YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kehadiran tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Sina (ilmuwan kedokteran), Al-Khawarizmi (ilmuwan matematika), Ibnu Rusyd (filsuf), dan lain sebagainya, bagi Haedar Nashir punya peranan yang sangat strategis sebagai seorang elite.
Termasuk juga tokoh Islam yang melahirkan mazhab cukup berkembang seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dan bagian lainnya adalah munculnya tokoh-tokoh dari Yunani yang sangat mahsyur, yakni Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, dan terbentang banyak lagi.
“Kita kenal sejarah, termasuk sejarah peradaban, juga melalui orang-orang itu,” tuturnya saat Pengajian Ramadhan 1446 H PWM DIY, Ahad (9/3) di Ampitarium Lantai 9 Kampus Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Berjalannya waktu, lalu muncul sejarah peradaban modern barat. Para tokohnya meliputi Leonardo Da Vinci, Max Weber, dan Auguste Comte. “Tokoh-tokoh itu adalah para ilmuwan pada umumnya, yang dikategorisasikan sebagai elite strategis,” ujarnya.
Melongok denyut nadi sejarah kemerdekaan Indonesia, Haedar mengatakan, lahir sosok-sosok yang disebut sebagai pahlawan. Disebut Haedar ada KH Ahmad Dahlan, Cokroaminoto, A Hasan, serta Agus Salim. Dan dari kalangan perempuan, meliputi Cut Nyak Dien dan Nyi Walidah Dahlan, Kartini, Dewi Sartika, turut andil dalam perjuangan menggerakkan perubahan ke arah kebangkitan nasional.
“Hampir semua tokoh-tokoh Islam dan tokoh-tokoh pergerakkan itu juga menjadi elite strategis penggerak perubahan ke arah kebangkitan nasional. Kehadiran sebuah bangsa juga dari para tokoh itu,” sebutnya.
Tidak heran bilamana Allah berpesan melalui Qs al-Baqarah [2] ayat 249. Bagi Haedar, secara redaksional, ayat ini memberikan penjelasan bahwa betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar karena izin Allah. “Dan izin Allah biasanya tidak tiba-tiba, tapi selalu ada pra-kondisi dan dipicu oleh satu proses yang sunnatullah,” bebernya.
Kelompok elite strategis, imbuh Haedar, sesungguhnya punya peran dalam menciptakan dampak yang besar bagi kehidupan. “Jika kita ingin menguasai sebuah bangsa, masa depan bangsa, tentu kita harus melahirkan elite-elite strategis diberbagai bidang. Di samping yang lain, tetapi elite strategis itu sangat menentukan arah perjalanan sebuah bangsa,” tegasnya.
Di sinilah, sebut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, betapa pentingnya sebuah kader. Di mana kader merupakan sekelompok inti dari suatu organisasi. “Kuncinya pada kader,” ucapnya. Kader dianalogikan Haedar laksana sebuah anak panah Muhammadiyah. “Nah, kader menjalankan fungsinya seperti itu,” sebutnya.
Menjadi kader diharapkan menjadi mata rantai perubahan dan kemajuan sebuah bangsa. Termasuk Muhammadiyah sendiri, yang kini usianya sudah melampaui tempo lebih dari satu abad. “Sekarang sudah berusia 112 tahun. Tentu semuanya karena pilar kader,” jelasnya. (Cris)