Oleh: Dr Eko Harianto, MSI
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Purworejo
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
“Kejujuran” menjadi ungkapan dan nilai kehidupan yang kembali mencuat dan populer saat ini. Kejujuran bukanlah persoalan yang sederhana dan mudah dilakukan. Usaha apa saja yang kita lakukan dapat berhasil karena adanya sikap jujur. Sebaliknya, akan berantakan dan tidak memperoleh yang diinginkan karena tidak adanya kejujuran. Saat ini bangsa Indonesia sering dilanda berbagai masalah yang datang silih berganti, mulai dari banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan, erupsi gunung merapi, dan sebagainya. Bisa jadi segala musibah yang ada tersebut penyebabnya adalah krisis kejujuran. Kehidupan menjadi rusak dan mengakibatkan kekacauan, bahkan kehancuran karena adanya ketidakjujuran. Maka Islam sangat mengedepankan kejujuran.
Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah [9] ayat 119:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Al-Baihaqi meriwayatkan suatu hadis Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, dan kebajikan itu menuntun kepada surga. Sesungguhnya seseorang akan berlaku jujur sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menuntun kepada kejahatan, dan kejahatan itu menuntun ke neraka. Sesungguhnya seseorang itu berlaku dusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (Hadis Muttafaq ‘Alaih)
Jujur adalah bersatunya suara hati, ucapan, dan perbuatan, dan pastilah tidak ada yang rela dikatakan bohong atau disamakan dengan perilaku hewan yang tidak memiliki akal dan pikiran. Jujur mencerminkan sikap hati yang menggambarkan ketaatan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang jujur pasti tetap patuh kepada Allah dan menjalankan tuntutan Rasulullah Saw.
Manusia yang paling jujur di dunia ini adalah Nabi Muhammad Saw. Selain memiliki sifat Ash-shiddiq, juga diberi gelar Al-Amin, hal tersebut karena beliau dikenal dengan konsistennya menjalankan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupannya sehari-hari. Gelar Al-Amin setelah banyak di kaji dalam bidang ekonomi sebagai salah satu rahasia sukses dalam berbisnis Nabi Muhammad Saw.
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Menghadapi kehidupan yang kita hadapi saat ini, hendaknya kita semua dapat introspkesi diri dan segera memulai budaya kejujuran. Dengan budaya kejujuran akan merubah perilaku manusia menghadapi perubahan jaman yang tentu saja mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya gaya hidup mewah, kemajuan teknologi informasi dan transformasi, kekuasaan dan kesewenang-wenangan. Akan timbul praduga jika berada di tangan orang yang tidak jujur akan menjadi virus perilaku kurang terpuji, antara lain penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, nepotisme, suap-menyuap, pungli, penipuan dalam segala pelayanan publik.
Bila kita melihat dalam pandangan ilmu psikologi positif, bahwa kejujuran merupakan sikap pribadi yang sejati. Kejujuran bukan hanya sebatas mengatakan yang benar saja, tetapi manusia yang jujur akan menjalani kehidupannya dengan apa adanya. Sikap yang ditunjukkan adalah sikap yang sebenarnya tanpa berpura-pura dan memakai topeng. Sehingga manusia yang jujur adalah sikap yang membumi, artinya menyatu dengan segala persoalan dan tampil terbuka menjalani kehidupannya. Kehidupan manusia yang jujur akan lebih bahagia karena tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak takut dengan segala yang dimiliki dan dilalui dalam hidupnya.
Kepriadian tidak jujur masuk ke dalam kepribadian bermuka dua (nifaq). Kepribadian nifaq merupakan karakter orang munafik, yaitu sifat seseorang yang menampakkan baik di pandang orang lain padahal menyembunyikan keburukan dan kebusukan. Segala yang dinampakkan berbeda dengan kenyataannya. Mereka tidak dapat menghadapi kenyataan sehingga berdusta bila berbicara, mengingkari janji jika mereka berjanji, dan berkhianat jika diberikan kepercayaan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] ayat 142:
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢
Artinya: “Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang munafik yang selalu membantu tipu daya untuk menghalang-halangi berkembangnya agama Islam. Mereka juga menipu Rasul saw dengan jalan menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran.”
Menukil sebuah tulisan dari Prof. Haedar Nashir tentang kejujuran, bila menjadi pemimpin tidak perlu bertopeng demi citra dan pesona. Tidak perlu pula banyak polah yang membingungkan umat atau rakyat. Jika Allah memberikan anugerah menjadi pemimpin cerdas dan hebat, syukurilah nikmat itu dengan sikap tawadhu’, tidak congkak, dan lupa diri. Belajarlah ilmu padi, makin tua kian berisi, kian matang makin merunduk. Dengarlah suara hati dari lubuk qalbu terdalam agar menjadi pemimpin yang autentik, bukan yang serba kamuflase. Simak pula bisikan jernih dan suara kebenaran yang datang dari umat atau siapapun yang memberikan tausyiyah atau kritik, siapa tahu memang kita sedang berada di jalan yang salah. Jangan merasa benar dan digdaya sendiri.
Pemimpin yang jujur akan lurus dalam mengurus umat atau rakyat. Menjadi pemimpin jujur dan tulus dalam mengelola hajat hidup orang banyak itu itu memang tidak mudah. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang hamba (pemimpin) yang mengurus urusan umat manakala tidak mau bersusah payah dan tidak berlaku jujur serta tulus kepada yang dipimpinnya, melainkan hamba itu pasti tidak akan dapat menium harumnya surga.” (HR. Bukhari-Muslim).
Allah SWT bahkan berfirman: “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendakinya, atau menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Ahzab [33]: 24).
Jama’ah jum’at rahimakumullah
Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk mulai membumikan budaya kejujuran. Bahwa jujur itu tanpa batas. Tidak akan rugi manusia yang berlaku jujur. Jujur tidak akan membuat kita menjadi manusia yang hancur. Justru dengan kejujuran akan membawa keberkahan dan menjadi penyelamat kita dari siksa api neraka kelak.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.