Mahasiswa UMS Jadi Delegasi ISW CPOPC di Malaysia, Dukung Modernisasi Petani Sawit

Publish

17 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
72
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menjadi delegasi di forum internasional untuk menyerap ilmu dan menularkannya saat kembali ke kampus dan masyarakat. Forum tersebut adalah forum International Smallholders Workshop (ISW) 2025 yang diselenggarakan oleh Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) di Johor Bahru, Malaysia, pada Jumat-Sabtu (2-3/5). 

Mahasiswa yang berkesempatan menjadi delegasi tersebut adalah Ema Lisa Febri Yani, mahasiswa program studi Teknik Kimia UMS. Pada forum tersebut, Ema mendapatkan banyak wawasan baru terkait dengan praktik replanting atau peremajaan kelapa sawit. 

Ema yang merupakan anggota dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengaku, sangat senang dan tertarik untuk mengikuti forum diskusi tersebut. Dirinya bercerita bahwa orang tuanya adalah petani kelapa sawit. Dari Ia lahir hingga berkuliah, dihidupi dengan uang hasil berkebun kelapa sawit. Ibunya yang juga pernah menjadi anggota APKASINDO, mendorongnya untuk ikut terjun ke asosiasi tersebut. 

“Makanya aku bener-bener tertarik ikut andil di kegiatan itu, apalagi isu sekarang itu banyak pemuda ngga mau terjun di perkebunan jadi petani. Mereka itu gengsi jadi petani, karena menganggap praktik-praktik tani sudah kuno gitu,” ungkap Ema, Rabu (14/5). 

Pada hari pertama, Ema mengikuti workshop atau seminar dengan pemateri utama dari Indonesia dan Malaysia yang merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pemateri dari Indonesia yang diwakili oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), membahas terkait tantangan menerapkan replanting atau peremajaan kelapa sawit di Indonesia. Hal serupa juga dilakukan oleh Malaysia Palm Oil Board (MOPB), dengan bahasan isu yang sama namun penerapan di negara Malaysia. 

Hari kedua, kegiatan dilakukan dengan demonstrasi di lapangan. Para delegasi melihat langsung penerapan Good Agriculture Practice (GAP), yaitu penerapan praktik yang benar di perkebunan. Setiap delegasi dari 8 negara tersebut, belajar bagaimana praktik agrikultur yang benar.

Untuk demonstrasi lapangan, Ema mendatangi Johor Plantation Group. Dia melihat penerapan teknologi sudah diterapkan di perusahaan, sehingga petani tidak kesulitan dalam memanen, memupuk, dan berdampak pada peningkatan produktivitas hasil perkebunan. Tidak hanya itu, mapping atau pemetaan yang mereka lakukan juga telah menggunakan drone. Untuk pembibitan, mereka sudah menggunakan integrasi sprayer (penyemprotan).  

“Sudah pakai teknologi canggih semua,” kata Ema. 

Mahasiswi asal Riau tersebut menilai pengelolaan kelapa sawit di Indonesia juga telah maju. Namun untuk petani kelapa sawit, penggunaan teknologi masih belum bisa diterapkan karena keterbatasan biaya, seperti penggunaan traktor. 

“Sehingga kita sebagai anak muda, karena aku udah belajar dari sana, ngajak temen-temen nih terkait inovasi, bagaimana caranya kita bisa buat teknologi yang ramah atau bisa digunakan oleh petani kecil,” harapnya. 

Di samping itu, Indonesia memiliki persoalan pembukaan lahan sawit yang menuai kritik dari publik. 

Pada forum tersebut, Ema bertukar cerita dengan salah satu delegasi asal Papua Nugini. Di Papua Nugini, mereka memiliki kendala karena mereka harus berselisih dengan adat untuk legalitasnya. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga memberikan dampak kepada sawit mereka, karena hasil kebun kelapa sawit sebagian besar diekspor.

Sedangkan di Indonesia, kelapa sawit sebagian besar menjadi komoditi pasar dalam negeri. Teman Ema tersebut berharap banyak belajar dari Indonesia dan Malaysia agar perkebunan kelapa sawit di negaranya bisa lebih maju lagi. 

Usai mengikuti forum internasional terkait dengan kelapa sawit, Ema menaruh harapan besar agar generasi muda dapat terus mencetuskan inovasi yang ramah kepada petani kecil dan bisa ditularkan kepada masyarakat. 

“Harapanku buat para pemuda itu jangan gengsi untuk terjun di perkebunan. Kemudian ilmu yang kita dapatkan di bangku perkuliahan, ketika kita pulang bisa kita praktikkan kepada masyarakat sekitar kita,” harapnya. 

Dirinya mendorong generasi muda untuk tetap menyebarkan ilmu mereka, meskipun ada kemungkinan masyarakat tidak langsung menerapkannya. Akan tetapi, harapannya melalui berbagi ilmu tersebut akan dapat mengubah pola pikir masyarakat. (Maysali/Humas/m)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PESAWARAN, Suara Muhammadiyah - Pada resepsi Milad ke 111 Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PD....

Suara Muhammadiyah

5 January 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Universitas Maysia Pe....

Suara Muhammadiyah

7 December 2023

Berita

Baitul Arqam Muballigh Muhammadiyah Makassar: Pencerahan Dakwah Berkemajuan MAKASSAR, Suara Muhamma....

Suara Muhammadiyah

24 November 2024

Berita

JAWA BARAT, Suara Muhammadiyah - Pada Sabtu-Ahad (5-6/10), Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muha....

Suara Muhammadiyah

7 October 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – SM Tower Malioboro Yogyakarta terus berupaya menghadirkan pel....

Suara Muhammadiyah

6 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah