YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat menjadi perhatian utama dari pemerintah dunia sejak hampir satu dekade terakhir. Peran ini diisi oleh berbagai instansi termasuk nonpemerintah yang tersebar di berbagai sektor, di mana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), perguruan tinggi sekaligus pusat pengembangan pengetahuan pun turut andil dalam memperluas kesempatan penyejahteraan masyarakat. Tahun ini UMY kembali meluncurkan laporan tahunan bertajuk ‘UMY Sustainability Report’ untuk tahun 2023 pada Kamis (18/7) sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik atas dampak yang telah dilakukan bagi masyarakat dan lingkungan dalam satu tahun terakhir.
Laporan ini secara rutin disampaikan oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM. ASEAN Eng. setiap tahunnya. UMY Sustainability Report berisikan capaian kinerja UMY sebagai sebuah perguruan tinggi selama satu tahun dalam mendukung ketercapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya yang berdampak langsung di masyarakat. Gunawan dalam pemaparannya menyebutkan bahwa prinsip untuk tercapainya SDGs adalah keberpihakan, terutama kepada masyarakat yang kekurangan dan lebih membutuhkan.
“Tidak banyak perguruan tinggi di Indonesia yang menjadikan SDGs sebagai landasan dalam mengukur capaian kinerja yang berdampak bagi masyarakat. Keberpihakan dalam SDGs berarti keberpihakan dalam pemerataan bagi seluruh masyarakat, bagi mereka yang kekurangan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, kebersihan lingkungan, hingga akses untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik,” ujar Gunawan.
Penguatan SDGs telah dilakukan oleh UMY selama empat tahun terakhir, walaupun menurut Gunawan 17 poin capaian yang terkandung dalam SDGs sangat beririsan dengan berbagai isu yang selama ini ditangani oleh Muhammadiyah. Seluruh penelitian dan pengabdian yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa UMY pun telah berada di bawah payung besar SDGs dan bertemakan 17 poin capaian tersebut. Gunawan sendiri menggarisbawahi beberapa sektor dalam ranah SDGs yang masih banyak terdapat permasalahan, seperti kesehatan, lingkungan dan ekonomi.
“Ketiga sektor tersebut memiliki hubungan sebab-akibat yang sedikit sulit dicari jalan keluarnya. Kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi seringkali memicu kerusakan lingkungan, seperti yang terjadi di negara industri yang menguasai pusat perekonomian dunia namun di saat yang bersamaan juga menjadi yang paling banyak menghasilkan emisi karbon yang berbahaya baik bagi lingkungan dan kesehatan. Ini menjadi tugas bersama untuk diselesaikan jika ingin mencapai SDGs di tahun 2030,” imbuhnya.
Kinerja UMY dalam upaya penyejahteraan masyarakat pun menghasilkan pengakuan di lingkup dunia. Dibuktikan melalui masuknya UMY ke dalam peringkat 601-800 perguruan tinggi di dunia yang berdampak bagi penguatan SDGs, berdasarkan Times Higher Education Impact Rankings (THE IR). Bahkan untuk kategori Perguruan Tinggi Swasta (PTS) UMY menempati peringkat nomor wahid.
Capaian kongkrit UMY pun dirasa oleh Gunawan dapat menjadi tolok ukur bahwa sudah selayaknya perguruan tinggi memiliki kepedulian besar terhadap keberlanjutan SDGs khususnya di Indonesia.
Dengan diluncurkannya UMY SDGs Report, UMY ingin mendorong berbagai isntansi pendidikan khususnya perguruan tinggi untuk ikut mendukung tercapainya SDGs di Indonesia. Laporan ini dapat diakses secaral digital serta tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris, juga dapat menjadi bukti nyata bahwa perguruan tinggi dapat memiliki peran besar dalam mendorong program-program ketercapaian yang berkelanjutan. (ID)