SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Empat tahun lalu inisiatif ini dimulai di tengah kepungan pandemi dan keraguan. Hanya bermodal koleksi buku pribadi dan sepasang koper besar, Yuli Kuswanti bersama suaminya mulai menyulap area car free day di Semarang menjadi lapak baca gratis. Ia tak pernah menduga, perjuangan sunyi seorang aktivis literasi Muhammadiyah Semarang itu kini membuahkan pemandangan yang mengharukan.
Selasa (30/9/35), Yuli berdiri di teras rumahnya di Meteseh, matanya berkaca-kaca melihat puluhan anak TK ABA 59 dengan seragam putih-toska riang tenggelam dalam buku, disaksikan langsung oleh jajaran petinggi Kemendikdasmen. Di wajahnya yang teduh, terlihat jelas campuran rasa bangga dan haru.
Kunjungan itu bukan sekadar formalitas; itu adalah penobatan atas konsistensi dan keyakinan, bahwa gerakan sekecil Koper Pustaka, yang rutin membawa lebih dari 1.000 buku dalam koper, memiliki daya gedor yang besar bagi karakter bangsa.
Kunjungan resmi delegasi dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ke kediaman Yuli adalah bentuk apresiasi atas gerakan yang tak pernah lelah sejak 2021. Gerakan ini telah menjadi oase, menyajikan lebih dari 1.000 eksemplar buku, hasil donasi dan koleksi pribadi, kepada anak-anak kota setiap Ahad pagi.
Di tengah sesi Membaca Nyaring (Read Aloud) yang dipandu Kak Salsa, Yuli, yang juga seorang pustakawan, melihat para pejabat Kemendikdasmen larut dalam keceriaan. Rusprita Putri Utami, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, tampak tersenyum hangat, ikut memberikan tepuk tangan.
"Luar biasa yang sudah dilakukan teman-teman," ujar Rusprita. "Pesan saya, untuk TBM (Taman Bacaan Masyarakat, Red) Koper Pustaka untuk terus semangat menyebar manfaat dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar, terutama untuk anak-anak untuk terus mencintai membaca buku."
Ia menegaskan bahwa gerakan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam penguatan karakter dan pemberdayaan perempuan di masyarakat.
Mengurangi Gawai, Memperbanyak Buku
Kehadiran para pejabat Kemendikdasmen, termasuk Tenaga Ahli Wakil Menteri Fahmi Syahirul Alim, menjadi penegasan bahwa upaya ini bukan hal sepele. Fahmi menyampaikan pesan dari pimpinannya tentang pentingnya melawan dominasi gawai.
"Pak Wamen (WakiL Menteri Fajar Riza Ul Haq, Red) selalu berpesan bahwa anak-anak harus dekat dengan buku, karena buku adalah sumber ilmu. Kita harus mengurangi gawai tapi memperbanyak buku," tegas Fahmi.
Bagi Yuli, pujian ini menambah semangatnya. "Sangat senang atas kehadirannya, menambah semangat kami untuk tetap terus berbuat kebaikan melalui literasi," ucap Ketua forum literasi TBM Kota Semarang itu.
Ia berharap momentum ini bisa menjadi dorongan bagi TBM lain. Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, dari Nasyiatul Aisyiyah hingga Majelis Pustaka Informasi PDM Kota Semarang, sebagai kunci keberhasilan.
Di akhir acara, setelah sesi pelatihan kerajinan dari barang bekas oleh Kak Asih Sri Lestari, Yuli dan timnya mengantar para tamu. Koper-koper besar itu kini kembali ditutup. Namun di balik kesunyian teras itu, Yuli tahu: Koper Pustaka telah membuktikan bahwa konsistensi dan keyakinan seorang aktivis mampu mengubah teras rumah menjadi panggung pengakuan nasional.