Mark DeSando: Mantan Anggota Kongres, Penjelajah Agama

Publish

10 February 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
191
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Mark DeSando: Mantan Anggota Kongres, Penjelajah Agama

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Mari kita berkenalan dengan buku yang sangat menarik, A Deadly Misunderstanding: A Congressman's Quest to Bridge the Muslim and Christian Divide (2008). Buku ini mengisahkan perjalanan spiritual Mark DeSando, seorang mantan anggota kongres Amerika Serikat dan wakil duta besar untuk PBB, yang menemukan perspektif baru tentang Islam dan Kristen.

Penemuan ini begitu berpengaruh hingga diyakini dapat mengubah pandangan keagamaan kontemporer dan menjembatani kesenjangan antara Islam dan Barat. Bagaimana kisah perjalanan Mark DeSando ini bermula? 

Mark DeSando menceritakan dalam bukunya bahwa ia sebenarnya adalah seorang Kristen evangelikal yang taat. Ketika menjabat sebagai anggota kongres di era Reagan, ia rutin menghadiri pertemuan doa bersama rekan-rekannya. Biasanya, pertemuan tersebut diisi oleh pembicara Kristen, seperti Billy Graham, yang membacakan ayat-ayat Alkitab dan menyampaikan khotbah singkat.

Namun, pada suatu kesempatan, seorang pejabat Muslim diundang untuk membacakan Al-Qur'an. DeSando merasa sangat terganggu dengan pengalaman ini. Ia keluar ruangan dengan perasaan kacau dan berjalan mondar-mandir di jalanan Washington yang dingin, merenungkan apa yang baru saja dialaminya. “Al-Qur'an? Di pertemuan doa kita?” ujar DeSando. Ia merasa sangat keberatan. Baginya, Al-Qur'an adalah kitab yang penuh kekerasan dan mengajarkan jalan yang salah.

Beberapa dekade kemudian, DeSando berbicara di hadapan sekelompok teolog dan pemimpin Kristen. Ia membuka sesi tersebut dengan membacakan beberapa kutipan tentang Yesus. "Inilah Yesus, Sang Mesias. Yesus dekat dengan Tuhan," dan seterusnya. Para hadirin terlihat antusias dan menyambut baik kutipan-kutipan tersebut. Di akhir pembacaan, DeSando mengungkapkan bahwa semua kutipan yang ia bacakan berasal dari Al-Qur'an! Sontak, ruangan menjadi hening. DeSando bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Tiba-tiba, sebuah suara lirih dari belakang berkata, "Pembohong!"

DeSando kemudian menunjukkan satu per satu ayat Al-Qur'an yang ia maksud, membuktikan bahwa Al-Qur'an memang mengandung pesan-pesan positif tentang Yesus. Dua pengalaman yang berbeda 180 derajat. Awalnya, DeSando menolak Al-Qur'an. Namun, ia kemudian membacakan Al-Qur'an di hadapan para pemuka Kristen yang justru meragukan kebenaran kutipan tersebut.

Dua pengalaman DeSando dengan Al-Qur'an sungguh kontras! Awalnya ia menganggap Al-Qur'an sebagai kitab yang tabu dan mengajarkan kekerasan. Namun, di kemudian hari ia justru membacakan ayat-ayat Al-Qur'an tentang Yesus di hadapan audiens Kristen yang meragukan kebenarannya. Transformasi pandangan DeSando terhadap Al-Qur'an ini sangat menarik untuk ditelusuri. Bagaimana perjalanan spiritualnya membawanya dari penolakan menuju pemahaman yang lebih mendalam?

Buku ini sebenarnya mengisahkan perjalanan pribadi DeSando tersebut. Ia menceritakan bagaimana rasa penasarannya membuatnya mempelajari Al-Qur'an secara mendalam. Ia membaca Al-Qur'an halaman demi halaman, berulang kali, untuk menemukan hakikat sebenarnya dari kitab suci umat Islam ini.

Sebagai seorang cendekiawan, ia memiliki keingintahuan intelektual yang besar. Ia ingin mengenal Al-Qur'an secara langsung tanpa dipengaruhi oleh opini atau stereotip yang berkembang. Dalam perjalanannya itu, DeSando menemukan banyak kesamaan antara Islam dan Kristen. Ia juga mulai mempertanyakan pemahamannya tentang Kristen. Menurutnya, Yesus tidak pernah bermaksud mendirikan sebuah agama baru. Para pengikut pertama Yesus hanyalah disebut sebagai "pengikut jalan" dan tidak terikat pada sebuah organisasi keagamaan formal.

Yesus tidak mengajak orang untuk memeluk agama tertentu, melainkan menyerukan perubahan sikap dan hati. Dengan kata lain, agama sebenarnya adalah sebuah keadaan spiritual, bukan sekedar afiliasi pada sebuah kelompok. Dalam konteks ini, DeSando melihat persamaan antara konsep "penyerahan diri" dalam Islam dan Kristen. Seorang Muslim adalah orang yang berserah diri kepada kehendak Tuhan, dan hal ini juga merupakan inti dari ajaran Kristen.

