Memahami Al-Qur`an lewat Alkitab
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Untuk memahami Al-Qur`an dengan baik, kita memerlukan sedikit pengetahuan tentang Alkitab. Alkitab memberikan semacam latar bagi Al-Qur`an. Lewat tulisan ini, saya ingin membahasnya lewat cerita demi cerita, dan melihat bagaimana pemahaman tentang apa yang ada di Alkitab sebelumnya dapat membantu kita memahami apa yang terdapat dalam Al-Qur`an sekarang.
Mari kita mulai dengan membaca Surah Al-Baqarah. Pada ayat ke-29 disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Kemudian pada ayat ke-30 diceritakan tentang penciptaan Adam serta kisah Adam dan Hawa di surga (jannah). Semua ini mengingatkan Anda pada apa? Jika Anda membaca Kitab Kejadian dalam Alkitab, Anda akan melihat bahwa Al-Qur`an beralih ke urutan cerita.
Setidaknya untuk paruh pertama Surah Al-Baqarah, kita membaca sejarah Bani Israel. Mereka yang tidak mengetahui hal ini boleh jadi melihat Surah Al-Baqarah sangat terfokus pada orang Yahudi. Al-Qur`an terus menerus membahas tentang sejarah Yahudi dan sikap memberontak kaum mereka. Mereka menyembah patung anak sapi emas, melanggar hari Sabat, dan sebagainya. Lalu apa maksud dari semua ini? Mengapa ada penekanan pada orang-orang Yahudi?
Mengetahui Alkitab sebagai latar belakang membantu kita memahami apa yang Al-Qur`an jelaskan. Al-Qur`an memberikan kita versinya sendiri tentang kisah Kejadian. Sisanya dari Taurat, bukan keseluruhan Taurat, tetapi cara pandang yang berbeda terhadap Taurat dan sejarahnya sebagai penghubung menuju masyarakat Muslim.
Terhadap sikap orang Yahudi ini, Surah Al-Baqarah mengungkapkan ini lebih jelas. Allah berfirman, “Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk) (QS 2: 142). Sebelumnya orang Muslim ternyata menghadap ke Yerusalem (Baitul Maqdis) sebagai kiblat mereka bersama dengan masyarakat Yahudi. Lalu terjadi perubahan dan perpisahan yang jelas.
Al-Qur`an menunjukkan bahwa inilah titik awal kita, dimulai dengan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian, penciptaan Adam dan Hawa, terusir atau kejatuhan dari surga, dan seterusnya, hingga sekarang membentuk komunitas baru orang beriman dengan arah kiblat yang baru. Memahami sejarah Alkitab membantu kita memahami hal ini.
Selanjutnya mari kita bahas tentang terusirnya Adam dan Hawa dari surga. Dalam Kitab Kejadian Pasal 2 (15-17) dinyatakan Tuhan menciptakan surga dan menempatkan Adam dan Hawa di sana. Dia berfirman kepada mereka untuk tidak memakan buah dari sebuah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Dalam Al-Qur`an, pohon ini hanya sedikit disebutkan, tetapi tidak dikatakan sebagai pohon pengetahuan tentang baik dan jahat. Karena Al-Qur`an memiliki ciri khas tersendiri. Dari perspektif Al-Qur`an, mencari ilmu itu baik. Jadi Al-Quran tidak menyebutnya pohon pengetahuan tentang baik dan jahat. Al-Qur`an hanya menyebutnya sebagai pohon.
Dalam Alkitab disebutkan bahwa Hawa adalah orang yang pertama kali didekati oleh setan, dan kemudian setan membujuknya untuk makan dari pohon itu. Kemudian Hawa memberikannya kepada suaminya dan dia melihat itu baik, dan dia juga memakannya. Sedangkan dalam Al-Qur`an disebutkan bahwa setan mendekati mereka berdua, laki-laki dan perempuan, dan menyebabkan mereka terjatuh dari rahmat Allah yang sebelumnya mereka dapatkan.
Artinya setan menipu mereka berdua, bukan satu pihak saja dengan menipu Hawa dan kemudian Hawa meyakinkan Adam. Jadi Anda bisa melihat bahwa Al-Qur`an membangun cara pandang yang sangat berbeda terhadap sesuatu di sini. Dan ketika kita melihat apa yang berbeda tentang Al-Quran, maka kita menghargainya, dan kita lebih menghargai dan memahami pesannya dengan lebih baik.
Berlanjut ke kisah Nuh. Dalam Kitab Kejadian kita membaca kisah Nuh dengan banjirnya, hal yang sama juga diceritakan dalam Al-Qur`an. Tetapi yang menarik adalah bahwa Al-Qur`an menceritakan bahwa Nuh banyak berdakwah kepada kaumnya. Dia mencoba untuk meyakinkan mereka untuk menyembah Tuhan yang Esa dan sebagainya. Dan hanya ketika mereka menolak dan bahkan merencanakan pembunuhan terhadap Nuh, barulah Allah menurunkan banjir untuk menghancurkan kaum tersebut. Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman bersama Nuh.
Sementara dalam Kitab Kejadian tidak disebutkan bahwa Nuh adalah seorang nabi. Kita tidak bisa melihat dakwahnya saat dia terus berusaha untuk memperbaiki kaumnya. Ini menjadi tidak masuk akal, seperti mengapa Tuhan mengirim banjir untuk memusnahkan semua orang ini tanpa memberi mereka kesempatan kepada Nuh untuk memperbaiki dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar.
Tetapi kisah ini aat jelas dalam Al-Qur`an. Kisah Nuh ini adalah bagian dari sejarah para Nabi. Para Nabi datang dan berupaya memperbaiki kaum mereka, tapi umatnya memberontak. Mereka bahkan mencoba untuk menyakiti Nabi. Dan saat itulah Allah campur tangan dan memberi mereka semacam hukuman sehingga itu menjadi cerita yang akan diceritakan untuk semua generasi di masa depan.
Al-Qur`an memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan sesuatu. Al-Qur`an memperbaiki dan mengoreksi narasi sebelumnya dalam Alkitab. Hanya dengan melihat keduanya secara kontras satu sama lain dan melihat Al-Quran vis-à-vis dengan yang lain, kita dapat memahami apa yang sebenarnya sedang dijelaskan Al-Qur`an.
Satu poin terakhir tentang ini adalah bahwa Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa banjir yang menimpa kaum Nuh adalah banjir universal. Banjir itu membanjiri seluruh dunia. Sementara dalam Al-Qur`an, kita mendapat kesan bahwa hanya orang-orang yang keras kepala dan memberontak yang dihancurkan dalam banjir ini. Di zaman modern ketika kita mencari bukti banjir global, yang bisa kita temukan hanyalah bukti banjir lokal di sana-sini, di banyak tempat yang berbeda. Tapi yang pasti semua banjir bersifat lokal. Karenanya kita bisa melihat bahwa narasi Al-Qur`an di sini lebih selaras dengan studi modern.