Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Muhammadiyah, Pemberdayaan Ekonomi, Seni Dan Budaya
Ketika mendapat kabar dari seorang sahabat pimpinan salah satu media peternakan dan kesehatan hewan bahwa pada acara pameran Indolivestock yang digelar di JCC Jakarta tanggal 17 Juli-2024 ada event pemberian Award pada karya Inovasi bidang peternakan dan kesehatan hewan. Acara semacam ini sangat menarik bagi saya karena merupakan penghargaan terhadap karya peneliti, yang melakukan penelitian membumi, sehingga manfaat penelitian dirasakan langsung oleh masyarakat petani dan peternak, menjadi Ilmu yang amaliah, amalan yang ilmiah sehingga bernilai ibadah. Sebagai praktisi kesehatan hewan dengan pola Holistik, saya tertarik pada karya Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, M.P., IPU. Guru Besar Bidang Produksi Ternak Universitas Muhammadiyah Malang, dengan judul Probiotik Ternak Plus Inovasi, Untuk Ketahanan, Keamanan, Dan Keberlangsungan Peternakan Sapi Perah.
Kata Keberlangsungan dalam judul penelitian tersebut, membuat saya teringat pada kabar 2 tahun lalu, ketika terjadi kasus wabah penyakit PMK (Penyakit Mulut Dan Kuku) yang merebak di tanah air, menimbulkan penderitaan bagi sapi, dan dampak kerugian besar bagi pemiliknya.
Wabah PMK (Penyakit Mulut Dan Kuku) sangat merugikan, karena menyebabkan menurunnya tingkat perekonomian warga kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang, provinsi Jawa timur, terutama warga yang berprofesi sebagai peternak di Koperasi Unit Desa (KUD) Tani Makmur.
Sumber cybex.pertanian.go.id, menyampaikan bahwa PMK ini membuat banyak kerugian untuk peternak sapi. Misalnya saja pada sapi perah bisa berdampak susunya habis. Bahkan kualitasnya tidak bisa pulih seperti semula. Hal ini karena selama hampir tiga minggu sapi dalam kondisi menderita. Setelah terserang dan masa inkubasi selama 14 hari, selanjutnya masa pemulihan. Butuh perawatan dan pendampingan khusus agar kondisi kembali normal.
Dikutip dari tabloidmatahati.com, pernyataan Kepala Divisi Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Sarifah, bahwa wabah PMK tersebut telah menurunkan perekonomian masyarakat Kecamatan Senduro. Terjadi juga penurunan populasi sapi di KUD Tani Makmur kurang lebih 1.100 ekor.
Penurunan populasi tersebut diakibatkan oleh panik selling maupun pemotongan paksa hewan ternak karena terjangkit PMK. Menurut Dr Imbang Dwi Rahayu, Drh., MKes, Dosen Produksi Ternak Universitas Muhammadiyah Malang menjelaskan penularan PMK dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu kontak langsung dengan hewan tertular, kontak dengan orang ataupun peralatan yang terjangkit virus PMK. Selain itu penyebaran juga dapat terjadi melalui udara hingga radius 10 kilometer.
“Cara penanganan PMK sendiri dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui penanganan dehidrasi, pengobatan secara medis, serta pembentukan tim kecil penanganan PMK,” jelas dosen asal Tegal ini.
Dosen Peternakan UMM, Dr Ir Adi Sutanto, MM, mengatakan bahwa para dosen juga memberikan obat-obatan kepada peternak, obat-obatan tersebut berupa vitamin, desinfektan dan probiotik. Hal ini dilakukan untuk mencegah maupun mengobati ternak yang telah terjangkit PMK.
Salah satu obat yang diberikan dalam penanganan kasus wabah penyakit PMK merupakan hasil karya dari dosen prodi peternakan UMM yaitu Probiotik Plus Biofarm. Pertanyaan saya, siapa yang berada dibalik produk probiotik plus Biofarm, siapa yang meneliti, sehingga terwujud produk luar biasa yang sangat bermanfaat ini, akhirnya terjawab.
Saya sangat bersyukur bisa hadir menyaksikan presentasi dari Prof Dr Ir Indah Prihartini, MP., IPU. Alhamdulillah banyak ilmu yang saya dapat, dan sebagai warga Muhammadiyah saya merasa bangga dengan karya penelitian beliau, turut merasakan semangat jihad ekonomi, berkarya membumi melalui profesi sebagai peneliti memberi manfaat bagi masyarakat untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kaum lemah, sebagaimana dimandatkan dalam surat Al-Ma’un. ..Alhamdulillah