YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Stadium Generale menjadi materi pertama dalam kegiatan Baitul Arqam sesi 1 Mahasiswa UAD angkatan 2023 pada hari Sabtu (14/12) di Masjid Islamic Center UAD Kampus 4.
Stadium Generale ini tidak hanya dibersamai dengan pemateri yang memberikan informasi materi yang ada tapi juga menjadi contoh kader Muhammadiyah yang baik. Satu di antaranya Dr. Mhd. Lailan Arqam, M.Pd.I. merupakan dosen S2 Magister Pendidikan Agama Islam sekaligus kepala bidang Pendidikan AIK di LPSI UAD.
Lailan Arqam menyampaikan tentang Kepribadian Kader Muhammadiyah yang ideal. Sebagai Kader, perlu dipahami tentang kepribadian. Kepribadian menjadi hal yang asasi dan menjadi sebuah identitas khas yang dimiliki oleh setiap insan.
Dalam Tanfidz Keputusan Muktamar yang ke-46, disebutkan:
"Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah SWT sebagai Rabb dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual ma'rifat (iman/tauhid) dan penguasaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab, dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah."
Dalam upaya yang konkret, Amal Usaha Muhammadiyah mengupayakan hal itu semua. Mendirikan banyak amal usaha bidang termasuk pendidikan berbagai jenjang. Lailan Arqam menyampaikan bahwa tujuan pendidikan itu mengantarkan para peserta didik menjadi insan mulia dan berperan aktif untuk kemaslahatan semesta. Sehingga dengan itu, tercapai keteguhan kepribadian Muhammadiyah yang terwujud dalam sifat-sifat Mahasiswa Muhammadiyah.
Perlu diketahui juga, Kepribadian Muhammadiyah dirumuskan dalam muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962. Muktamar setengah abad ini ditutup oleh Presiden Soekarno yang menyampaikan pidato berjudul "Makin Lama Makin Cinta".
Sejarah mencatat, peristiwa bermula dari makalah yang disampaikan Kiai Fakih Usman dalam kursus pimpinan Muhammadiyah di Madrasah Muallimin, pada Ramadhan 1381 H./1961 M. yang berjudul "Apakah Muhammadiyah itu?". Hal ini juga terkait dengan situasi nasional pada sekitar tahun 1962. Sejak Dekrit 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966, Indonesia memasuki masa Demokrasi Terpimpin dan Politik Nasakom.
Kepribadian Muhammadiyah menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar yang ditujukan kepada perseorangan dan masyarakat, untuk mewujudkan masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah atau masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Selain gerakan Islam dan dakwah, Muhammadiyah juga gerakan tajdid. Dan Muhammadiyah menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
10 Kepribadian Muhammadiyah, yaitu 1). Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. 2). Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah. 3). Lapang dada, luwes pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam. 4). Bersifat keagamaan dan komasyarakatan. 5). Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah. 6. Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik. 7). Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran islam. 8). Kerjasama dengan golongan islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya. 9). Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. 10). Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Lalu, Lailan Arqam menjelaskan bahwa Kepribadian Mahasiswa Muhammadiyah tentu selaras dengan kepribadian Muhammadiyah. Pertama, Mahasiswa Muhammadiyah dituntut tidak hanya diharapkan menjadi insan akademis tetapi juga menjadi pribadi yang berkontribusi nyata dalam mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, pembangunan masyarakat, dan kemakmuran bagi semesta dalam mewujudkan cita-cita persyarikatan. Kedua, Memiliki posisi strategis sebagai bagian penting gerakan Muhammadiyah, peran serta aksi mahasiswa terinternalisasi dari nilai-nilai yang dijunjung oleh persyarikatan
Lailan Arqam menyebutkan, sifat-sifat yang dimiliki oleh Mahasiswa Muhammadiyah. Pertama, memiliki daya juang dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan
"Dalam sifat pertama itu, kita akan memiliki kemampuan membangun hubungan dengan orang lain dalam keragamannya dan tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan (Menurut Stolz), kemampuan untuk mengatasi konflik melalui dialog yang konstruktif serta berkontribusi pada kesejahteraan sosial, selalu mengasah dan memiliki sifat pelopor dalam gerakan perdamaian berbasis nilai-nilai Islam berkemajuan." Jelasnya.
Kedua, memperluas radius pergaulan sebagai wujud mengamalkan ukhuwah Islamiyah. "Membangun jaringan persaudaraan lintas kelompok dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathaniyah (memperbanyak kawan, sahabat, dan jaringan sosial). Dengan hal itu, melatih mahasiswa Muhammadiyah untuk bersikap toleran terhadap perbedaan dengan tetap teguh pada prinsip ajaran Islam" Jelasnya.
Ketiga, memegang teguh ajaran Islam (Tauhid) dan taat aturan/hukum. Sifat ini menjunjung tinggi ajaran Islam yang murni berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Lalu, menjadi ciri identitas mahasiswa Muhammadiyah sebagai individu yang memiliki integritas tinggi. Sehingga memiliki panduan moral yang dapat mencegah diri terjerumus pada perilaku negatif atau tindakan tidak etis lainnya. Dan juga Mahasiswa Muhammadiyah sebagai pilar utama dalam menjaga keseimbangan antara kepatuhan hukum dan peran sebagai pengawal moral bangsa
Keempat, beramar ma'ruf nahi munkar serta menjadi uswah hasanah. Mahasiswa Muhammadiyah, memiliki peran strategis dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar dalam memperkuat agama dan ilmu pengetahuan (berpartisipasi aktif kajian, pengajian, diskusi kritis, dll). Lalu, berperan aktif dalam dakwah dan pemberdayaan masyarakat (dakwah yang lebih kontekstual, kreatif, dan persuasif) (digital, karya ilmiah, dll). Kemudian, mengembangkan kaderisasi dan kepemimpinan (organisasi otonom Muhammadiyah)
Kelima, bersifat adil serta korektif ke Dalam dan Keluar dengan Bijaksana. Ini merupakan salah satu karakteristik yang menjadi landasan dalam menjalankan misi gerakan tajdid persyarikatan.
Sikap korektif merupakan kemampuan diri untuk melakukan evaluasi secara internal dan eksternal dengan penuh kebijaksanaan yang dilandasi nilai-nilai Islam. Dan Keseimbangan ini menciptakan mahasiswa yang introspektif dan mampu memberi kritik konstruktif kepada pihak lain, tanpa meninggalkan etika Islam.
Kesimpulannya, Mahasiswa Muhammadiyah adalah representasi nilai-nilai luhur Muhammadiyah dalam kehidupan modern dan 5 poin kepribadian ini menjadi panduan yang membentuk karakter mahasiswa yang religius, progresif, toleran, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan negara. Sifat-sifat tersebut dapat mewujudkan kader yang berkualitas, tangguh, dan mandiri yang membawa kemakmuran bagi semesta. (BDR)