YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta mengadakan Pelatihan Jurnalisme Digital. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (16/12) di Ruang Mini Teater Gedung Lab Ilmu Komunikasi Lantai 7 Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta Drs H Rochmat, MPd dalam sambutannya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya atas penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran para peserta untuk hadir menyukseskan kegiatan tersebut.
"Alhamdulillah pada siang hari ini, MPI PDM Kota Yogyakarta dapat menyelenggarakan kegiatan ini. Bagi kami, kegiatan ini sangat menarik. Kami sangat berterima kasih kepada MPI atas menginisiasi merancang ide menarik ini," ujarnya.
Rochmat mengharapkan agar pasca-pelatihan ini, para peserta dapat mahir menulis berita, utamanya tampil menjadi seorang jurnalis. Baginya, kehadiran jurnalis di akar-rumput sangat vital dalam usaha memberitakan kejadian kekinian yang tengah berkembang.
"Kami mengharapkan kepada para peserta agar bisa menyerap dan mempraktikkan ilmu dari para narasumber. Dari ilmu tersebut, para peserta diharapkan dapat menulis berita dengan baik dan benar," katanya.
Rochmat mengharapkan setelah kegiatan ini selesai, para peserta agar bisa menjadi jurnalis. Utamanya dapat menulis, meskipun tulisan itu sangat sederhana. "Kami berharap peserta dapat mahir menulis. Dan makin berkembang menjadi seorang jurnalis. Nah, jurnalis itu sangat penting dan menjadi garda terdepan untuk memberitakan kepada orang lain terkait kejadian yang baru hangat terjadi," ucapnya.
Dalam kegiatan ini, MPI PDM Kota Yogyakarta menghadirkan narasumber Muhammad Ridha Basri atau lebih dikenal dengan Ribas sebagai Jurnalis Suara Muhammadiyah dan Dosen UAD Yogyakarta. Pada sesi penyampaian materi, Ribas menyampaikan bahwa menulis itu mudah. Kemudahan itu, tambahnya, didapatkan dari proses melatih diri secara konsisten dan tanpa pernah patah arang.
"Menulis itu sangat mudah. Karena menulis bukan sebuah bakat bawaan. Jadi saya sangat yakin bahwa semua orang bisa menulis," katanya.
Ribas menyampaikan dalam proses menulis, tidak selalu berjalan mulus. Baginya, kegagalan adalah sebuah keniscayaan yang dari situ kemudian sebagai bejana untuk menggembleng dan memaksa diri agar terus belajar menulis sampai berhasil.
"Menulis adalah sebuah kemampuan. Kemampuan akan dikuasai dengan dipelajari dan dilatih. Dalam prosesnya, pasti akan menemui kegagalan," ujarnya.
Sementara, Nely Izzatul Maimanah dari Author PWMU.CO menyampaikan pada aspek jurnalis, khususnya citizen jorunalism. Menurutnya, terma tersebut dilaksanakan oleh masyarakat yang nirjurnalis. Artinya masyarakat bisa berkesempatan tampil menjadi seorang jurnalis.
"Seorang jurnalis bukan saja dia jurnalis yang kuliah di jurusan jurnalistik. Seorang jurnalis bisa dari masyarakat atau citizen jorunalism. Kegiatan yang biasa dilakukan biasanya adalah pencarian, pengumpulan data, dan penyusunan informasi berita dengan penulisan sesuai dengan gayanya sendiri," tandasnya.
Nely menambahkan jika saat ini di tengah kemajuan teknologi yang makin pesat berkembang, menjadikan kemudahan bagi setiap orang. Salah satunya kemudahan dalam menulis berita. Oleh karena itu, Nely mendorong dan memberikan semangat kepada peserta untuk terus berlatih dalam menulis berita. Lebih-lebih konsistensi dalam belajar perlu dijaga agar bisa menghasilkan tulisan yang berdaging.
"Tingginya penggunaan ponsel di Indonesia mengubah cara orang mengonsumsi berita. Tidak seperti generasi sebelumnya, generasi muda Indonesia kini mungkinj arang membaca berita melalui koran atau majalah. Mereka lebih memilih ponsel sebagai medium untuk mengakses berita karena lebih praktis. Oleh karena itu, manfaatkan momentum ini untuk kita berlatih menulis berita. Semakin kita mengasah diri berlatih, maka makin kuat dan berbobot tulisan yang kita tulis," tegasnya. (Cris)