TEGAL, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim mengatakan, pada tahun 622 M Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah dari Makkah ke Yastrib (Madinah). Jarak yang ditempuh sejauh 450 kilometer dengan menggunakan moda transportasi unta.
“Hijrah ini salah satu poin penting untuk terbangunnya sebuah kemajuan. Sehingga hijrah itu penting untuk konteks terutama tugas kita rahmatan lil ‘alamin,” tuturnya saat Pengajian Akbar Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H dan Pelantikan Kepala Sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Tegal di Kampus II SMK Muhammadiyah Kramat, Tegal, Jawa Tengah, Ahad (16/2).
Orang yang hijrah, Saad melanjutkan, setidak-tidaknya punya bekal pengalaman ketika hidup di daerahnya. Nabi Muhammad Saw punya pengalaman banyak sepanjang hidup di Makkah. Lalu pengalaman itu kemudian dibawa ke Yastrib untuk dijadikan sebagai modal dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
“Dalam konteks hijrah menurut ajaran Islam, menjadi salah satu bagian yang strategis untuk membangun peradaban maju ke depan. Qur’an pun banyak memerintahkan hendaklah kalian berhijrah di bumi Allah,” ucapnya.
Selang dua tahun setelah Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah, tepatnya tahun 624 Masehi atau tahun ke-2 hijriah, Puasa Ramadhan mulai diwajibkan untuk dilaksanakan. Pada bulan itu, kata Saad, terjadi peristiwa Perang Badar tanggal 17 Ramadhan yang melibatkan 313 pasukan muslimin dan 1.000 orang lebih tentara kafir Quraisy.
“Perang Badar itu perang yang sangat strategis untuk masa depan Islam. Maknanya puasa tidak boleh memperlemah kita, justru dengan puasa kita berusaha untuk berjuang keras dan Allah akan memberikan banyak jalan kemenangan,” tegasnya.
Berjalannya waktu, tepatnya tahun ke-8 Hijriah atau 630 Masehi setelah Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah, Makkah dapat dikuasai oleh Nabi, para sahabat, dan kaum Muslimin. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Makkah. Yakni penaklukan Makkah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan pasukan kaum Muslimin.
Kemudian berlanjut pada tahun 631 Masehi atau tahun ke-9 Hijriah, turun perintah menjalankan ibadah haji. “Haji yang dilaksanakan Nabi berangkat dari Madinah. Ali bin Abi Thalib dan rombongan berangkat dari Yaman karena waktu itu Ali diutus Nabi ke Yaman. Dan jumlah kaum Muslimin yang pergi haji bersama haji 114.000,” ujarnya.
Saad menyimpulkan, bahwa rangkaian peristiwa di atas menunjukkan bagaimana Islam berkembang dengan strategi dan perjuangan yang matang. “Islam itu ada pada posisi yang tertinggi dan tidak diungguli oleh yang lain. Itu harus menjadi pemicu kita di mana pun,” pungkasnya. (Cris)