YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Muhammadiyah Center for Entrepreneurship and Business Incubator (MCEBI) Majelis Diktilibang PP Muhammadiyah bekerjasama dengan KUBI Universitas Ahmad Dahlan melaksanakan Pelatihan Pembuatan Prototipe Produk Obat dan Kosmetik. Dengan mengusung tema "Prototype, Langkah Strategis Menuju Produk Inovatif Komersial", pelatihan bertujuan Memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya prototype dalam komersialisasi produk, Melatih peserta dalam pembuatan prototype produk obat dan kosmetik, Mengasah kemampuan praktis dalam menguji kegunaan, manfaat keandalan prototype, dan Memfasilitasi inventor dalam mempersiapkan produk inovatif untuk diuji di pasar.
Pelatihan berlangsung di hotel Grand Rohan Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Adi Incubation Room (AIR) dengan ketua Beni Suhendra Winarso, SE, M.Si. bekerja sama dengan Kantor Urusan Bisnis dan Investasi (KUBI) Universitas Ahmad Dahlan, dengan Dr. H. Riduwan S.E., M.Ag., sebagai kepala dan Dr. Apt. Kintoko, M.Sc. pakar herbal Indonesia, sebagai nara sumber. Mengawali kegiatan MCEBI dan KUBI UAD menandatangani perjanjian kerjasama, yang dilakukan oleh Bapak Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc. sebagai wakil ketua MCEBI.
Ketua MCEBI Dr. Endang Rudiatin, M.Si. memberikan apresiasi yang tinggi kepada KUBI UAD yang kreatif melaksanakan kegiatan pelatihan ini, sejalan dengan apa yang tengah dirintis oleh MCEBI sejak lahirnya. Semua kegiatan MCEBI selalu didesain menjadi kegiatan inovatif antara mahasiswa dan dosen sebagai pendamping. Dalam studentpreneur Bootcamp MCEBI yang sudah terlaksana di Purworejo dan Semarang, beberapa peserta menampilkan produk kolaborasi dosen dan mahasiswa. Mahasiswa melakukan hilirisasi dan komersialisasi hasil penelitian dosennya atau mahasiswa mengkomersialisasikan produk inovatifnya dalam acara Bootcamp Studentpreneur MCEBI yang didirikan oleh 33 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Ia mengharap apa yang digagas KUBI UAD sebagai salah satu pendiri MCEBI dapat mewarnai industri kreatif dan inovatif, apalagi bahan baku produksinya berasal dari tanaman herbal dan Indonesia sangat kaya memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan dan sumber daya laut yang berpotensi menjadi obat herbal dikutip dari situs web BRIN (4/2/2024). Jumlah ini mewakili 90% dari tanaman obat yang ada di Asia. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brasil.
Di Indonesia tanaman obat juga sering dikategorikan sebagai tanaman Biofarmaka. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat ada 2.850 spesies tanaman obat yang tumbuh di Indonesia dengan lebih dari 22.000 ramuan obat tradisional yang telah teridentifikasi secara ilmiah. Tanaman herbal selain digunakan untuk kesehatan juga banyak digunakan di non-kesehatan, misalnya perawatan tubuh, kecantikan, kebugaran, acara-acara adat yang kemudian berkembang menjadi industri, pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain umbi-umbian, tanaman bagi kesehatan juga terdiri dari sayuran dan diproduksi dalam bentuk bubuk.
Endang sendiri dari beberapa tahun mendampingi UMKM herbal, akhirnya memiliki dua prototype yang sudah dipatenkan yaitu bubuk melinjo dan olahan pangan dari bubuk melinjo. Masih banyak lagi inovasi-inovasi yang bisa dihasilkan dari dosen dan mahasiswa, tidak hanya oleh bidang eksak demikian dengan bidang non eksak. Bila eksak ditemukan dari hasil uji coba dan analisa laboratorium, ilmu sosial menemukannya dari tradisi, kebiasan-kebiasan etnik tertentu dalam menjaga kesehatan maupun perawatan diri dan lingkungannya.
Selama ini Indonesia mengimpor bahan baku obat sampai 90 persen, oleh karena itu optimalisasi tanaman obat diproyeksikan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku obat dari negara lain. Dari data Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Januari-September 2024, nilai ekspor sayuran bubuk mengalami peningkatan signifikan sebesar 90,74% menjadi US$13,75 juta (dari US$7,21 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya) dengan volume yang juga meningkat 169,41% dari 1.610 ton menjadi 4.350 ton.
Pada Bootcamp tahun depan, 2025, MCEBI akan memprioritaskan hasil pelatihan komersialisasi produk herbal ini sebagai ajang seleksi. Hilirisasi dan komersialisasi prototype herbal ini sejalan dengan visi misi MCEBI menghasilkan entrepreneur yang peduli lingkungan, menjaga dan melestarikan alam, flora dan fauna sebagai bagian dari pribadi Muslimpreneur yang rahmatanlil’aalamiin.