Memahami Bunuh Diri dalam Islam

Publish

26 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
116
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Memahami Bunuh Diri dalam Islam

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

 

Seorang teman bertanya kepada saya, "Salah satu anggota keluarga saya meninggal karena bunuh diri, dan saya memikirkannya setiap hari. Saya berharap bisa bertemu kembali dengan mereka di Jannah (surga). Apakah mungkin Allah akan mengampuni mereka? Adakah sesuatu yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka mendapatkan pengampunan Allah?" Jawabannya singkatnya adalah ya, Allah tetap bisa mengampuni mereka. Dan ya, ada berbagai hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mereka mendapatkan pengampunan.

Mari kita coba memahami pertanyaan ini dari sudut pandang yang lebih luas. Pertama-tama, kita perlu mengakui betapa beratnya kehilangan orang yang kita cintai, terutama jika mereka pergi dengan cara yang tragis seperti ini. Kehilangan seperti ini menambah lapisan rasa sakit yang mendalam dan memunculkan banyak pertanyaan: Mengapa ini bisa terjadi? Adakah yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya? Pertanyaan-pertanyaan ini terus muncul, bukan? Selain itu, ada pula pertanyaan yang bersifat religius mengenai apa yang terjadi pada mereka di akhirat akibat tindakan bunuh diri ini.

Mari kita dalami pesan mendalam dari Al-Qur'an. Kitab suci ini dengan jelas menyatakan bahwa Allah Maha Pengampun atas segala dosa, sebagaimana firman-Nya, "Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." Namun, ada satu pengecualian penting: dosa syirik, yakni menyekutukan Allah.

Syirik, dalam bahasa Arab, memiliki akar kata yang sama dengan "melalaikan". Namun, dalam konteks ini, syirik merujuk pada tindakan mempersekutukan Allah, seperti menganggap-Nya memiliki anak, pasangan, atau tandingan. Islam dengan tegas membedakan antara Allah, Sang Pencipta, dan seluruh makhluk-Nya. 

Menyekutukan Allah adalah bertentangan dengan prinsip tauhid, yakni keesaan Allah, yang menjadi inti dari keyakinan seorang Muslim. Dalam Islam, syirik adalah dosa yang paling berat, sebuah larangan mutlak. Namun, ayat ini memberi harapan: selain syirik, Allah akan mengampuni segala dosa. Ini berarti, seseorang yang bunuh diri, jika tidak melakukan syirik, masih memiliki kemungkinan untuk diampuni oleh Allah.

Biasanya, pengampunan didapat saat seseorang masih hidup, menyesali dosanya, dan kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan dan perbuatan baik. Namun, bagi mereka yang mengakhiri hidupnya, kesempatan untuk memohon ampun seolah tertutup. Bagaimana mereka bisa mencari pengampunan setelah tindakan terakhir mereka adalah dosa besar?

Meski demikian, kita tetap percaya bahwa Allah Maha Pengampun. Jika permohonan ampun dilakukan dengan tulus, Allah akan mengabulkannya. Namun, kasus bunuh diri menyisakan pertanyaan yang menggugah: bagaimana nasib seseorang yang meninggalkan dunia dengan tindakan terakhir yang dilarang? 

Mengapa bunuh diri dianggap sebagai tindakan terlarang? Karena secara logis, kita dapat memahami bahwa memberikan kehidupan dan mengambil nyawa adalah hak mutlak Tuhan. Saat seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, mereka sebenarnya mengambil alih kendali yang seharusnya menjadi hak Tuhan.

Namun, meskipun mereka mengambil keputusan tersebut, nyawa mereka tetap berada dalam genggaman Tuhan. Seseorang mungkin mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu, seperti meminum racun, tetapi jika Tuhan berkehendak, mereka bisa saja tetap hidup.

Biasanya, jika mereka meninggal, itu karena Tuhan mengizinkan tindakan tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari pilihan mereka, bahkan jika itu adalah pilihan yang salah. Tuhan membiarkan mereka menjalankan kehendak mereka, tetapi mereka tetap akan dimintai pertanggungjawaban atas keputusan mereka untuk melakukan sesuatu yang dilarang atau haram.

Betapa beratnya dosa bunuh diri? Hadits menggambarkan hukuman yang mengerikan: pelaku bunuh diri akan mengulangi tindakannya tanpa henti di neraka. Ini menimbulkan pertanyaan yang sangat mengkhawatirkan bagi mereka yang ditinggalkan: apakah orang yang kita cintai yang mengakhiri hidupnya akan selamanya tersiksa?

Beberapa ulama menawarkan secercah harapan. Mereka menjelaskan bahwa kata "khulud" dalam Hadits, yang sering diterjemahkan sebagai "kekal", sebenarnya bisa berarti "waktu yang sangat lama" bukan "selamanya". 

Lebih jauh lagi, bahkan jika Al-Quran atau Hadits menyebutkan hukuman kekal, Tuhan tidak terikat oleh kata-kata tersebut. Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia berhak menghukum, tetapi juga berhak mengampuni kapan saja Dia kehendaki.

Bahkan dosa syirik, yang dianggap paling berat, bisa diampuni di dunia ini jika pelakunya sungguh-sungguh bertobat. Kita selalu berharap akan ampunan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, Al-Quran juga tegas menyatakan bahwa mereka yang meninggal dalam keadaan syirik akan tertutup jalannya menuju surga. 

Kita tentu berharap terhindar dari kematian dalam keadaan syirik, apalagi mengakhiri hidup sendiri. Namun, ingatlah, Allah Maha Pengampun. Bahkan dosa sebesar bunuh diri pun bisa diampuni-Nya.

Bagi yang ditinggalkan, ada banyak cara untuk mengirimkan kebaikan kepada orang yang telah tiada. Doa, puasa, sedekah, ibadah haji atau umroh, membaca Al-Quran - semua amalan saleh ini bisa diniatkan untuk mereka. Allah akan menyampaikan pahala amalan tersebut, dan Anda pun akan mendapatkan ganjaran serta ketenangan hati.

Ini adalah bentuk kasih sayang yang tak pernah putus. Kita memahami bahwa bunuh diri seringkali dilakukan dalam kondisi mental yang terganggu, saat akal sehat tak lagi berfungsi. Kita yakin, Allah Maha Mengetahui dan akan mempertimbangkan segala hal dalam memberikan keputusan-Nya.

Seperti hakim yang adil, Allah akan mempertimbangkan segala bukti sebelum menjatuhkan vonis. Kita, sebagai saksi yang tak sempurna, sebaiknya menahan diri dari penilaian yang terburu-buru.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Anak Saleh (28) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

30 January 2025

Wawasan

Karakteristik Ayat-ayat Puasa (5) Beribadah itu Ringan dan Mudah Oleh : M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag....

Suara Muhammadiyah

30 March 2024

Wawasan

Oleh: Amirsyah Tambunan, Sekjen MUI Perbincangan soal tambang seolah tidak akan berakhir, bagaikan ....

Suara Muhammadiyah

5 August 2024

Wawasan

Refleksi Filosofis Candu Judi Online: Kenikmatan Perbuatan Maksiat Oleh: Muzdakir Muhlisin, M.Phil.....

Suara Muhammadiyah

29 July 2024

Wawasan

Fiqhus Sunnah: Memahami Keragaman Fikih Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Tentang

© Copyright 2025. Suara Muhammadiyah