BANTUL, Suara Muhammadiyah – Sebagai ikhtiar penguatan peran masjid dan musala Muhammadiyah di tingkat ranting, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tirtonirmolo Barat, Kasihan, Bantul, menyelenggarakan Silaturahmi dan Konsolidasi Takmir Masjid/Musala se-Ranting Muhammadiyah Tirtonirmolo Barat, Senin (15/12) di Masjid Al-Muthohar Kampung Bekelan, masjid di mana PRM Tirtonirmolo Barat berkantor.
Acara dipandu oleh Ustaz Kurnia Pramujiharso, Wakil Ketua PRM Bidang Tarjih Tabligh dan Pembinaan Masjid/Musala. Ketua PRM Tirtonirmolo Barat, Sofriyanto menyampaikan, Silaturahmi dan Konsolidasi Takmir ini sebagai langkah menyongsong bulan suci Ramadan 1447 H.
"Diharapkan dapat terbangun kesepahaman, kekompakan, dan komitmen bersama antar-takmir masjid dan musala Muhammadiyah. Dalam menguatkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, dakwah, dan pelayanan umat yang menggembirakan dan mencerahkan,” ujarnya.
Sofriyanto menambahkan, selain itu, forum silaturahmi dan konsolidasi ini menjadi ruang strategis untuk mempererat ukhuwah, menyamakan visi, serta memperkuat koordinasi, pengelolaan, dan program masjid dan musala dalam bingkai gerakan dakwah Muhammadiyah.
“Masjid dan musala Muhammadiyah memiliki peran strategis tidak hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai pusat dakwah, pembinaan jamaah, serta penguatan gerakan persyarikatan di tengah masyarakat,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Sofriyanto juga menyampaikan arahan tindak lanjut Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait pelaksanaan infak Jumat pada tanggal 12, 19, dan 26 Desember 2025. Menurutnya, infak tersebut secara khusus diperuntukkan bagi bantuan kemanusiaan bagi para korban bencana alam di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
“Seluruh takmir masjid dan musala Muhammadiyah diharapkan dapat menyukseskan program tersebut sebagai wujud kepedulian sosial dan spirit ta’awun dalam Persyarikatan,” ajaknya.
Sofriyanto mengakhiri sambutannya dengan menyampaikan pentingnya penegasan status hukum masjid dan musala Muhammadiyah serta pemahaman yang utuh terhadap Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2024 tentang Masjid dan Musala Muhammadiyah.
“Pedoman tentang Masjid dan Musala ini penting untuk menjaga tertib administrasi, kesinambungan pengelolaan, dan arah dakwah masjid sesuai dengan nilai-nilai Persyarikatan,” pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Asep Shalahudin, Anggota Bidang Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Asep menyampaikan, penjelasan mengenai penetapan awal Ramadan dan Idulfitri 1447 H telah ditetapkan melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Setelah melakukan peninjauan ulang terhadap data astronomi global dan validasi terhadap parameter Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), maka ditetapkan 1 Ramadan 1447 Hijriyah jatuh pada hari Rabu legi tanggal 18 Februari 2026 Masehi. Sedangkan 1 Syawal 1447 H jatuh pada hari Jum at Legi tanggal 20 Maret 2026,” jelas Asep.
Penetapan tersebut, kata Asep, merupakan koreksi terhadap versi awal dalam kalender cetak Muhammadiyah (1 Ramadan = 19 Februari 2026). “Dan koreksi tersebut dilakukan dalam rangka menjaga akurasi ilmiah integritas keilmuan serta komitmen terhadap prinsip kebenaran dan konsisten dalam penetapan waktu ibadah,” lanjut Asep.
Ustaz Asep yang dikenal sebagai ahli fikih ibadah praktis juga memaparkan beberapa pernak-pernik praktik ibadah yang banyak belum diketahui oleh para takmir masjid dan musala atau masalah-masalah ibadah mendasar dalam Ramadan yang selalu muncul menjadi pertanyaan berulang setiap akan datangnya bulan Ramadan.
“Banyak masalah-masalah mendasar dalam ibadah bulan Ramadan yang belum banyak difahami oleh warga kita atau sering dipertanyakan kembali setiap akan masuk bulan Ramadan, diantaranya, kebetulan besok Idulfitri jatuh pada hari Jumat, masih muncul pertanyaan tentang hukum salat Jumat yang bersamaan dengan 1 Syawal (lebaran Idulfitri) atau 10 Zulhijah (lebaran Iduladha),” tambah Asep.

