Jihad Ekonomi Muhamadiyah Kalbar
Oleh: Amalia Irfani
Selalu banyak kebaikan yang akan di dapat saat niat dan ketulusan berpadu dalam perbuatan karena Allah SWT. Selalu ada harapan perbaikan jika ikhtiar terus dilakukan dengan tetap mengambil hikmah dalam tiap proses yang sudah dan akan dilakukan.
Diksi yang mudah terucap namun sejatinya sangat sulit dilakukan, sebab memerlukan kedewasaan berpikir dan pengalaman "merasa", agar dapat memahami berbagai proses hidup. Untuk sebuah organisasi besar seperti Muhammadiyah-'Aisyiyah kerjasama adalah faktor terpenting agar kemanfaatan dapat terus dilakukan/ditingkatkan, selain sebagai usaha menghidupkan organisasi agar tidak stagnan dan akhirnya mati. Melalui kerjasama organisasi akan bisa berjalan baik dan terarah. Kerjasama akan membuat beban tiap orang di dalamnya jadi ringan, tidak jarang menumbuhkan kebahagiaan. Bekerja sama mampu menumbuhkan kebersamaan, memperkokoh persaudaraan bahkan dapat meminimalisir ketimpangan sosial di masyarakat.
Dalam sebuah bincang kecil dengan banyak pimpinan Muhammadiyah-'Aisyiyah di Kalimantan Barat dalam beberapa moment, terurai banyak kegalauan. Mereka menyadari pentingnya perbaikan untuk mencapai tujuan berbentuk kerjasama, namun ternyata sangat sulit menyatukan visi agar kerjasama dapat selaras dalam perbuatan, sehingga banyak agenda penting berlalu begitu saja. Kesibukan mungkin satu diantara sebab mengapa banyak tujuan tidak terealisasi, disamping karena minimnya komitmen untuk membesarkan. Komitmen yang kurang kokoh tersebut dikarenakan pengkaderan yang tidak berjalan optimal. Banyak pekerja di amal usaha Muhammadiyah-'Aisyiyah tidak mau bersama membesarkan persyarikatan, mereka hanya melakukan ritual pekerjaan. Sedangkan banyak kader baru bergerak tanpa kompas dan sesaat kebingungan menentukan arah, dan akhirnya berhenti seiring pupusnya semangat.
Padahal Muhammadiyah bukanlah organisasi biasa, tetapi organisasi dakwah yang nilainya telah mampu memberi kemanfaatan dunia menuju akhirat. Dimana Dakwah bagian tidak terpisahkan dari organisasi yang disebut Prof. Jabal Tarik Ibrahim guru besar Universitas Muhammadiyah Malang, organisasi yang sejak lahir berdakwah di bidang pendidikan. Ini pertanda bahwa keberadaan Muhammadiyah menjadi bagian penting dari syiar Islam. Banyaknya amal usaha dan telah mencetak generasi terbaik bangsa sebagai bukti nyata serta peran lain dibidang kesehatan dan kesejahteraan umat.
Jihad Ekonomi berMuhamadiyah
Mengulas tentang bagaimana sekarang harusnya Muhammadiyah bergerak, bergeliat bagi kemajuan umat, maka sejak muktamar ke 47 tahun 2015 di Makassar, Jihad ekonomi sebagai amanat muktamar yang akan dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa. Mandiri secara ekonomi disepakati sebagai solusi kemiskinan yang banyak di dera oleh umat Islam Indonesia. Umat Islam harus cerdas secara ekonomi, agar berdaya bukan sebaliknya terpuruk.
Jihad ekonomi menjadi solusi untuk mencapai keadilan ekonomi di masyarakat. Maka penting di belahan Indonesia manapun dibangun Muhammadiyah social entrepreneurship sebagai ikhtiar mendorong dan mengembangkan kewirausahaan sosial di Indonesia. Misalnya dengan dengan menjalin kemitraan inklusif closed-loop atau pendampingan melekat perusahaan besar pada UMKM daerah. Hal yang juga dijelaskan Prof Jabal, saat silahturahim bersama pengurus PWM-PWA Kalbar, Rabu 27 September 2023 disela-sela monitoring kelas profesional program studi agribisnis di Pontianak Kalimantan Barat (26-28 September 2023).
Menurut Prof. Jabal yang juga menjabat sebagai tim ahli lembaga pengembangan UMKM PWM Jatim serta staf ahli Pusdiklat SDM UMM, umat Islam harus meningkatkan diri di bidang ekonomi, berMuhammadiyah itu lanjutnya harus menyesuaikan keadaan dan kebutuhan umat. "Kita lihat masjid Muhammadiyah jamaahnya lebih banyak dari takmirnya, maka mengajak masyarakat dan umat berdaya bidang ekonomi merupakan jalan dakwah meminimalisir kemiskinan, sehingga mereka pun akan datang memakmurkan masjid karena tidak lagi merasa karena itu kepentingan, tetapi kelak karena kebutuhan", tegasnya.
Amalia Irfani, Kandidat Doktor Sosiologi UMM