BANTUL, Suara Muhammadiyah - Tim dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang diketuai Dr. Ratih Herningtyas, S.I.P., M.A., melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat di Desa Wisata Kadisoro Nyawiji Dadi Siji (Dewi Kajii), Gilangharjo, Pandak, Bantul. Salah satu program unggulan yang dijalankan adalah pelatihan pembuatan aquascape dari limbah botol kaca.
Kegiatan yang digelar pada Minggu (21/9) malam ini diikuti lebih dari 20 warga setempat. Narasumber Fahlul Mukti memberikan pelatihan melalui presentasi dan praktik langsung (workshop) agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan sekaligus keterampilan dalam mengelola sampah.
Hasil survei tim pengusul menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Dewi Kajii masih bersifat temporer dan digerakkan oleh pemuda. Sampah yang dipilah umumnya hanya dijual, tanpa diolah lebih lanjut untuk meningkatkan nilai jual. Padahal, limbah plastik dan kaca berpotensi besar didaur ulang menjadi produk bernilai ekonomi, salah satunya aquascape.
“Limbah plastik atau kaca sebenarnya bisa diolah menjadi aquascape, yaitu seni menata ikan hias, tanaman air, batu, kayu, dan elemen lain,” jelas Ratih saat diwawancarai pada Selasa (23/9).
Ia menambahkan, pengolahan sampah menjadi aquascape bukan hanya memberi nilai tambah ekonomi, tetapi juga dapat dijadikan sarana edukasi bagi wisatawan yang berkunjung ke Dewi Kajii.
Dalam pelatihan, Fahlul menjelaskan strategi pemilahan sampah dan tahapan inovasi pemanfaatan limbah. Menurutnya, pembuatan aquascape bisa dilakukan dengan teknologi sederhana maupun kompleks, bergantung pada jenis bahan yang digunakan.
“Aquascape bisa dibuat dari botol minuman bersoda ukuran 1 liter dengan peralatan sederhana seperti lem tembak, gunting, dan solder. Untuk model berbahan kaca, diperlukan peralatan khusus seperti laser cutter,” terangnya.
Selain itu, botol galon air mineral juga dapat dimodifikasi menjadi aquascape menggunakan sisa kayu, dengan bantuan alat gerinda untuk proses pemotongan.
Pelatihan ini diharapkan dapat membekali masyarakat dengan keterampilan mengolah sampah plastik dan kaca menjadi produk bernilai ekonomi. Hasil karyanya tidak hanya bermanfaat untuk memelihara ikan hias, tetapi juga dapat dijadikan aktivitas edukasi bagi wisatawan.
“Indikator keberhasilan program ini adalah masyarakat mampu membuat aquascape bernilai ekonomis sekaligus mengemasnya sebagai workshop edukasi untuk wisatawan,” tambah Ratih.
Program yang digagas Ratih dan tim merupakan bagian dari Hibah Pengabdian Masyarakat skema Program Pemberdayaan Masyarakat yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek RI) tahun 2025. Inisiatif ini diharapkan menjadi langkah awal berkelanjutan dalam pengelolaan sampah sekaligus membuka peluang usaha baru yang mendukung wisata edukasi di Dewi Kajii. (FU)