghargai," ujar Harun.
Ketika dulu buku diukur dengan royalti, sekarang bentuk penghormatan ilmu dapat dilakukan dengan kembali mengacu pada ide-ide yang telah dituangkan oleh dosen-dosen UMS.
Wakil Rektor I UMS itu juga menunjukkan SK Rektor Tentang Pembimbingan Ujian, dan Penilaian Skripsi/Tugas Akhir, Tesis, dan Disertasi Berbasis Keluaran (Outcome Based). Keluaran tersebut nantinya akan menjadi salah satu rekam jejak digital.
"Kami ingin mengajak mahasiswa supaya memiliki pengalaman dalam rekam jejak digital. Artinya kalau suatu saat mahasiswa Si Fulan, lulusan Prodi atau fakultas tertentu ingin melamar di satu perusahaan atau bergabung dengan kompani tertentu, ketika di tracking search engine itu sudah muncul namanya," terang Harun.
Sehingga nama itu muncul bisa dari scopus based, WOS base, Sinta based, ataupun lainnya.
Pada kegiatan tersebut, Perpustakaan UMS menghadirkan Dr., Johan Jang
Customer Consultant dari penerbit jurnal Elsevier Southeast Asia. Johan Jang mengingatkan kembali mengenai etika-etika kepenulisan oleh seorang akademisi.
Etika-etika kepenulisan sangat perlu diperhatikan seperti plagiarisme, research fraud, manipulasi sitasi, hingga penggunaan Artificial Intellegence (AI).
"Nah ini akan sangat-sangat berbahaya dan sangat merusak dunia akademik. Jadi bukan hanya karirnya orang itu saja, atau universitas, bahkan lebih luas lagi ini bisa membuat satu kepercayaan masyarakat umum terkait dengan dunia akademik jadi semakin lama semakin melemah," kata Johan.
Sehingga masyarakat umum tidak mempertanyakan kuliah itu bagaimana ketika ada tayangan berita-berita yang tidak baik di dunia akademisi.
Dia juga menyebutkan, siapa yang harus bertanggung jawab dalam menjalankan etika publikasi. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan etika publikasi dimulai dari penulis, institusi, penerbit, editor, negara, dan dunia akademik secara umum.
"Pihak-pihak ini perlu menyadari peran kita apa. Pelanggaran etika yang mungkin bisa terjadi sesuai dengan peran kita itu apa saja," ungkapnya.
Dia menambahkan, perlu menjaga dan sama-sama tidak merusak ilmu sehingga fungsi dari pendidikan tinggi tidak dipertanyakan. (Maysali)