YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tidak mengagetkan jika Aisyiyah menjadi inisiator penyelenggaraan agenda tarhib Ramadan 1445 H. Pasalnya, sejak berdiri pada tahun 1926 sampai hari ini, nama Aisyiyah yang berangkat dari usulan KH Fachruddin yang terobsesi dari nama salah satu istri Nabi paling cemerlang ‘Aisyah’ menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis untuk diteladani. Hal ini disampaikan oleh Adi Hidayat dalam agenda Tarhib Ramadan 1445 yang berlangsung di Masjid Walidah Dahlan yang berlokasi di komplek kampus utama Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Sabtu malam (2/3).
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut mengatakan, dalam proses mendampingi Nabi, Aisyah adalah satu-satunya perempuan yang dipersiapkan untuk menyerap ilmu dari sang utusan. Kecemerlangannya dibuktikan dengan 2210 hadits yang berhasil ia riwayatkan, bukan hanya tentang fiqih, namun juga pengetahuan yang mencakup sains dan kedokteran.
“Jadi kalau asal mula UNISA ini adalah STIKES, kemudian menjadi universitas yang saat ini diusahakan di bidang kedokteran, itu bukan sekedar menjadi prodi, tapi ternyata juga memiliki jalur nasab sampai kepada ilmunya Sayidah Aisyah,” ujarnya.
Tarhib dari kata rahaba adalah kosa kata bahasa Arab yang memiliki arti hati yang lapang dan luas. Sehingga melalui kelapangan dan keluasan hati tersebut, siapa pun yang datang untuk mengerjakan sesuatu, ia dapat menerimanya dengan perasaan yang sangat lapang.
“Jika ada yang datang, dan kita bisa menerimanya dengan hati yang lapang, orang Arab akan mengubah kata dasar rahaba menjadi ra’haba. Sifat dari kata ini jika ditunjukkan dengan kesungguhan akan berubah menjadi tarhib. Jadi makna tarhib adalah proses melapangkan hati seluas-luasnya, sehingga apapun yang datang kepada kita, baik berupa informasi, perintah atau larangan, dapat kita terima dengan nyaman,” ungkap Adi.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa para ulama mensifati bulan Sya’ban dengan kata tarhib untuk memberikan kesan bahwa sebelum datang Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk melapangkan hati menyambut datangnya bulan suci. Ketika keadaan hati menjadi nyaman dan lapang, tentu setiap apapun yang dibawa oleh bulan Ramadan, entah berupa perintah atau larangan akan mudah untuk diterima.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat di bulan Ramadan, manusia akan terbagi menjadi tiga golongan. Ada yang senang dengan kehadirannya, ada yang merasa biasa saja, dan ada segolongan manusia yang merasa susah oleh kehadiran bulan suci yang salah satu malam di dalamnya memiliki predikat lebih baik daripada seribu bulan. (diko)