DeSando juga menunjukkan ketajaman analisisnya lewat studi bahasa. Ia menyadari bahwa Yesus berbicara dalam bahasa Aram, sementara Injil yang kita kenal sekarang ditulis dalam bahasa Yunani. Hal ini mendorongnya untuk mempelajari bahasa Aram dan mencari tahu bagaimana Yesus sesungguhnya berbicara. Ia tertarik pada pandangan para ahli yang mengatakan bahwa Injil berbahasa Aram, seperti Peshitta Suryani, lebih akurat dalam mengungkapkan perkataan Yesus dibandingkan Injil berbahasa Yunani.

Dengan berfokus pada Injil berbahasa Aram, DeSando mencoba menjembatani perbedaan antara Islam dan Kristen. Misalnya, dalam menyikapi sebutan "Putra Tuhan" bagi Yesus. Dalam bahasa Aram, sebutan tersebut lebih mengarah pada makna Yesus sebagai "makhluk Tuhan", sebuah konsep yang lebih mudah diterima dalam Islam.

DeSando tetaplah seorang Kristen yang taat. Tujuannya adalah menemukan titik temu antara Islam dan Kristen, bukan menciptakan agama baru. Ia menghargai gerakan "Muslim Mesianik" yang mencoba menggabungkan ajaran Islam dan Kristen, serupa dengan gerakan "Yahudi Mesianik" yang memeluk Yesus namun tetap menjalankan ajaran Yudaisme.

DeSando mencatat bahwa gerakan Muslim Mesianik telah muncul di Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Mereka menjalankan ibadah seperti shalat dan puasa, namun juga berdoa dalam nama Yesus. Tentu saja, hal ini menimbulkan perdebatan teologis di kalangan umat Islam. Bisa dikatakan DeSando memiliki semangat "penginjilan" yang unik, yaitu menemukan kesamaan dan menjembatani perbedaan antara Islam dan Kristen.

Meskipun bukunya mengungkapkan banyak hal yang sebelumnya sudah diketahui, cara DeSando menyampaikannya sangat menarik dan bermanfaat, terutama di tengah maraknya klaim yang menjelek-jelekkan Islam. DeSando aktif menyuarakan gagasannya, bahkan hingga ke hadapan para pemimpin dunia. Ia mengingatkan kita akan kesamaan yang terlupakan, seperti kesamaan konsep Tuhan dalam Islam dan Kristen.

DeSando menunjukkan bahwa kata "Allah" yang digunakan umat Islam sesungguhnya berasal dari kata "ilaha" dalam bahasa Aram, bahasa yang dipakai Yesus. Jadi, sebenarnya umat Islam dan Kristen menyembah Tuhan yang sama. Di tengah upaya sebagian orang untuk menimbulkan perpecahan antaragama, seruan DeSando untuk menemukan kesamaan dan berdamai menjadi semakin relevan.

Jika pesan utamanya adalah tentang "kesalahpahaman yang mematikan", mengapa judul bukunya justru A Deadly Divide? Seharusnya judulnya Two Deadly Misunderstandings! Karena sebenarnya ada dua kesalahpahaman fatal yang dibahas DeSando.

Pertama, anggapan bahwa Yesus bermaksud mendirikan agama baru. Kesalahpahaman ini, menurut DeSando, telah menjadi salah satu akar konflik dan perpecahan. "Mereka salah, kita benar. Kita harus membawa mereka ke agama kita." Sikap seperti inilah yang justru menimbulkan permusuhan.

Kesalahpahaman fatal kedua yang dibahas DeSando adalah tentang konsep jihad dalam Islam. Ada pihak-pihak yang sengaja mencitrakan Islam sebagai agama yang kejam dan mengajarkan kekerasan. "Jika ingin menjadi Muslim sejati, Anda harus kejam. Nabi Muhammad kejam. Al-Qur'an kejam." DeSando menegaskan bahwa propaganda semacam ini justru sejalan dengan narasi yang dihembuskan oleh para ekstremis untuk menyesatkan generasi muda Muslim.

Ia menjelaskan bahwa jihad dalam Islam bukanlah seruan untuk kekerasan. Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan kekerasan. Islam, seperti halnya Kristen dan Yudaisme, adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian. DeSando menceritakan perjalanannya menemui para pemimpin dunia, bahkan beberapa kali terlibat dalam situasi yang mengancam nyawa. Namun, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan, terutama dalam hal akurasi sejarah perkembangan agama Kristen. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Ada empat aliran pemikiran besa....

Suara Muhammadiyah

11 December 2023

Wawasan

Politik Kebencian dan Berpikir Kritis Oleh: Sobirin Malian, Dosen FH Univesitas Ahmad Dahlan Hampi....

Suara Muhammadiyah

14 January 2024

Wawasan

Guru yang Tak Dilindungi Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd., Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (U....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Wawasan

Membaca Realitas: Posisi Pemuda sebagai Pelopor Perubahan Oleh: Agusliadi Massere Dalam catatan se....

Suara Muhammadiyah

25 October 2023

Wawasan

Ki Bagus Hadi Kusuma Tokoh Kunci Ideologi Pancasila Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

2 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah