Ketika Para Siswa SMK Mutu Smart Menangis di Hari Ayah

Publish

13 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
51
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SEMARANG, Suara Muhammadiyah — Petikan gitar akustik itu terdengar lirih, mengalun lembut membelah udara pagi di halaman SMK Muhammadiyah 1 Semarang, Rabu (12/11/2025). Suara itu terasa ganjil. Halaman yang biasanya riuh oleh canda tawa dan derap langkah remaja yang terburu-buru, hari itu mendadak hening dan padat oleh keharuan.

Tak ada lagi obrolan ringan atau gurauan khas jam istirahat. Yang ada hanyalah ratusan siswa yang duduk bersila, sebagian besar menundukkan pandangan. Beberapa bahu terlihat berguncang pelan, disusul tangan-tangan yang sigap menyeka air mata yang jatuh di atas seragam putih abu-abu mereka.

Di panggung sederhana, seorang siswa memegang mikrofon bukan untuk berorasi, melainkan untuk menumpahkan pengakuan paling jujur tentang rindu dan rasa terima kasih. Hari itu, sekolah telah bertransformasi. Bukan lagi sekadar tempat belajar akademik, tapi sebuah ruang pengakuan kolektif untuk satu sosok yang seringkali diam di rumah: Ayah.

Pendidikan Hati Lewat "Ayahku Pahlawanku"

Keheningan penuh makna tersebut merupakan atmosfer yang sengaja dibangun dalam peringatan Hari Ayah Nasional bertajuk “Ayahku Pahlawanku”. Pihak sekolah SMK Muhammadiyah 1 Semarang (SMK Mutu Smart) merancang kegiatan ini bukan sekadar sebagai selebrasi, melainkan sebagai metode pendidikan karakter untuk menanamkan nilai birrul walidain atau berbakti kepada orang tua.

Ketua Panitia Kegiatan, Uny Widyastuti, S.Pd., menjelaskan bahwa acara ini bertujuan menyentuh sisi emosional siswa agar lebih memahami perjuangan orang tua mereka.

“Dalam Islam kita diajarkan birrul walidain. Namun lewat kegiatan visual dan bercerita seperti ini, kami ingin siswa tidak hanya paham teorinya, tapi merasakan getarannya. Kami ingin menumbuhkan rasa cinta dan hormat yang mendalam pada sosok ayah,” ujar Uny.

Emosi siswa mulai diaduk sejak sesi pembuka, “Anak Bicara tentang Ayah”. Dalam sesi ini, siswa diberikan ruang untuk menceritakan kisah nyata perjuangan ayah mereka. Suasana semakin syahdu ketika kegiatan berlanjut dengan nonton bareng (nobar) film “Sejuta Sayangku Untukmu”. Film yang mengangkat realita perjuangan ayah tunggal ini sukses memantik diskusi moral dan refleksi diri di kalangan siswa.

Sebagai penutup rangkaian acara, digelar festival seni yang menampilkan pembacaan puisi, monolog, dan lagu-lagu bertema ayah.

Dampak dari kegiatan yang menyentuh hati ini dirasakan langsung oleh para peserta didik. Aisyah, siswi kelas XII Animasi, mengaku tak kuasa menahan air matanya sepanjang acara berlangsung.

“Saya menangis ketika bercerita tentang ayah. Beliau bekerja keras demi sekolah saya. Rasanya saya ingin segera pulang dan memeluknya,” ungkap Aisyah dengan mata yang masih sembab.

Kegiatan diakhiri dengan nyanyian massal lagu "Ayah". Momen ini menjadi simbol bahwa meski seringkali tak banyak bicara, sosok ayah memiliki tempat yang tak tergantikan di hati para siswa.
 
 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menunjukkan komitmennya dalam me....

Suara Muhammadiyah

20 February 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung merayakan puncak milad ke-....

Suara Muhammadiyah

2 July 2025

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah — Kontingen Tapak Suci Muhammadiyah Boarding School (MBS) Al Ma....

Suara Muhammadiyah

28 May 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormaw....

Suara Muhammadiyah

1 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri 1446 H....

Suara Muhammadiyah

29 March 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah