Makna Ibadah Haji dalam Cinta

Publish

15 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
469
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Makna Ibadah Haji dalam Cinta 

Oleh: Drs. H. Alif Syarifuddin Ahmad, M. Hum., Koordinator Pondok Pesantren Subulussalam Kelas Masa Keemasan/Lansia Kota Tegal

Ibadah haji merupakan impian seorang muslim yang beriman sepanjang hidupnya. Ia dengan sabar rela menunggu walau harus berkorban dengan waktu, harta, menjaga kesehatan, bahkan menepis segala keinginan lain untuk mewujudkan cinta melaksanakan ibadah haji. Perjuangan yang tidak boleh dianggap remeh dan dipandang sebelah mata.

Hari ini ada sebagian jamaah kami yang telah bersusah-payah dalam kehidupan sehari-harinya rela untuk lebih mewujudkan impiannya,  mengumpulkan rupiah demi rupiah dari hasil keringatnya sendiri, ibu lansia yang janda dengan sabar mengumpulkan uang dan ditabung. Dari hari berganti hari, pekan berganti bulan, hingga saatnya tiba, Ibu Darih dengan tersenyum bisa melunasi pendafrtaran karena telah mencapai angka Rp 25.000. Dua belas tahun yang lalu berjuang hingga hari ini menunggu impian datang. Senyum bahagia telah memenuhi wajah ibu Darih. Tapi Qodarullah ibu Darih yang sudah terdaftar berangkat tahun ini harus ikhlas tidak bisa melaksanakan Ibadah haji  saat proses persyaratan kesehatan dan membutuhkan pengobatan intensif hingga wafat. 

Tentu banyak ibu Darih yang lain yang telah bersusah-payah, sabar menunggunya dan tidak bisa berangkat Ibadah haji. Ibu Darih adalah jamaah KBIH Aisyiyah kota Tegal yang wafat hingga tidak bisa berangkat ibadah haji tahun ini.  Ia di dunia cita-citanya telah berakhir dan impiannya tidak terlaksana, tetapi Insyaallah akan meraih hasil mujahadahnya dengan bahagia di akhirat kelak

Untuk Tahun 2024 banyak jamaah haji yang dengan sabar rela menunggu hingga 12 tahun. Mereka mempunyai semangat tinggi dengan harapan cinta akan terwujud agar dapat melaksanakan ibadah haji dengan semangat dan semakin bahagia, sehat, berkah, serta bermanfaat. 

Hiknmah terbesar dari ibadah haji di antaranya adalah memenuhi panggilan Allah sebagai puncak ibadah dalam rukun Islam. Tentu perjuangan para hujjaj selanjutnya adalah ketika terus menjaga kemabruran haji dengan cinta. Sumber cinta bagi orang yang telah melaksanakan ibadah haji adalah ilmu, ibadah, rezeki yang halal, sabar, dan syukur.

Di bulan haji yang penuh kemuliaan ini, kaum muslimin berbondong-bondong menjawab seruan yang diserukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam atas perintah Allah,

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 27)

Ada beberapa hikmah cinta orang yang dengan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah haji dengan benar.

Hikmah cinta yang  pertama: Realisasi tauhid dalam kehidupan dengan ikhlas.

Tidak ada satu kegiatan pun dalam ibadah haji, melainkan merupakan bentuk realisasi tauhid kepada Allah Ta’ala. Bangunan Ka’bah yang berdiri dengan megahnya, tidaklah berdiri melainkan berpondasikan dengan tauhid. Allah Ta’ala berfirman,

وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.” (QS. Al-Haji: 28).

Bahkan kalimat talbiyah, salah satu amalan pembuka dan intisari ibadah haji ini disebut juga dengan kalimat tauhid, karena kandungan maknanya yang begitu menggambarkan keesaan Allah Ta’ala. Dalam hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu yang mengisahkan dan mendeskripsikan secara rinci tentang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhaji disebutkan,

فَأَهَلَّ بالتَّوْحِيدِ: لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لكَ لَبَّيْكَ، إنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لا شَرِيكَ لكَ

“Beliau memulai dengan talbiyah (yang mengandung makna) tauhid, ‘Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu’.”  (HR. Muslim no. 1218)

Hikmah cinta yang kedua yang bisa kita ambil, yaitu haji merupakan Ittiba atau momentum terbaik bagi seorang muslim untuk mempraktikkan langsung bagaimana dirinya ber-mutaaba’ah, mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap amal ibadah yang Allah perintahkan.

Saat melaksanakan ibadah haji, berusahalah untuk bisa membedakan mana amalan yang telah Nabi perintahkan dan contohkan untuk dilakukan dan mana yang tidak pernah beliau perintahkan dan contohkan. Tawaf, sai, salat, melempar jamrah, bukan karena ikut-ikutan orang lain, tetapi karena mengetahui bahwa hal tersebut memang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَرْمِي علَى رَاحِلَتِهِ يَومَ النَّحْرِ، ويقولُ: لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فإنِّي لا أَدْرِي لَعَلِّي لا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتي هذِه

Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melempar Jamrah dari atas kendaraan beliau pada hari Nahr (penyembelihan hewan kurban). Beliau bersabda, “Agar kalian mengambil tata cara haji kalian (dariku), sebab aku tidak tahu, barangkali aku tidak berhaji lagi sesudah hajiku ini.” (HR. Muslim no. 1297).

Para ulama menjelaskan,

“Hikmah melempar jamrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari atas kendaraan adalah agar manusia dapat melihat dengan jelas tata cara beliau di dalam melaksanakan rangkaian ibadah haji tersebut, sehingga mereka dapat mengikuti dan mencontoh tata cara haji yang telah beliau contohkan.”

Lihatlah bagaimana Nabi kita sangat bersemangat di dalam menyampaikan ajaran dan contoh dalam setiap amal ibadah yang diperintahkan. Sungguh wahai jemaah sekalian, sebuah ibadah tidak akan diterima, kecuali jika di dalamnya kita mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Jemaah Jumat yang semoga senantiasa berada di bawah kasih sayang dan lindungan Allah Ta’ala,

Hikmah cinta yang ketiga yang bisa kita ambil hikmahnya, yaitu haji mengajarkan kita perihal persatuan dan rasa peduli terhadap sesama dalam umat Islam.

Jika dalam salat lima waktu secara berjemaah, kita berkumpul dan bertukar kabar dengan tetangga dekat kita. Dan dalam salat Jumat, sebagaimana yang kita lakukan hari ini kita berkumpul dengan komunitas yang lebih besar, entah itu tetangga satu dusun atau satu kampung. Maka, ketika kita berhaji ke Baitullah, diri kita berkumpul dan berinteraksi dengan komunitas yang sangat besar. Kita berkumpul dengan kaum muslimin dari segala penjuru dunia dengan bahasa yang berbeda, ras yang berbeda, dan logat bahasa yang berbeda.

Dalam musim haji, ada lebih dari dua juta kaum muslimin yang berkumpul di satu tempat yang sama. Dengan menggunakan pakaian yang sama dan tidak ada bedanya antara si kaya dan si miskin. Kesemuanya itu mengajarkan kita akan makna persatuan, toleransi, dan universalitas kaum muslimin.

Hikmah cinta yang keempat adalah  Menyikapi simbol haji yang penuh makna dalam pelaksanaan ibadah haji yaitu

1.   Ka’bah merupakan simbol Keberadaan bahwa Allah berada disetiap keadaan yang disimbolkan dengan setiap rukun, dari rukun hajar aswad hingga rukun yamani. Bahkan hajar Aswad sebagai simbol tangan Tuhan di bumi,. Semangat berkiblat dengan ka’bah sebagai semangat persatuan tekad dan cita-cita tempat untuk bermuhasabah diri

2.   Thowaf adalah  simbol hidup yang bermakna bahwa hidup itu harus bergerak atau mujahadah

3.   Sai adalah pelajaran hidup untuk terus berikhtiyar dan berusaha sebagai wujud muroqobah

4.   Wukuf adalah pelajaran indah sebagai maket kita akan dikumpulkan di padaang mahsyar bahwa padang mahsyar adalah simbol ujian hidup. Akhir dari perjalanan manusia adalah penyerahan diri kepada Allah. Puncak haji adalah penyerahan diri kepada Allah. Itu di antara simbol wukuf atau berhenti.

5.   Pakaian Ihram sebagai tanda ketaatan makhluk kepada Allah yang tidak boleh menampakkan kesombongan

6.   Lempar jumroh sebagai simbol permusuhan dengan musuh yang nyata yaitu syetan

7.   Tahallul adalah simbol pengguguran dosa-dosa yang telah kita lakukan dengan harapan timbul sakinah atau ketenangan hidup

8.   "Haji mabrur” adalah simbol orang yang menepati janjinya ketika dia berhaji. Dan alangkah ruginya orang yang berkunjung ke rumah kekasih Allah lalu ditolak atau mardud," Itulah hakikat dari cinta makna ibadah haji. Wallahu A’lam.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Memaknai Sumpah Pemuda dan Refleksi Milad 58 Kokam Oleh: Badru Rohman Pemuda dalam lintas sejarah ....

Suara Muhammadiyah

4 October 2023

Wawasan

Meningkatkan Kesejahteraan Bagi Bangsa Indonesia: Tantangan dan Harapan Oleh: Muhammad Himawan Suta....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Wawasan

Shalat dan Berkurban sebagai Wujud Syukur Oleh: Mohammad Fakhrudin Sebagai muslim mukmin menyadari....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Wawasan

Metodologi Al- Ma’un dalam Uji Publik Capres - Cawapres versi Muhammadiyah Oleh: Labud Nahnu ....

Suara Muhammadiyah

6 November 2023

Wawasan

Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Surah An-Nisa ayat 48 dan 116 menjela....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah