Ki Bagus Hadi Kusuma Tokoh Kunci Ideologi Pancasila

Publish

2 June 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
267
Istimewa

Istimewa

Ki Bagus Hadi Kusuma Tokoh Kunci Ideologi Pancasila

Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon

"Pancasila merupakan ijtihad dalam berbangsa dan bernegara oleh para ulama dalam rangka menyelaraskan nilai-nilai agama dan nilai-nilai berbangsa dan bernegara sehingga menjadi masyarakat, bangsa yang bermartabat."

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

Lā yanhākumu-llāhu ‘ani-lladhīna lam yuqātilūkum fī-d-dīni wa lam yukhrijūkum min diyārikum an tabarrūhum wa tuqsiṭū ilayhim, inna-llāha yuḥibbu-l-muqsiṭīn(a).

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila karena atas prakarsa dari Soekarno yang mengusulkan akan pentingnya ideologi suatu bangsa sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebelum proklamasi kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai badan ad hoc mempunyai kewenangan untuk menyusun dasar dan ideologi sebuah negara dalam hal Undang-Undang Dasar 1945 serta ideologi sebuah bangsa itu sendiri, yang selanjutnya disepakati "Pancasila sebagai Dasar Ideologi Bangsa."

Namun, untuk mencapai sebuah konsensus (kesepakatan) demi keutuhan bangsa dan negara yang berlatar belakang bermacam-macam, diperlukan sebuah nilai-nilai yang dapat diterima oleh semua pihak, dan hal ini tidaklah mudah.

Jika kita menelisik dari catatan sejarah mengenai dasar ideologi Pancasila dalam Piagam Jakarta, di situ tertulis "Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam dengan keyakinannya masing-masing."

Dari situlah kalangan non-Muslim keberatan jika hal itu tetap dipaksakan, sehingga daerah Irian, NTT yang nota bene daerah mayoritas non-Muslim dikhawatirkan akan memisahkan diri.

Karena pada waktu itu Soekarno, Hatta, dan anggota lainnya sangat segan dengan Ki Bagus Hadi Kusuma yang pada waktu itu sebagai Anggota PPKI & BPUPKI bersama Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim. Salah satu cara Mr. Kasman Singodimejo untuk meluluhkan hati Ki Bagus Hadi Kusuma adalah berkat pendekatan sesama kader Muhammadiyah. Diplomasi ini berhasil dan mencapai kesepakatan demi keutuhan bangsa dan negara.

Dari sumber sejarah diketahui bahwa kader persyarikatan yang ikut menentukan Pancasila sebagai ideologi bangsa antara lain Soekarno, KH Mas Mansur, Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadi Kusuma, dan Kahar Muzakir.

Negarawan Sejati dan Njawani

Dari beberapa literatur dan penuturan, pada Juni 2023, penulis melakukan napak tilas dan mendapatkan penjelasan dari seorang tokoh Kauman Jogja yang mengatakan bahwa Ki Bagus Hadi Kusuma adalah sosok pribadi yang taat karena didikan orang tuanya yang masih mempunyai pertalian saudara dengan KH Ahmad Dahlan. Ki Bagus Hadi Kusuma juga seorang yang cerdas dan menjaga nilai-nilai budaya, termasuk gemar tentang dunia sastra. Oleh karena itu, beliau tidak mau dipanggil Kyai Haji, tetapi lebih suka dipanggil dengan sebutan Ki, karena lebih Njawani.

Selain itu, ilmu tasawuf beliau juga matang, sehingga beliau sangat teguh dalam pendirian, terutama tentang aqidah. Tidak bisa ditawar. Oleh karena itu, dengan karakter yang sudah terbentuk, beliau dengan "ikhlas dan legowo" demi keutuhan bangsa dan negara yang baru merdeka, mengesampingkan ego atau kepentingan pribadi maupun golongan, mau menerima usulan dari saudara se persyarikatan yaitu dari Kasman Singodimejo.

Hasilnya adalah seperti yang kita lihat dan ketahui saat ini yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 3) Persatuan Indonesia. 4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. 5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Merawat dan Mengamalkan Nilai-nilai Luhur PANCASILA

Kita mempunyai tugas dan beban yang berat, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat dan warga negara yang baik. Jangan sampai kita mengkhianati warisan dari para tokoh pendiri bangsa serta para pencetus ideologi Pancasila. Jika kita tidak merawat dan mengamalkannya, berarti kita masih dipertanyakan akan "keagamaan kita, keindonesiaan kita, dan kemanusiaan kita" sebagai generasi penerus.

Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, digalakkan program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang bertujuan mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Namun, kita menyadari bahwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara jika dirasakan masih jauh dari harapan nilai-nilai Pancasila. Kita melihat kondisi ini sangat ironis di tengah kehidupan di era yang begitu cepat perubahannya. Kita menyaksikan ketimpangan, ketidakadilan, budaya musyawarah yang menurun, perilaku yang tidak beradab, dan lain sebagainya.

Bahkan beberapa dekade kemudian muncul BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang tujuannya menjaga ideologi Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Sebenarnya, jika seluruh rakyat Indonesia bersatu padu, mulai dari Presiden, Wakil Presiden, wakil rakyat baik dari pusat sampai daerah, untuk benar-benar menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, pada dasarnya mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut masing-masing baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Jangan sampai Pancasila hanya dipajang di tembok kantor-kantor pemerintah, swasta, sekolah negeri/swasta, maupun tempat lainnya tetapi tidak diamalkan. Sehingga nantinya akan menjadi penghianatan "berjamaah". Sebuah pesan kebangsaan merasakan keprihatinan akan kehidupan berbangsa yang jauh dari nilai-nilai Pancasila. Ungkapan almarhum Buya Syafii Maarif mengatakan 'Pancasila dimuliakan lewat kata-kata, diagungkan lewat tulisan, dikhianati kala penobatan."

Maka peringatan satu Juni sebagai refleksi sejauh mana kita dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sudah sesuai atau belum.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Iktikaf, Masa Lalu dan Masa Kini Oleh: Al-Faiz MR Tarman, Dosen Universitas Muhammadiyah Klaten Ap....

Suara Muhammadiyah

5 April 2024

Wawasan

Bekal Menyambut Ramadhan Oleh: Mohammad Fakhrudin Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammad....

Suara Muhammadiyah

9 March 2024

Wawasan

Memahami Hari Kiamat Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Apa seben....

Suara Muhammadiyah

1 March 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pencapaian ilmiah mengalami lonjakan dahsyat di masa pemerintahan khalifah Al M....

Suara Muhammadiyah

26 September 2023

Wawasan

Idul Fitri Tradisi Menyemai Nilai Autentik Oleh: Rumini Zulfikar (GusZul), Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah