KEBUMEN, Suara Muhammadiyah – Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan menjadikan gerakan ekonomi sebagai gerakan prioritas. Jika diurai lebih terbuka, Suara Muhammadiyah mengejawantahkan secara nyata. Yakni melakukan pelebaran unit usaha yang bergerak di sektor bisnis ekonomi dan pariwisata. Wujudnya dengan melahirkan SM Tower yang menginspirasi banyak orang.
Terbukti, Hotel Patra Kebumen, Jawa Tengah ikut menjalin kerja sama. Wujud kerja sama ini pada aspek operatorship untuk pengelolaan SM Tower. Saat ini kedua belah pihak telah menjalin kerja sama, tetapi untuk operasionalisasinya menunggu Surat Perintah Kerja. Dan nantinya, hotel tersebut akan berubah menjadi SM Tower Kebumen Style.
Kerja sama ini dilaksanakan pada Senin (14/10). Penandatangan kerja sama ini dilakukan oleh Direktur Utama PT SCM/SM Deni Asy’ari dan Direktur Utama Hotel Patra Kebumen Detik Rahmawati. Disaksikan Direktur HRD dan Legal SM Wahyu Chusnul Muna, Manager Hotel Patra Kebumen Almira Danniswara dan Tahap Kuswanjaya Keluarga Hotel Patra Kebumen.
Dalam kesempatan itu, Deni mengatakan, hadirnya SM Tower yang ada di Yogyakarta (SM Tower Malioboro) serta SM Tower Berau Kalaimantan Timur meniscayakan kepercayaan masyarakat, khususnya para pengelola hotel untuk menjalankan kerja sama dengan SM. Artinya, denyut nadi pergerakan bisnis SM telah melahirkan keteladanan di akar rumput.
Lebih gamblang, Deni mengatakan, berkat kerja keras seluruh tim, SM Tower nantinya tidak sekadar hadir di Yogyakarta dan Kalimantan Timur, tetapi bakal hadir di tempat-tempat lain yang tentu letaknya strategis serta mudah diakses oleh masyarakat, khususnya warga Persyarikatan.
"Insyaallah SM Tower akan hadir juga di Klaten, Borobudur, Karanganyar, Sumatera Barat, Riau, dan Palembang," tuturnya.
Deni menambahkan, sebelum hadirnya SM Tower, paradigma berpikir masyarakat merepresentasikan hotel sebagai episentrum tempat melakukan anomali. Salah satunya mabuk-mabukan, pesta pora miras, judi, narkoba, narkoba, bahkan berbuat maksiat. Tetapi, setelah hadirnya SM Tower, paradigma ini perlahan tapi pasti mengalami peluruhan.
“Citra selama ini bahwa hotel tempat maksiat dan mabuk-mabukan, tetapi dengan hadirnya hotel ini, ternyata mewarnai hotel kebanyakan, bahwa hotel tidak seperti itu,” ucapnya.
Meskipun demikian, Deni mengatakan masih ada warga Persyarikatan yang belum memanfaatkan SM Tower. Deni menegaskan, SM Tower bukan sekadar tempat menginap, tetapi keberfungsiannya juga dapat dijadikan tempat pertemuan, rapat, dan kegiatan lainnya.
"Tentu jika kita menyediakan hotel sendiri, maka agenda-agenda Muhammadiyah sudah bisa menggunakan hotel sendiri. Dengan pengalaman management SM Tower Malioboro, SM siap untuk menjalin kerja sama pengelolaan hotel di mana pun berada," terangnya.
Deni mengungkapkan, saat ini di kawasan Kebumen, SM telah menjalin kerja sama dengan beberapa destinasi wisata. Seperti di Pantai Menganti, Pantai Ayah, dan Pantai Karang Bolong. "Tentu ini masih awal, akan banyak pengembangan sektor wisata dan kuliner nantinya," ungkapnya.
Sementara Rahmawati menyampaikan bahwa motivasi awal menjalin kerja sama pada saat menginap di Yogyakarta dan bertemu dengan SM Tower Malioboro. Ia melihat ada potensi dan kans besar untuk mengembangkan bisnis sekaligus mendongkrak nilai perekonomian untuk memajukan kehidupan masyarakat.
"Saya terkesan dengan management selama menginap di sana (SM Tower Malioboro), sehingga berkeinginan menjalin kerja sama di Kebumen. Dalam waktu singkat SM langsung menindaklanjuti kerja sama. Dan telah dilakukan penandatanganan kerja sama operatorship. Kalau dengan Muhamadiyah, Insyaallah sekeluarga sangat mantap, dan yakin akan di kelola secara profesional," bebernya.
Ia mengharapkan agar ke depan dengan kerja sama ini, selain menarik wisatawan, pada saat bersamaan dapat saling berkolaborasi untuk mengembangkan sektor usaha dengan maksimal.
"Semoga kerjasama ini menjadikan hotel Patra sebagai hotel icon di kebumen ditengah hotel lainya, bisa semakin berkembang dan memberikan kebermanfaatan banyak orang," tandasnya. (Fab/Pras/Cris)