BATU, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim berkeyakinan masjid Muhammadiyah bisa menjadi solusi juga episentrum kegiatan produktivitas umat.
Saad mencontohkan Masjid Al-Jihad Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Masjid ini telah menjadi masjid percontohan di Muhammadiyah.
"Masjid Al-Jihad itu kalau shalat Zuhur penuh sekali jamaahnya, seperti shalat Jumat. Menariknya, takmir masjid menyediakan mobil Alphard di desain begitu rupa untuk menjemput dan mengantarkan jenazah," ucapnya saat penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ahad (26/10) di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Batu-Malang, Jawa Timur.
Masjid Al-Jihad tersebut, kata Saad, menjadi bukti bahwa, masjid Muhammadiyah mampu menjadi pusat kegiatan sosial kemasyarakatan. "Jadi, itu masjidnya Muhammadiyah," sambungnya.
Menguatkan tentang masjid, saat menyebut, masjid ada dimensi tempat untuk bersujud. Bahkan, Nabi Muhammad Saw menyebut jika seluruh permukaan bumi dijadikan untuk tempat shalat (bersujud).
"Maknanya, seluruh permukaan bumi itu harus diproyeksikan menjadi tempat sujud. Maknanya, segala hal dilakukan aktivitas di permukaan bumi harus dilakukan dalam keadaan bersujud dan merendahkan diri serendahnya-serendahnya kepada Allah," tegasnya.
Pada dimensi lain, pembangunan masjid harus dikonstrusikan sebagai bagian dari upaya kesejahteraan umat. "Kita ingin menghadirkan baldatun thayyibatun wa rabbun Ghafur untuk kesejahteraan kita semua," ujarnya.
Dalam mewujudkan hal tersebut, kolaborasi antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat sangat penting. "Kita bergerak bersama-sama," katanya, yang mengingatkan agar peran mubaligh harus diperkuat di dalamnya. "Kita akan kuatkan peran mubaligh kita untuk konteks ini," tandasnya. (Cris)


