PALU, Suara Muhammadiyah – Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) / Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pelatihan Manajemen Bencana di Kota Palu, Sulawesi Tengah, 13–15 Oktober 2025. Kegiatan ini di dukung Direktorat PK-PLK Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sulawesi Tengah, serta melibatkan perguruan tinggi dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) setempat.
Pelatihan ini bertujuan memperkuat kapasitas kelembagaan MDMC serta AUM dalam pengelolaan kebencanaan dan pengurangan risiko bencana (PRB) berbasis satuan pendidikan. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan LRB PWM dari berbagai wilayah di Sulawesi, tenaga pendidik, serta unsur BPMP Sulawesi Tengah yang berkomitmen untuk memperkuat sistem kesiapsiagaan di daerahnya masing-masing.
Sejumlah narasumber nasional MDMC Pusat turut hadir, di antaranya Naibul Umam Eko Sakti (Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah) dan Budi Santoso (Wakil Sekretaris MDMC PP Muhammadiyah), yang memaparkan materi mengenai strategi penguatan organisasi, manajemen kebencanaan, serta implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di lingkungan sekolah Muhammadiyah.
Dalam sambutannya, Budi Setiawan, S.T., selaku Ketua LRB PP Muhammadiyah, menegaskan pentingnya penguatan kapasitas organisasi dan individu dalam menghadapi ancaman bencana.
“Hadir di Palu mengingatkan kita pada kejadian gempa 2018. Dari pengalaman itu, kita belajar pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi agar risiko dapat diminimalkan. Melalui kegiatan ini, MDMC berupaya memperkuat koordinasi dan tata kelola penanggulangan bencana, termasuk pembentukan satuan tugas kebencanaan di sekolah-sekolah Muhammadiyah,” ujarnya.
Budi juga menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi momentum konsolidasi organisasi di tingkat regional Sulawesi sebagai bagian dari persiapan menuju Rakernas MDMC 2026, serta memperkuat sinergi antara lembaga, perguruan tinggi, dan jaringan relawan.
Sementara itu, Abdul Hafidz, Wakil Ketua PWM Sulawesi Tengah, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini yang relevan dengan kondisi geografis Sulawesi Tengah yang rawan bencana. “Bencana mengajarkan kedewasaan masyarakat dalam menyikapi tanda-tanda alam. Aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan dapat memperbesar risiko bencana, seperti banjir di wilayah Morowali. Karena itu, program seperti ini penting untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat,” ungkapnya.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Ardin, S.E., M.E., Kepala BPMP Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya membangun kesiapsiagaan sebagai langkah efisien dalam mengurangi dampak bencana. “Biaya yang dikeluarkan untuk kesiapsiagaan jauh lebih kecil dibandingkan ketika bencana sudah terjadi. Masyarakat Sulawesi Tengah telah menunjukkan ketangguhan luar biasa pascagempa 2018, dan hal itu harus terus diperkuat melalui kegiatan seperti ini,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, MDMC menegaskan komitmennya untuk memperkuat jejaring dan kapasitas kelembagaan kebencanaan di seluruh Sulawesi. Sinergi antara LRB, AUM, perguruan tinggi, rumah sakit Muhammadiyah, organisasi otonom, dan simpatisan diharapkan menjadi modal penting untuk mewujudkan visi “One Muhammadiyah One Resilience”, sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam membangun masyarakat yang tangguh bencana.(*)