Oleh: Ihsan Nursidik, MAg
Pengajar di Pondok Pesantren Darul Arqam Daerah Garut
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’ayiral Mu’minin Rahimakumullah
Pemuda merupakan bagian dari sentral gerakan peradaban, pemuda adalah simbol dari perubahan. Namun bukan semata perubahan, lebih tegasnya adalah perubahan yang berdasarkan kecemerlangan akal pikiran dan semangat juang yang berkobar bak api yang membara.
Bila kita menilik pemuda di dalam Al-Qur’an dan Hadis, maka sekurang-kurangnya terdapat empat term yang dapat dirujuk, di antaranya yakni fata, fityah, syabab dan syab. Pada term-term tersebut, disebutkan nama-nama spesifik yang ditunjuk sebagai seorang pemuda, antara lain sebagai berikut:
Pertama, Nabi Yusuf seorang pemuda tampan yang memikat seorang istri raja (imra’ah al-aziz) dalam QS. Yusuf ayat 30. Kedua, seorang pemuda yang menemani Musa dalam perjalanannya, dalam literatur tafsir, disebutkan bahwa pemuda itu bernama Yusya’. Keterangan ini terdapat di dalam QS. al-Kahfi ayat 60-62.
Ketiga, Nabi Ibrahim sebagai pemuda yang digambarkan pemberani dalam mengungkapkan kebenaran, keterangan ini disebutkan dalam QS. al-Anbiya’ ayat 60. Kemudian terakhir adalah, Pemuda Kahfi yang melindungi diri dari kediktatoran raja demi mempertahankan keimanan mereka, keterangan ini terdapat dalam QS. al-Kahfi ayat 13.
Selain dapat ditemukkan dalam Al-Qur’an, term pemuda juga terdapat di dalam literatur hadits. Pemuda-pemuda yang disinggung dalam literatur hadits memuat pesan tentang perintah Nabi untuk menyegerakkan nikah bagi mereka yang telah diberikan oleh Allah kemampuan untuk menghidupi rumah tangga.
Dari Al-Qamah pernah bercerita, pada saat itu dia sedang berjalan bersama Abdullah di Mina, kemudian dia berjumpa dengan Usman. Dia berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, maukah anda kami nikahkan dengan seorang budak wanita yang masih gadis, sehingga ia dapat mengingat masa lalumu.” Abdullah berkata: “Jika Anda berkata demikian, maka sungguh, Rasulullah telah bersabda kepada kami”, Rasul bersabda:
يا معشر الشباب، من استطاع منكم الباءة فليتزوج؛ فإنه أغض للبصر، وأحصن للفرج، ومن لم يستطع فعليه بالصوم؛ فإنه له وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan, maka kawinlah. Karena sesungguhnya pernihakan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak nafsu.” (HR. Bukhari Muslim).
Hadis lainnya dari Jabir bin Abdullah, Rasul bersabda:
أيما شاب تزوج في حداثة سنه ألا عج شيطانه يا ويله يا ويله عصم مني دينه
“Apabila seorang pemuda menikah pada usia muda, setan akan berteriak, celaka aku, agamanya telah terjaga dari godaan-ku.” (al-Mu’jam al-Ausat} karya al-Tabrani).
Pada keterangan-keterangan tersebut, kita dapat melihat sekalipun pemuda memiliki karakteristik yang sangat cemerlang, akan tetapi, pemuda juga memiliki tantangan untuk bisa mengontrol dirinya. Salah satu yang paling ditekankan ialah dorongan hawa nafsunya yang begitu besar.
Maka pemuda harus bisa menjaga dirinya, dari perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskannya pada lubang kesengsaraan. Kemaksiatan dan jauh daripada petunjuk-petunjuk Allah menjadi pangkal dari munculnya pemuda-pemuda yang jauh dari nilai agama.
Sebagaimana nasihat Nabi Muhamad saw kepada Ibn Abbas untuk memanfaatkan dan mempergunakan masa mudanya, sebelum datang masa tua, syabaka qabla haramika. Hal ini turut menunjukkan pentingnya masa muda untuk di maksimalkan sebaik mungkin, sebab terdapat empat kualitas yang akan berkurang seturut dengan datangnya masa tua.
Keempat kualitas tersebut dapat kita rujuk pada karakter-karater pemuda sebagaimana yang telah disebutkan dalam Alquran sebelumnya. Berdasarkan ayat-ayat tersebut, terdapat empat kualitas khas yang dimiliki seorang pemuda, antara lain: (1) Gairah dan kharisma yang begitu segar; (2) Semangat dan daya juang yang masih bergelora; (3) Keteguhan memegang prinsip, kemudian; (4) Kecerdasan dan daya kritis yang tajam.
Keempat kualitas ini hendaknya digunakan pemuda untuk mendedikasikan dirinya pada peribadatan kepada Allah. Namun bukan semata pada bentuk peribadatan yang bersifat ubudiyyah saja, melainkan ibadah dalam bentuk mu’amalah. Sebab pemuda-pemuda yang bisa mendedikasikan hidupnya di jalan Allah.
Fokus pada orientasi untuk mengejar Rahmat Allah, sehingga setiap tindak-tanduknya tidak dimaksudkan selain karena-Nya. Sebab banyak di antara pemuda-pemudi yang berdaya itu, justru hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, dengan bersikap riya dan angkuh. Nauz}ubilah min dzalik.
Rasulullah bersabda:
أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فسئل عنه، فقال: الرِّياءُ
“Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil’. Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang syirik kecil tersebut, lalu beliau menjawab: ‘ar-riya’.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).
Oleh karenanya pemuda Islam harus berpegang teguh pada orientasinya kepada Allah semata. Pentingnya untuk tidak berlaku syirik bahkan pada perilaku syirik kecil seperti ini. Pesan Luqman pada anaknya sangat relevan dalam menyikapi hal ini, Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
ثُمَّ اِعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَمَلَائِكَتِهِ قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَجَعَلَ هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ احْفَظْ عَلَيْنَا أَمْنَنَا وَإِيْمَانَنَا وَاسْتِقْرَارَنَا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ سُلْطَانَنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دُوَرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَأَخْرِجْهُمْ مِنْ هَذَا الضَّيْقِ وَالشِّدَّةِ بِفَرَجِ عَاجِلٍ قَرِيْبٍ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ).
عِبَادَ الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.