Pendidikan Berkualitas Menuju Indonesia Emas
Oleh: Rizki P Dewantoro, Kader Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sejak awal telah memberikan contoh untuk membangun pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud KH Ahmad Dahlan adalah pendidikan yang holistik – integratif. Pendidikan menurut KH Ahmad Dahlan menjadi solusi dan menyentuh langsung hati masyarakat. Saat itu KH Ahmad Dahlan tak gentar dicemooh karena memberikan pembelajaran dengan sentuhan metode ala barat.
KH Ahmad Dahlan mengajar mengaji surat Al-Ma’un selama berbulan bulan sampai murid-muridnya bertanya-tanya. Mereka sudah hafal surat ke-107 dalam kitab suci Al-Qur’an itu termasuk arti dan tafsirnya. KH Ahmad Dahlan memberikan pertanyaan balik sekaligus jawaban yang menghentak. Bahwa surat Al-Ma’un yang sudah dipahami di luar kepala itu perlu diamalkan. Yaitu menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Itulah pelajaran yang sepertinya perlu direnungkan kembali bahwa pendidikan harus menyentuh langsung hati dan menggerakkan.
Jika merujuk pada perkembangan pendidikan kali ini, sungguh relevan pembelajaran yang ditekankan oleh KH Ahmad Dahlan. Indonesia tengah berada di jalur pembangunan manusia untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Namun berbagai pekerjaan rumah di bidang pendidikan dihadapkan dengan tantangan yang tak mudah di era persaingan global termasuk tantangan di dalam negeri sendiri.
Upaya Pembangunan pendidikan nasional di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama sepuluh tahun terakhir mendapat beragam catatan kritis. Anies Baswedan, Muhadjir Effendi, dan Nadiem Makarim merupakan tiga menteri di era ini. Terlepas dari kebijakan politis saat pergantian menteri di periode pertama, posisi menteri yang sangat strategis ini mengemban amanah yang sangat besar pula.
Dalam periode pertama pendidikan dasar menengah serta kebudayaan dipisah dengan pendidikan tinggi dan riset teknologi. Di periode selanjutnya nomenklatur kementerian ini kembali digabung yang membuat ranah kerjanya lebih luas lagi. Tampuk amanah itu ada di Nadiem Makarim yang menjalaninya selama satu periode penuh. Jargon Merdeka Belajar untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dalam rangka perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan perlu akselerasi.
Di balik kritik, di tataran bawah apresiasi hadir diantaranya seperti upaya untuk memperluas dan memeratakan akses pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi. Selama satu dekade terakhir Kemendikbudristek memberikan perhatian khusus kepada anak anak dari keluarga miskin dan ekonomi lemah agar terus bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini bertujuan untuk menahan anak-anak Indonesia putus sekolah dan menurunkan disparitas antara kelompok termiskin dengan kelompok terkaya. Mendukung keluarga miskin dengan membantu membayar uang kuliah, sehingga anak-anak dari keluarga kurang mampu lebih berani melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selain itu, kebijakan pemerintah juga melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan akses pendidikan di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T).
Selain perluasan dan pemerataan akses pendidikan, Asesmen Nasional yang sejak 2021 diterapkan untuk mengukur kinerja kualitas pendidikan di setiap satuan pendidikan. Selain mengukur kompetensi literasi dan numerasi serta karakter peserta didik, Asesmen Nasional juga memberikan informasi mengenai iklim lingkungan belajar yang kemudian hasilnya menjadi masukan bagi penyusunan rencana kerja satuan pendidikan.
Sekolah-sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka selama tiga tahun menunjukkan peningkatan dalam literasi dan numerasi dibandingkan dengan sekolah yang baru menerapkannya. Sekolah-sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka selama tiga tahun, literasi dan numerasi lebih unggul. Peringkat Indonesia Meningkat di PISA 2022 menunjukkan literasi sains meningkat 6 posisi, literasi numerasi meningkat 5 posisi, dan literasi membaca membaca meningkat 5 posisi.
Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi digital, seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai bagian untuk mendukung lebih dari 4 juta guru dalam meningkatkan kompetensi mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Meskipun tidak wajib, penggunaan PMM diperuntukkan sebagai alat bantu baik pendidik dan sumber inspirasi pelengkap bahan mengajar sehari-hari.
Ada pula Rapor Pendidikan telah memudahkan lebih dari 80 persen kepala sekolah dalam merencanakan perbaikan sekolah secara lebih efisien. Setelah lima tahun pengembangan, ekosistem teknologi ini kini berfokus pada penguatan kemampuan guru dan pendamping agar dapat mengajar lebih baik.
Terdapat 4,3 juta pengguna aktif PMM, dengan peningkatan partisipasi hingga 7 kali lipat dibandingkan tahun 2019. Dari jumlah tersebut, 52 persen pengguna berada di wilayah pedesaan, dengan total 144.000 komunitas tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, sudah ada 1,3 juta bahan ajar yang diunggah guru ke PMM.
Kholid, Kepala Dinas Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, yang bekerja sama dengan para kepala sekolah untuk mengembangkan kapasitas pendidikan di wilayahnya, mencatat bahwa sebelumnya evaluasi dan perencanaan program peningkatan kualitas sekolah cukup kompleks. Namun, dengan adanya Rapor Pendidikan, proses identifikasi masalah hingga solusi menjadi lebih mudah karena data secara otomatis tersaji di platform setelah diinput.
Anggraini dan Nugraheni (2024) dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia menyebut rendahnya kualitas pendidikan berpotensi menghambat upaya menciptakan SDM yang unggul. Kompetensi dan mutu guru di daerah terpencil masih jauh dari harapan, terutama dalam hal pembangunan sarana, prasarana, infrastruktur pendukung pembelajaran, serta kesejahteraan tenaga pendidik.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di sektor pendidikan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan yang rendah masih menjadi tantangan di Indonesia. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, masih terdapat banyak hambatan, seperti aksesibilitas, standar kualitas, dan kesinambungan budaya. Terlebih lagi, kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan serta antar-pulau di Indonesia tetap menjadi masalah serius.
Dalam rangka mengatasi kendala tersebut, pemerintah telah menerapkan berbagai program seperti Program Satu Atap, Program Calistung, Zonasi Sekolah, Program Indonesia Pintar, peningkatan profesionalisme guru, pemerataan kualitas, serta peningkatan akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Perlu kebersamaan dalam membangun pendidikan, pemerintah tidak bisa sendiri. Sejak sebelum kemerdekaan Muhammadiyah telah berkiprah di bidang pendidikan ini. Seperti filosofi pendidikan yang dibangun oleh KH Ahmad Dahlan bahwa pendidikan untuk menciptakan pendidikan yang berorientasi ilmu dan amal nyata, ilmu amaliah dan amal ilmiah.