YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam perkembangan tataran dunia yang semakin mengglobal, spektrum dakwah pun semakin luas. Setelah memiliki kiprah dalam berbagai bidang pokok kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, sosial hingga ekonomi, Muhammadiyah diharapkan dapat memasuki ranah yang erat dengan generasi muda di era baru.
Seperti terungkap dalam Pengajian Ramadhan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk “Dakwah Kuktural: Perluasan Basis Komunitas dan Akar Rumput Muhammadiyah”, Materi 4 menelaah “Pengembangan Praksis Dakwah Kultural: Supporters, K-Popers (Budaya POP), dan Masyarakat Seni-Budaya”.
Tampil sebagai narasumber Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) PP Muhammadiyah Dr. Fajar Junaedi, Mudir Pesantren Welas Asih Irfan Amali, M.A., dan seniman yang juga anggoa Lembaga Seni Budaya (LSB) PP Muhammadiyah Jumaldi Alfi.
“Muhammadiyah sudah memiliki peran dalam dunia sepak bola melalui para tokohnya seperti Jamiat Dalhar, Soeratin dan terbentuknya PSSI,” ungkap Fajar Junaedi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum'at (15/03/2024). Pengamat sepak bola tersebut menerangkan bahwa Muhammadiyah juga memiliki giat dalam dunia ‘si kulit bundar’ melalui PSHW.
Lebih lanjut Dosen Komunikasi UMY itu membentangkan fakta dunia sepak bola yang merupakan olahraga terpopuler perlu sentuhan dakwah persyarikatan terutama bagi suporter. Apalagi sepak bola telah menjadi industri yang sangat besar dan dengan jutaan pengikut memiliki daya ungkit dalam ekonomi bahkan politik.
Mengutip Nidhomudin dan Suryandari (2021), suporter sepakbola adalah kelompok massa yang dipersatukan karena tujuan yang sama yaitu mendukung tim kebanggaanya, selain itu biasanya mereka memiliki keterikatan wilayah yang sama baik itu wilayah dilahirkan ataupun wilayah domisili yang sama. Suporter sepakbola bukan hanya sebagai pendukung sebuah klub, tetapi sebagai identitas kewilayahan.
Terlepas dari kerap terjadinya konflik suporter, Fajar menekankan perlunya mitigasi baik saat pertandingan di stadion maupun di luar stadion. Tragedi kanjurungan yang telah merenggut 135 nyawa menjadi pelajaran berharga. Dirinya juga mengapresiasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah yang telah masuk dalam dunia sepak bola seperti UM Surabaya yang menjalin simbiosis mutualisme dengan Persebaya serta Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dengan PSS Sleman.
Narasumber selanjutnya Irfan Amali mengungkapkan bahwa dunia remaja terutama generasi z dan generasi alpha memiliki dunia baru. Termasuk gaung “Korean Wave’ atau K-Pop baik boyband atau para artis drama Korea telah memiliki tempat di para penggemarnya.
Irfan menyebut hal ini sebagai "Crowdakwah" yaitu berdakwah di era kerumunan baru. Dirinya mengutip Seth Godin dalam buku 'Tribe', tribe atau suku adalah sekelompok orang yang terhubung satu sama lain, terhubung dengan seorang pemimpin, dan terhubung dengan sebuah ide.
Co-Founder Peace Generation itu mengatakan jumlah K-Popers di Indonesia mencapai 23 juta lebih. Ternyata para K-poper tersebut memiliki militansi yang sangat tinggi. Mereka tidak bisa dipandang sebelah mata karena memiliki solidaritas yang kuat dan kerap terlibat dalam gerakan sosial terutama di dunia maya.
Sementara itu, terkait masyarakat seni budaya Jumaldi Alfi mengajak untuk berefleksi tentang kondisi di era kekinian. “Hari ini kita saksikan bagaimana kebudayaan pop begitu menyebar seiring bergerak cepatnya teknologi. Anak-anak muda saat ini rasa-rasanya tak ada tang luput dari kebudayaan kontemporer ini. Akankah kita berjarak atau alergi melihat fenomena ini?” lontarnya.
Alfi menyebut seni dan budaya sebenarnya dapat diberdayakan sebagai sebuah ilmu pengetahuan dalam gerakan dakwah. Penggerak awal pergerakan Muhammadiyah, KHA Dahlan adalah pelaku dan penikmat Seni yang piawai. Seni Budaya adalah sebuah metode yang sangat efektif dalam merangkul masyarakat dalam syiar agama.
“Maka Muhammadiyah, sebagai salah satu ormas Islam terbesar di dunia dengan Jargon Berkemajuan ini dan mempunyai peeguruan Tinggi yang sangat banyak tersebut seharusnya sudah selayaknya mendistribusikan pengetahuan kesenian dan kebudayaan ini melalui para intelektual dan senimannya,” pungkasnya. (riz)